Semangat kearifan lokal warnai KKN Internasional di Yogyakarta

Kamis, 11 Juli 2013 - 15:39 WIB
Semangat kearifan lokal warnai KKN Internasional di Yogyakarta
Semangat kearifan lokal warnai KKN Internasional di Yogyakarta
A A A
Sindonews.com - Sebanyak 58 mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana dan Polytecnic University (PolyU) Hongkong melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional.

Kegiatan kolaborasi dengan nama 'Yogyakarta Kampung Field School' ini mengusung semangat kearifan lokal untuk memecahkan berbagai persoalan yang ada di tengah masyarakat.

"Kegiatan kolaborasi ini sudah yang kelima kalinya kami laksanakan. Tak hanya sekedar menumpang hidup selama 3 minggu untuk mahasiswa PolyU dan 1 bulan untuk mahasiswa UKDW, namun mereka juga belajar dari lingkungan dan bisa menyelesaikan masalah masyarakat dengan mencari solusi terbaik sesuai kearifan lokal masyarakat setempat," ujar Dosen Pembimbing KKN Internasional YKFS dari UKDW, Hariyati Bawole, Kamis (11/7/2013).

Kepada wartawan, Dosen Fakultas Bioteknologi ini menuturkan, KKN Internasional tersebut telah dilaksanakan sejak 10 Juni 2013 lalu, di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo. KKN dilakukan di 10 dusun yakni Pantog Kulon, Semawung, Promasan, Semangung, Kajoran, Tanjung, Dlingseng, Plengan, Duren Sawit dan Tonogoro.

Beberapa program utama yang menjadi fokus dalam pelaksanaan YFKS tahun ini dikatakan Hariyati, program purifikasi air, pelestarian kesenian daerah, perancangan sistem tadah air hujan, program pembuatan pestisida dan pupuk organik, pengolahan kerajinan tangan dari bahan lokal dan program pemberantasan hama penyakit pada tanaman lokal.

"Mahasiswa ini melakukan pemetaan terlebih dahulu terhadap persoalan yang terjadi di masyarakat. Setelah itu mereka menyelesaikannya dengan berusaha menemukan potensi lokal. Dengan begitu masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya banyak," imbuhnya.

Seperti contohnya penyelesaian masalah purifikaasi air yang dilakukan oleh Dindyasmara Sekra Beta bersama timnya di Dusun Kajoran. Mahasiswa jurusan bioteknologi UKDW ini akhirnya mampu menyelesaikan persoalan air meski baru sebatas untuk skala rumahan.

"Air di daerah sana itu benar-benar berwarna putih seperti susu karena di dekat mata air terdapat daerah yang gundul. Meski memang persoalan tersebut hanya terjadi saat musim hujan, namun tentu mengganggu. Akhirnya kami pelajari struktur tanah yang mampu menjadi penyaring air," jelasnya.

Dikatakan Beta, untuk mendapatkan air yang jernih, dibutuhkan 5 tahapan penyaringan air, yakni pasir, ijuk, batu, pecahan genteng dan arang batok kelapa. Sebenarnya arang aktif menjadi bahan yang terakhir, namun karena harganya yang mahal dan yang tersedia melimpah justru batok kelapa, dibuatlah arang dari batok kelapa.

"Meski belum kami pastikan air yang dihasilkan layak minum, namun setidaknya air telah layak untuk mandi dan mencuci baju," imbuhnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4945 seconds (0.1#10.140)