Sunat BLSM, warga laporkan Kadus Kuri Ca'di ke polisi
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Dusun Kuri Ca'di dan Kepala Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, dilaporkan warga ke pihak kepolisian.
Keduanya dilaporkan dengan tuduhan pemotongan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Sedikitnya 40 Kepala Keluarga dipotong Rp10 Ribu hingga Rp20 ribu per orangnya. Seorang warga Kuri Ca'di, Asril, mengaku BLSM yang diterimanya dipotong oleh RT.
"Katanya untuk biaya foto kopi KK dan KTP. Yang suruh Pak dusun," katanya, Senin (22/7/2013).
Dia mengatakan, RT itu mendatangi langsung rumah warga penerima BLSM satu persatu. Karena merasa keberatan, maka sejumlah warga Kuri Ca'di melaporkan hal itu dengan didampingi Kelompok Independen Pencari Fakta (KIPFA) RI.
Dihubungi terpisah Kepala Desa Nisombalia, Ahmad mengaku tidak tahu menahu mengenai adanya potongan senilai Rp10 ribu itu. Menurutnya pemotongan BLSM dengan alasan biaya foto kopi sama sekali diluar pengetahuannya. Dia berdalih, kalau dia baru mengetahui adanya pemotongan BLSM yang langsung datang ke rumah.
"Saya sama sekali tidak terlibat pemotongan BLSM senilai Rp10 Ribu. Saya baru tahu setelah mengklarifikasi hal itu ke kepala dusun. Dan ternyata betul. Itu digunakan untuk biaya foto kopi. Dan itu atas kesepakatan warga," kata Ahmad.
Sementara Kepala Dusun Kuri Ca'di, Dullah mengaku, pemotongan yang dilakukannya benar adanya. Pemotongan itu untuk biaya pengurusan administrasi para penerima bantuan itu.
Sebelum dipotong, ada kesepakatan sebelumnya antara warga. Dia mengatakan, awalnya dia meminta kepada penerima BLSM agar memfoto kopi sendiri KTP suami istrinya dan kartu keluarganya.
"Karena itu jadi syarat pembagian kartu BLSM. Nah karena jarak rumah ke tempat foto kopi itu jauh maka semua warga memilih saya yang mem foto kopi dengan biaya administrasi Rp10 ribu per orang setelah BLSM diterima," katanya.
Keduanya dilaporkan dengan tuduhan pemotongan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Sedikitnya 40 Kepala Keluarga dipotong Rp10 Ribu hingga Rp20 ribu per orangnya. Seorang warga Kuri Ca'di, Asril, mengaku BLSM yang diterimanya dipotong oleh RT.
"Katanya untuk biaya foto kopi KK dan KTP. Yang suruh Pak dusun," katanya, Senin (22/7/2013).
Dia mengatakan, RT itu mendatangi langsung rumah warga penerima BLSM satu persatu. Karena merasa keberatan, maka sejumlah warga Kuri Ca'di melaporkan hal itu dengan didampingi Kelompok Independen Pencari Fakta (KIPFA) RI.
Dihubungi terpisah Kepala Desa Nisombalia, Ahmad mengaku tidak tahu menahu mengenai adanya potongan senilai Rp10 ribu itu. Menurutnya pemotongan BLSM dengan alasan biaya foto kopi sama sekali diluar pengetahuannya. Dia berdalih, kalau dia baru mengetahui adanya pemotongan BLSM yang langsung datang ke rumah.
"Saya sama sekali tidak terlibat pemotongan BLSM senilai Rp10 Ribu. Saya baru tahu setelah mengklarifikasi hal itu ke kepala dusun. Dan ternyata betul. Itu digunakan untuk biaya foto kopi. Dan itu atas kesepakatan warga," kata Ahmad.
Sementara Kepala Dusun Kuri Ca'di, Dullah mengaku, pemotongan yang dilakukannya benar adanya. Pemotongan itu untuk biaya pengurusan administrasi para penerima bantuan itu.
Sebelum dipotong, ada kesepakatan sebelumnya antara warga. Dia mengatakan, awalnya dia meminta kepada penerima BLSM agar memfoto kopi sendiri KTP suami istrinya dan kartu keluarganya.
"Karena itu jadi syarat pembagian kartu BLSM. Nah karena jarak rumah ke tempat foto kopi itu jauh maka semua warga memilih saya yang mem foto kopi dengan biaya administrasi Rp10 ribu per orang setelah BLSM diterima," katanya.
(rsa)