Curhat imigran gelap saat terapung-apung di lautan
A
A
A
Sindonews.com - Mungkin peristiwa kapal tenggelam yang ditumpanginya tak akan pernah dilupakan seumur hidupnya oleh Obijet Roy, imigran asal Banglades, yang harus terapung-apung di laut lepas bersama ratusan imigran lainnya saat akan menyeberangi laut menuju Australia mencari suaka.
Menurut penuturannya, ia selamat karena adanya bongkahan kayu yang dipegangnya hingga akhirnya ia bisa mengapung dan menepi ke daratan.
“Beruntung, ada patahan kayu perahu yang bisa saya pegang, hingga bisa mengapung selama dua jam lamanya di lautan. Hingga akhirnya saya bisa bertepi ke daratan, dan bisa selamat hingga sekarang,” ujar Roy, saat di penampungan di balai desa sukapura, di Kampung Cikamurang, Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Kamis (25/7/2013).
Dia bersyukur, bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya sekarang. Namun, dia juga tidak mengetahuinya, berapa orang temannya yang kurang beruntung tidak bisa menepi ke daratan. “Saya tidak tahu, teman saya kemana,” katanya dengan bahasa Inggris.
Dia menceritakan, sebelum menyebrangi lautan pantai selatan tersebut, dia bersama imigran lainnya ditampung di Cisarua, Bogor. Meskipun, kata dia, tidak mengenal satu sama lain dengan imigran lainnya.
“Kami adalah imigran UNHCR yang sebelumnya ditampung di Cisarua, Bogor. Saya ingin menyebrang ke Pulau Chrismas untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.
Saat itu, dia berangkat bersama imigran lainnya dari Rancabuaya, Kabupaten Garut, dengan menggunakan tongkang menuju Kapal yang cukup besar, yang akan dinaikinya.
“Saya sempat khawatir saat memasuki kapal itu, karena melihat ada air yang masuk ke dalam kapal,” katanya.
Setelah melaju beberapa kilo meter dan saat melintas di perairan di Cianjur Selatan, yang berjarak sekira 20 km dari bibir Pantai Jayanti, tepatnya di Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Cianjur, perahu yang ditumpanginya mengalami bocor.
“Dari situ saya langsung gemeter dan melihat ada ledakan. Setelah kapal benar-benar tenggelam, saya berenang dan menemukan kayu patahan kapal,” terangnya.
Hampir dua jam lamanya, dirinya terapung-apung dengan beberapa imigran lainnya, hingga akhirnya menepi di daratan.
“Saya berenang sekuatnya, hingga menepi ke daratan. Meskipun saat itu lagi gelap gulita, tidak kelihatan sama sekali,” tuturnya.
Setelah di darat, jelas dia, dirinya berjalan bersama imigran lainnya menuju perkampungan dan di tolong oleh warga, hingga akhirnya di tampung di balai desa.
“Beruntung saya bisa selamat, dan masih hidup. Ini mungkin tidak akan saya lupakan seumur hidup saya,” ungkapnya.
Menurut penuturannya, ia selamat karena adanya bongkahan kayu yang dipegangnya hingga akhirnya ia bisa mengapung dan menepi ke daratan.
“Beruntung, ada patahan kayu perahu yang bisa saya pegang, hingga bisa mengapung selama dua jam lamanya di lautan. Hingga akhirnya saya bisa bertepi ke daratan, dan bisa selamat hingga sekarang,” ujar Roy, saat di penampungan di balai desa sukapura, di Kampung Cikamurang, Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Kamis (25/7/2013).
Dia bersyukur, bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya sekarang. Namun, dia juga tidak mengetahuinya, berapa orang temannya yang kurang beruntung tidak bisa menepi ke daratan. “Saya tidak tahu, teman saya kemana,” katanya dengan bahasa Inggris.
Dia menceritakan, sebelum menyebrangi lautan pantai selatan tersebut, dia bersama imigran lainnya ditampung di Cisarua, Bogor. Meskipun, kata dia, tidak mengenal satu sama lain dengan imigran lainnya.
“Kami adalah imigran UNHCR yang sebelumnya ditampung di Cisarua, Bogor. Saya ingin menyebrang ke Pulau Chrismas untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.
Saat itu, dia berangkat bersama imigran lainnya dari Rancabuaya, Kabupaten Garut, dengan menggunakan tongkang menuju Kapal yang cukup besar, yang akan dinaikinya.
“Saya sempat khawatir saat memasuki kapal itu, karena melihat ada air yang masuk ke dalam kapal,” katanya.
Setelah melaju beberapa kilo meter dan saat melintas di perairan di Cianjur Selatan, yang berjarak sekira 20 km dari bibir Pantai Jayanti, tepatnya di Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Cianjur, perahu yang ditumpanginya mengalami bocor.
“Dari situ saya langsung gemeter dan melihat ada ledakan. Setelah kapal benar-benar tenggelam, saya berenang dan menemukan kayu patahan kapal,” terangnya.
Hampir dua jam lamanya, dirinya terapung-apung dengan beberapa imigran lainnya, hingga akhirnya menepi di daratan.
“Saya berenang sekuatnya, hingga menepi ke daratan. Meskipun saat itu lagi gelap gulita, tidak kelihatan sama sekali,” tuturnya.
Setelah di darat, jelas dia, dirinya berjalan bersama imigran lainnya menuju perkampungan dan di tolong oleh warga, hingga akhirnya di tampung di balai desa.
“Beruntung saya bisa selamat, dan masih hidup. Ini mungkin tidak akan saya lupakan seumur hidup saya,” ungkapnya.
(rsa)