Polemik Syiah Sampang dan deal politik

Kamis, 04 Juli 2013 - 08:08 WIB
Polemik Syiah Sampang...
Polemik Syiah Sampang dan deal politik
A A A
Fakta tak bisa lagi dibantah ketika mampu membuktikan bahwa pengaruh Syiah cukup kuat dalam tradisi kebudayaan dan keagamaan di Indonesia. Bahkan kalangan muslim Nahdlatul Ulama (NU) sendiri menjalankan tradisi keagamaan banyak dipengaruhi oleh ajaran Syiah.

Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) salah satu ormas Islam (seperti halnya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menyebutkan jumlah penganut Syiah di Indonesia saat ini berkisar 2,5 – 5 juta jiwa.

Mereka menyebar di seluruh nusantara negeri ini, ada yang di Makasar, Jakarta, Bandung dan Garut. Di Jawa Tengah tersebar di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang. Sedangkan di Jawa Timur Pasuruan dan Madura.

Karena jumlahnya yang kecil tidak banyak penganut Syiah yang bersedia membuka soal identitasnya. Hal itu dilakukan juga untuk menghindari konflik.

Sesungguhnya hampir tidak pernah ada polemik mengenai Syiah di daerah lain, kecuali di Sampang dan Madura.

Entahlah, mengapa konflik Syiah – Sunni di Sampang Madura terus berlarut-latur. Terus menerus terjadi menghiasai pemberitaan media massa, bahkan berbuntut pengusiran penganut Syiah dari kampung halamannya sendiri.

Ada pihak yang menyebut, jumlah penganut Syiah di Sampang tidak sampai seribu orang, karena itulah ada pihak tertentu yang berani menyerang kelompok minoritas tersebut.

Dosen Universitas Paramadina Muhsin Labib mengatakan, secara umum penganut Syiah cenderung menutup diri dengan doktrin taqiyah. Tapi anehnya penganut Syiah ini selalu dituduh melakukan Syiahisasi.

“ Syiah ini merupakan trend kesadaran, bersifat gradual. Karena itulah setiap orang bisa dianggap menempati level tertentu keSyiahannya. Ciri khas Syiah adalah rasional, filosofis dan kritis,” tukas doktor Filsafat Islam ini.

Selain itu, salah satu karakteristik Syiah adalah egaliteranisme, dan melakukan perlawanan terhadap kezaliman. Sehingga keadaan itu akan menjadi malapetaka bagi yang merasa kalah dan terkuak kerapuhan dasar keyakinannya.

Muhsinpun menduga, polemik di Sampang, dipicu oleh deal politik berupa dukungan suara bila Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jatim mengusir Syiah dari Sampang dan membekukan semua aktivitas Syiah di Jatim melalui Peraturan Gubernur (Pergub).

“Syiah lebih mengedepankan etika menjaga keutuhan ketimbang keunggulan argumentasi,” tukasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1249 seconds (0.1#10.140)