Proyek Pemprov Rp200 juta ambruk
A
A
A
Sindonews.com - Proyek fisik pembangunan ruang kelas belajar (RKB) SMAN 1 Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, memprihatinkan pada bagian atap dan lantainya.
Diduga akibat dikerjakan asal-asalan, plafon atap salah satu dari dua RKB yang baru dibangun ambruk.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, plafon atap yang ambruk terjadi di kelas X.7 di tengah jam pelajaran sekitar pukul 11.00 WIB.
Kejadian yang tak disadari sebelumnya itu, menyebabkan para siswa, terutama yang duduk di bagian belakang, tertimpa bilah-bilah plafon.
Beruntung, peristiwa itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sejumlah siswa yang tertimpa hanya mengalami luka lecet dan kemarin tetap dapat mengikuti kegiatan belajar seperti biasa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Dukupuntang, Komarudin, saat dikonfirmasi menyatakan, plafon yang ambruk merupakan proyek yang dibangun pihak ketiga dengan sumber dana APBD Provinsi Jabar senilai Rp 234,36 juta. Selain ruang kelas X.7, RKB lain yang dikerjakan juga ruang kelas X.8 yang berdampingan.
“Dari dana itu, dibangun dua RKB. Proyeknya dikerjakan pihak ketiga, pihak sekolah hanya menerima saja,” jelas dia saat ditemui, kemarin.
Dari papan nama proyek yang tergeletak di halaman depan sekolah, proyek itu dikerjakan CV Kurnia dengan masa pelaksanaan 90 hari kerja, terhitung sejak 25 September 2012 hingga 24 Desember 2012. Menurut dia, sejak selesai dikerjakan, kondisi bangunan dinilai pihak sekolah memprihatinkan. Bagian atap dan lantainya sudah rusak sehingga dianggap tak layak digunakan, padahal seharusnya RKB tersebut telah digunakan sejak Januari lalu.
Namun, akibat kondisinya dinilai buruk sementara pihak sekolah dikatakan dia terdesak penerimaan siswa baru, maka ruang kelas itu pun terpaksa digunakan. Dikatakan dia, pihak sekolah telah melaporkan kondisi tersebut kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon, namun hingga ambruknya kemarin belum ada tindak lanjut.
Sebelumnya, untuk membuat ruang kelas nyaman, pihak sekolah mengeluarkan anggaran dan memperbaiki kerusakan tersebut. “Sebelumnya kan atap ruang itu terkena rembesan air sehingga menjadi lapuk. Kemudian, lantainya juga rusak sehingga akhirnya kami bongkar lantai tersebut dan menggantinya dengan keramik baru,” papar dia.
Sementara itu, sejumlah siswa mengakui ketidaknyamanan akibat kondisi lantai dan atap yang buruk. Lantai kelas sendiri terasa bergelombang, selain juga atap yang dikhawatirkan akan ambruk kembali.
Pihak sekolah pun berharap, Disdik memperhatikan kondisi tersebut. Sementara itu, Kepala Bidang Sarana Prasarana Disdik Kabupaten Cirebon, Dang Isa, usai mengecek lokasi menyatakan, masa pemeliharaan pihak ketiga telah habis sehingga pihak sekolah harus memperbaikinya melalui anggaran sekolah.
“Proyeknya kan selesai 24 Desember, maka masa pemeliharaan sampai 24 Mei 2013. Dari pantauan tadi, yang ambruk memang plafon dan eternitnya hingga menimpa siswa, tapi mereka tidak apa-apa dan tetap bisa sekolah seperti biasa,” tutur dia.
Namun, dia membantah menerima laporan terkait buruknya pengerjaan proyek fisik tersebut dari pihak sekolah. Hanya saja, tak menutup kemungkinan laporan dari pihak sekolah memang ada, tapi dirinya belum bertugas di Disdik sehingga tak diketahuinya.
Lebih jauh dia mengatakan, kondisi sekolah di kawasan Dukupuntang terbilang rawan karena terletak di daerah terbuka yang kerap dilanda angin besar dan telah mempengaruhi struktur bangunan. Terkait kerusakan itu sendiri, lanjut dia, pihak sekolah telah menyatakan kesanggupannya untuk memperbaikinya sendiri mengingat masa pemeliharaan yang ditanggung kontraktor telah habis.
Diduga akibat dikerjakan asal-asalan, plafon atap salah satu dari dua RKB yang baru dibangun ambruk.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, plafon atap yang ambruk terjadi di kelas X.7 di tengah jam pelajaran sekitar pukul 11.00 WIB.
Kejadian yang tak disadari sebelumnya itu, menyebabkan para siswa, terutama yang duduk di bagian belakang, tertimpa bilah-bilah plafon.
Beruntung, peristiwa itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sejumlah siswa yang tertimpa hanya mengalami luka lecet dan kemarin tetap dapat mengikuti kegiatan belajar seperti biasa.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Dukupuntang, Komarudin, saat dikonfirmasi menyatakan, plafon yang ambruk merupakan proyek yang dibangun pihak ketiga dengan sumber dana APBD Provinsi Jabar senilai Rp 234,36 juta. Selain ruang kelas X.7, RKB lain yang dikerjakan juga ruang kelas X.8 yang berdampingan.
“Dari dana itu, dibangun dua RKB. Proyeknya dikerjakan pihak ketiga, pihak sekolah hanya menerima saja,” jelas dia saat ditemui, kemarin.
Dari papan nama proyek yang tergeletak di halaman depan sekolah, proyek itu dikerjakan CV Kurnia dengan masa pelaksanaan 90 hari kerja, terhitung sejak 25 September 2012 hingga 24 Desember 2012. Menurut dia, sejak selesai dikerjakan, kondisi bangunan dinilai pihak sekolah memprihatinkan. Bagian atap dan lantainya sudah rusak sehingga dianggap tak layak digunakan, padahal seharusnya RKB tersebut telah digunakan sejak Januari lalu.
Namun, akibat kondisinya dinilai buruk sementara pihak sekolah dikatakan dia terdesak penerimaan siswa baru, maka ruang kelas itu pun terpaksa digunakan. Dikatakan dia, pihak sekolah telah melaporkan kondisi tersebut kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon, namun hingga ambruknya kemarin belum ada tindak lanjut.
Sebelumnya, untuk membuat ruang kelas nyaman, pihak sekolah mengeluarkan anggaran dan memperbaiki kerusakan tersebut. “Sebelumnya kan atap ruang itu terkena rembesan air sehingga menjadi lapuk. Kemudian, lantainya juga rusak sehingga akhirnya kami bongkar lantai tersebut dan menggantinya dengan keramik baru,” papar dia.
Sementara itu, sejumlah siswa mengakui ketidaknyamanan akibat kondisi lantai dan atap yang buruk. Lantai kelas sendiri terasa bergelombang, selain juga atap yang dikhawatirkan akan ambruk kembali.
Pihak sekolah pun berharap, Disdik memperhatikan kondisi tersebut. Sementara itu, Kepala Bidang Sarana Prasarana Disdik Kabupaten Cirebon, Dang Isa, usai mengecek lokasi menyatakan, masa pemeliharaan pihak ketiga telah habis sehingga pihak sekolah harus memperbaikinya melalui anggaran sekolah.
“Proyeknya kan selesai 24 Desember, maka masa pemeliharaan sampai 24 Mei 2013. Dari pantauan tadi, yang ambruk memang plafon dan eternitnya hingga menimpa siswa, tapi mereka tidak apa-apa dan tetap bisa sekolah seperti biasa,” tutur dia.
Namun, dia membantah menerima laporan terkait buruknya pengerjaan proyek fisik tersebut dari pihak sekolah. Hanya saja, tak menutup kemungkinan laporan dari pihak sekolah memang ada, tapi dirinya belum bertugas di Disdik sehingga tak diketahuinya.
Lebih jauh dia mengatakan, kondisi sekolah di kawasan Dukupuntang terbilang rawan karena terletak di daerah terbuka yang kerap dilanda angin besar dan telah mempengaruhi struktur bangunan. Terkait kerusakan itu sendiri, lanjut dia, pihak sekolah telah menyatakan kesanggupannya untuk memperbaikinya sendiri mengingat masa pemeliharaan yang ditanggung kontraktor telah habis.
(lns)