Kisah Wasini, nenek penerima BLT yang tak dapat BLSM
A
A
A
Sindonews.com - Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dinilai banyak terdapat permasalahan. Salah satu permasalahan dalam program tersebut, yakni adanya salah sasaran bagi penerima dana konpensasi atas kenaikan BBM bersubsidi tersebut.
Di Kabupaten Majalengka, terdapat sebanyak 99.579 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima program tersebut. Namun, dari daftar penerima tersebut, terdapat warga yang dinilai mampu masuk dalam daftar penerima, sementara di sisi lain, warga yang dinilai berhak untuk mendapatkan dana tersebut, malah tidak terdaftar.
Wasini (81), warga Lingkungan Pasir Asih, Rt02/09, Jalan Pertanian, No 89, Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan/Kabupaten Majalengka adalah salah satu warga yang tidak masuk dalam daftar penerima BLSM. Padahal, dilihat dari kondisi ekonomi sendiri, Wasini dinilai layak menerima dana tersebut.
Kelayakan Wasini untuk mendapatkan BLSM diperkuat berdasarkan pengalaman sebelumnya, yakni program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Selain BLT, Wasini juga masuk ke dalam salah satu warga penerima Jamkesmas dan program Raskin.
“Sebelumnya, baik BLT, Jamkesmas, Raskin Saya dapat jatah. Tapi pas sekarang ini (BLSM) mah tidak dapat,” kata Wasini, di kediamannya, Jumat (5/7/2013).
Diakui dia, saat program BLT lalu, dirinya bisa menikmati dana tersebut setelah suaminya, Buhori Yunus (alamrhum) terdaftar dalam penerima BLT. Namun, Wasini mengku heran, lantaran pada BLSM sekarang, baik dirinya maupun suaminya tidak terdaftar sebagai penerima dana tersebut.
“Sebelumnya (BLT), atas nama bapak (suami). Dan setelah Bapak meninggal, tidak terdafftar lagi, begitu juga nama saya” jelas dia.
Dijelaskan Wasini, dirinya sempat menanyakan hal tersebut kepada pihak kelurahan setempat. Namun, jelas dia, pihak kelurahan mengaku tidak bisa berbuat banyak, lantaran data tersebut bukan dilakukan oleh pihak kelurahan.
“Anak saya sempat menanyakan ke pihak Rt, tapi dia (Rt) nya mengaku tidak tahu tentang itu. Karena, katanya itu dari sana (pusat) nya. Selain saya, ada juga warga lain yang mengalami hal yang sama,” papar dia.
Lebih jauh Wasini mengaku untuk kebutuhan sehari-hari, dirinya hanya mengandalkan penghasilan dari menantunya yang bekerja di sebagai penambal ban di depan rumahnya. Dari penghasilan tersebut, jelas dia, digunakan untuk makan dan berobat dirinya.
“Saya numpang makan di anak, kebetulan menantu saya buka tambal ban. Tapi, penghasilan dari tambal ban itu, dapat Rp50 ribu se hari saja sudah alhamdulillah. Tidak jarang juga, sehari itu hanya dapet 1 orang yang nambal ban,” lanjut dia.
Wasini pantas merasa sedih, setelah tidak terdaftar dalam penerima BLSM. Selain dikarenakan sebelumnya sempat mendapatkan BLT, Wasini juga sangat membutuhkan dana tersebut untuk mengobati penyakit yang dideritanya sejak sekira 2 tahun lalu.
“Kaki saya sudah tidak bisa digunakan untuk melangkah lagi, karena lemas. Untuk ke kamar mandi saja, untuk ambil wudlu, Saya harus ngesot dan kursi untuk penyangga. Saya kadang merasa tidak enak dengan menantu saya, karena terus-terusan merepotkan, padahal dia sendiri punya kewajiban membiaya anak-istrinya,” jelas dia terisak.
“Sebelumnya, Saya suka dibawa ke Puskesmas, untuk mengurangi sakit di kaki ini. Tapi sudah lama tidak berobat lagi, karena sakit ketika dibawa bergerak dan penghasilan menantu dari tambal ban juga tidak memungkinkan,” sambungya lirih.
Kini, aktivitas Wasini hanya dihabiskan di dua tempat yakni tepat tidur yang ditaruh di ruang utama/tamu dan kursi yang ada di dekat tempat tidurnya itu. Setiap kali bangun dari tidur atau duduk, Wasini mengaku badannya, terutama bagiankaki terasa sakit.
Di Kabupaten Majalengka, terdapat sebanyak 99.579 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima program tersebut. Namun, dari daftar penerima tersebut, terdapat warga yang dinilai mampu masuk dalam daftar penerima, sementara di sisi lain, warga yang dinilai berhak untuk mendapatkan dana tersebut, malah tidak terdaftar.
Wasini (81), warga Lingkungan Pasir Asih, Rt02/09, Jalan Pertanian, No 89, Kelurahan Majalengka Wetan, Kecamatan/Kabupaten Majalengka adalah salah satu warga yang tidak masuk dalam daftar penerima BLSM. Padahal, dilihat dari kondisi ekonomi sendiri, Wasini dinilai layak menerima dana tersebut.
Kelayakan Wasini untuk mendapatkan BLSM diperkuat berdasarkan pengalaman sebelumnya, yakni program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Selain BLT, Wasini juga masuk ke dalam salah satu warga penerima Jamkesmas dan program Raskin.
“Sebelumnya, baik BLT, Jamkesmas, Raskin Saya dapat jatah. Tapi pas sekarang ini (BLSM) mah tidak dapat,” kata Wasini, di kediamannya, Jumat (5/7/2013).
Diakui dia, saat program BLT lalu, dirinya bisa menikmati dana tersebut setelah suaminya, Buhori Yunus (alamrhum) terdaftar dalam penerima BLT. Namun, Wasini mengku heran, lantaran pada BLSM sekarang, baik dirinya maupun suaminya tidak terdaftar sebagai penerima dana tersebut.
“Sebelumnya (BLT), atas nama bapak (suami). Dan setelah Bapak meninggal, tidak terdafftar lagi, begitu juga nama saya” jelas dia.
Dijelaskan Wasini, dirinya sempat menanyakan hal tersebut kepada pihak kelurahan setempat. Namun, jelas dia, pihak kelurahan mengaku tidak bisa berbuat banyak, lantaran data tersebut bukan dilakukan oleh pihak kelurahan.
“Anak saya sempat menanyakan ke pihak Rt, tapi dia (Rt) nya mengaku tidak tahu tentang itu. Karena, katanya itu dari sana (pusat) nya. Selain saya, ada juga warga lain yang mengalami hal yang sama,” papar dia.
Lebih jauh Wasini mengaku untuk kebutuhan sehari-hari, dirinya hanya mengandalkan penghasilan dari menantunya yang bekerja di sebagai penambal ban di depan rumahnya. Dari penghasilan tersebut, jelas dia, digunakan untuk makan dan berobat dirinya.
“Saya numpang makan di anak, kebetulan menantu saya buka tambal ban. Tapi, penghasilan dari tambal ban itu, dapat Rp50 ribu se hari saja sudah alhamdulillah. Tidak jarang juga, sehari itu hanya dapet 1 orang yang nambal ban,” lanjut dia.
Wasini pantas merasa sedih, setelah tidak terdaftar dalam penerima BLSM. Selain dikarenakan sebelumnya sempat mendapatkan BLT, Wasini juga sangat membutuhkan dana tersebut untuk mengobati penyakit yang dideritanya sejak sekira 2 tahun lalu.
“Kaki saya sudah tidak bisa digunakan untuk melangkah lagi, karena lemas. Untuk ke kamar mandi saja, untuk ambil wudlu, Saya harus ngesot dan kursi untuk penyangga. Saya kadang merasa tidak enak dengan menantu saya, karena terus-terusan merepotkan, padahal dia sendiri punya kewajiban membiaya anak-istrinya,” jelas dia terisak.
“Sebelumnya, Saya suka dibawa ke Puskesmas, untuk mengurangi sakit di kaki ini. Tapi sudah lama tidak berobat lagi, karena sakit ketika dibawa bergerak dan penghasilan menantu dari tambal ban juga tidak memungkinkan,” sambungya lirih.
Kini, aktivitas Wasini hanya dihabiskan di dua tempat yakni tepat tidur yang ditaruh di ruang utama/tamu dan kursi yang ada di dekat tempat tidurnya itu. Setiap kali bangun dari tidur atau duduk, Wasini mengaku badannya, terutama bagiankaki terasa sakit.
(rsa)