Pendidikan berbudaya berlandaskan Pancasila

Rabu, 14 Agustus 2013 - 17:50 WIB
Pendidikan berbudaya berlandaskan Pancasila
Pendidikan berbudaya berlandaskan Pancasila
A A A
Sindonews.com - Pendidikan yang berlaku di Indonesia haruslah berbudaya. Dan Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber yang harus digunakan sebagai landasan pendidikan berbudaya.

Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi UNY Prof Dr Zamroni dalam orasi ilmiahnya pada Dies Natalis Fakultas Ilmu Pendidikan UNY ke-63.

Zamroni menuturkan, pendidikan Indonesia harus berbasis pada nilai-nilai dan cara pandang yang dikembangkan dari Pancasila.

"Pendidikan nasional berbasis budaya memiliki tujuan jangka panjang yakni mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dan pendidikan berbasis budaya yang berdasarkan Pancasila memiliki dua pilar utama yakni Theo-Centris dan gotong royong," imbuhnya, di Yogyakarta, Rabu (14/8/2013).

Menurut Zamroni, dengan berdasarkan pada Pancasila, tujuan pendidikan bukan sekedar mempersiapkan peserta didik dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi, tapi juga keterampilan yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat luas.

"Nilai Pancasila yang mengedepankan keadilan dan kesetaraan akan mendorong pendidikan untuk mengimplementasikan suasana kepengasuhan dalam kehidupan sekolah dan proses pembelajaran. Keadilan dan kesetaraan merupakan kondisi mutlak yang diperlukan untuk mewujudkan prestasi gemilang dan unggul untuk semuanya," tuturnya.

Diungkapkan Zamroni, pendidikan berbasis budaya pada intinya menekankan pada pentingnya narasi sebagai instrumen untuk mengembangkan makna.
Narasi memungkinkan peserta didik menjelajahi perkembangan keunikan kehidupan masa lalu, kini dan nanti.

"Dengan demikian, dalam proses pembelajaran berdasarkan budaya, peserta didik dilibatkan dalam kehidupan masyarakat, bukannya sebatas berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran formal saja," katanya.

Sementara itu, Dekan FIP UNY Dr Haryanto mengatakan, tema pendidikan populis berbudaya yang diusung kali ini berdasarkan keprihatinan atas dominasi kelompok tertentu yang menikmati kualitas pendidikan.

Di lain pihak, kelompok besar yang kekuatan ekonominya lemah sulit untuk menembus persaingan lembaga pendidikan yang berkualitas.

"Program bidik misi misalnya, hanya mampu menolong ratusan ribu penduduk dari jutaan penduduk yang menginginkan pendidikan berkualitas," katanya.

Haryanto menilai, budaya kapitalis telah menjerat aspek pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan populis yang berwawasan budaya harus terus diupayakan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8648 seconds (0.1#10.140)