8 warga Iran diduga pelarian penampungan UNHCR Bogor

Rabu, 17 Juli 2013 - 14:49 WIB
8 warga Iran diduga pelarian penampungan UNHCR Bogor
8 warga Iran diduga pelarian penampungan UNHCR Bogor
A A A
Sindonews.com - Delapan orang warga Negara Iran yang ditemukan terkatung di perairan pantai selatan Sine, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung diduga pelarian dari tempat penampungan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

UNHCR adalah lembaga perwakilan PBB yang mengurusi pengungsi di Cisarua Bogor Jawa Barat.

"Sebab dari dokumen yang mereka miliki hanya selembar sertifikat yang dikeluarkan UNHCR. Tidak ada surat lainya, " ujar Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Klas II Blitar Muh Sungep kepada Sindo Rabu (17/7/2013).

Dari pemeriksaan sementara, delapan orang yang terdiri dari dua lelaki dewasa, dua wanita dewasa yang salah satunya berbadan dua, satu remaja dan tiga anak-anak itu tidak memiliki dokumen kenegaraan.

Petugas imigrasi Blitar tidak menemukan buku visa, paspor dan ijin tinggal di negara tujuan. Secara administrasi, delapan orang yang sudah dievakuasi ke Kantor Imigrasi Blitar itu diduga kuat ilegal.

Hasil pemeriksaan tersebut membenarkan keterangan Hada Lavatse (30) satu dari delapan warga Iran yang ditemukan.

Dengan bahasa Inggris kemampuan minimal, wanita yang tengah mengandung itu mengatakan dari Cisarua, Bogor.

Dari Iran mereka singgah di Malaysia, dan lalu masuk ke Indonesia. Hada yang memiliki dua anak kembar itu menolak jika pemerintah Indonesia mengembalikan (deportasi) ke Iran.

Melihat posisi saat ditemukan Selasa 16 Juli 2013, mereka disinyalir hendak menyeberang ke pulau Chrismast Australia guna mencari suaka politik.

"Sebab untuk keluar dari penampungan seorang warga asing atau imigran harus mengantongi surat dirjen keimigrasian dan kepolisian. Selain itu juga surat keterangan dari UNHCR, " terang Sungep.

Sungep mengaku sudah menghubungi International Organization for Migration (IOM), dan menyatakan secepatnya akan meluncur ke kantor Imigrasi Blitar.

Selain itu, pihak Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) juga telah dikoordinasi. Menurut Sungep, kemungkinan besar delapan warga Iran tersebut akan dibawa ke Rudenim Sidoarjo.

"Sebab rudenim yang ada di Pasuruan telah penuh. Bagaimana selanjutnya yang melakukan kebijakan tergantung IOM, "jelasnya.

Lebih jauh, Sungep mengatakan bahwa kehadiran kedelapan warga Iran di Tulungagung ini diduga terkait erat dengan 120 imigran timur tengah yang ditangkap di Selorejo, Kabupaten Blitar, Malang dan Ngawi.

Mereka adalah para warga asing yang merasa tidak nyaman di negaranya dan sengaja mencari suaka politik ke Australia.

"Persoalanya mereka melintas di Indonesia tanpa dibekali dokumen resmi. Seperti yang di Blitar, 78 imigran yang kabur hingga kini tidak diketahui kabarnya, " pungkasnya.

Seperti diberitakan, delapan orang warga Iran ditemukan terkatung di tengah perairan laut selatan Sine, Kabupaten Tulungagung.

Kapal yang mereka tumpangi bocor dan mesin mati. Warga asing ini sengaja ditinggal kabur oleh tiga awak kapal (ABK) yang teridentifikasi sebagai warga Madura. Oleh nelayan setempat, kedelapan orang asing itu dievakuasi ke darat dan dibawa ke mapolres Tulungagung.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7695 seconds (0.1#10.140)