Bantu siswa tuna netra, DIY kembangkan BSE
A
A
A
Sindonews.com - Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Balai Tekomdik) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan mengembangkan Buku Sekolah Elektronik (BSE) bagi siswa tuna netra untuk memenuhi kebutuhan literatur pelajar.
Kepala Balai Tekomdik Singgih Raharjo mengatakan, BSE atau audio book bukanlah barang baru. Adapun di Indonesia, teknologi ini belum terlalu banyak diimplementasikan.
"Jadi ini memang buku, tetapi tidak dicetak melainkan menggunakan media suara. Isinya berupa rangkuman halaman demi halaman seperti buku-buku yang beredar di pasaran selama ini," jelasnya Jumat (12/7).
BSE ini pun memuat berbagai informasi sedetil buku pada umumnya. Sebagai contoh, kata dia, ketika terdapat tabel dalam sebuah buku, di dalam BSE tabel tersebut diungkapkan secara detil melalui media suara.
Mengenai ragam literatur, Singgih menyampaikan UPT Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah menyediakan kebutuhan tersebut.
Materi berupa suara ini telah mencangkup seluruh mata pelajaran (mapel) maupun informasi umum. Pengguna cukup mengunduh atau meminta salinan pada pihak terkait.
Balai Tekomdik sendiri rencana akan membeli 2 unit teknologi seharga Rp10 juta dengan mengajukan pendanaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2014. Kedepan diharapkan SLB dan sekolah inklusi di DIY yang memiliki siswa tuna netra atau low vision juga memiliki alat ini.
"Minimal sekolah dengan siswa tuna netra atau low vision punya 1 unit, kalau siswanya banyak ya jangan hanya punya 1 unit," kata dia.
Guna mengetahui kebutuhan teknologi tersebut, pihaknya tengah melakukan pendataan di sekolah inklusi dan SLB.
Pengamat pendidikan UNY Sugito mengatakan, selama ini sarana prasarana di sekolah-sekolah inklusi belum dilengkapi. Agar potensi siswa berkembang maksimal ia berharap fasilitas penunjang segera dapat dipenuhi.
Kepala Balai Tekomdik Singgih Raharjo mengatakan, BSE atau audio book bukanlah barang baru. Adapun di Indonesia, teknologi ini belum terlalu banyak diimplementasikan.
"Jadi ini memang buku, tetapi tidak dicetak melainkan menggunakan media suara. Isinya berupa rangkuman halaman demi halaman seperti buku-buku yang beredar di pasaran selama ini," jelasnya Jumat (12/7).
BSE ini pun memuat berbagai informasi sedetil buku pada umumnya. Sebagai contoh, kata dia, ketika terdapat tabel dalam sebuah buku, di dalam BSE tabel tersebut diungkapkan secara detil melalui media suara.
Mengenai ragam literatur, Singgih menyampaikan UPT Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah menyediakan kebutuhan tersebut.
Materi berupa suara ini telah mencangkup seluruh mata pelajaran (mapel) maupun informasi umum. Pengguna cukup mengunduh atau meminta salinan pada pihak terkait.
Balai Tekomdik sendiri rencana akan membeli 2 unit teknologi seharga Rp10 juta dengan mengajukan pendanaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2014. Kedepan diharapkan SLB dan sekolah inklusi di DIY yang memiliki siswa tuna netra atau low vision juga memiliki alat ini.
"Minimal sekolah dengan siswa tuna netra atau low vision punya 1 unit, kalau siswanya banyak ya jangan hanya punya 1 unit," kata dia.
Guna mengetahui kebutuhan teknologi tersebut, pihaknya tengah melakukan pendataan di sekolah inklusi dan SLB.
Pengamat pendidikan UNY Sugito mengatakan, selama ini sarana prasarana di sekolah-sekolah inklusi belum dilengkapi. Agar potensi siswa berkembang maksimal ia berharap fasilitas penunjang segera dapat dipenuhi.
(rsa)