Tebing SDN Mekarmanah Nunung rawan longsor
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan siswa di SDN Mekarmanah, Kampung Ciparay, Desa Mekarjaya, Kecamatan Campaka, Cianjur, merasa khawatir saat melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Pasalnya, bangunan yang berada di tepi dinding, setinggi 13 meter di sekolah itu, terancam longsor.
Kepala SDN Mekarmanah Nunung Maryati mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak dengan pengikisan dinding sekolah tersebut. Pasalnya, tebing tersebut terus menerus tergerus air dan semakin lama, semakin dekat dengan bangunan sekolah.
Bahkan, pihaknya mengaku, tidak memiliki upaya lain yang bisa dilakukan untuk menaggulangi kondisi tersebut, selain adanya perbaikan. Namun, upaya tersebut, jelas dia, pihak sekolah tidak memiliki anggaran.
“Selama ini kami hanya melakukan antisipasi dan mencegah dengan cara memasang karung yang diisi tanah untuk penahan longsor. Tapi, upaya itu sia-sia saja, karena karung tersebut juga ikut tergerus air,” ujarnya, kepada wartawan. Rabu (3/7/2013).
Dia menjelaskan, seharusnya, tebing dengan kedalaman sekitar 13 meter tersebut dipasangi tembok beton. Namun, hal tersebut kembali terkait anggaran yang minim, karena jika menggunakan beton, memerlukan anggaran yang sangat besar, yakni sekitar Rp60 juta. Anggaran sebesar itu, tidak sebanding dengan nilai aset yang harus diselamatkan
“Tadinya, para siswa meminta direnovasi saja untuk mencegah adanya korban jiwa, tapi untuk melakukan renovasi, tidak ada tempat lagi untuk menampung siswa,” terangnya.
Meski begitu, pihak sekolah tetap melakukan KBM, kepada sekitar 135 murid sekolahnya. Meskipun hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut terus terjadi, meski ada kekhawatiran akan terjadinya longsor. “Anak-anak tetap belajar seperti biasa, walaupun sebenarnya kita was-was kalau hujan deras turun,” tuturnya.
Pihaknya menambahkan, meluasnya gerusan air terjadi akibat permukaan tebing yang terus-menerus diterjang air hujan dan mendekati bangunan. Saat ini, jarak bibir jurang dengan bangunan sekitar beberapa sentimeter saja.
“Saya sangat mengharapkan adanya bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, untuk dibangun pembetonan agar kami tidak khawatir terjadinya longsor,” harapnya.
Sementara itu, salah seorang siswa kelas V Siti Fatimah mengaku, sempat tidak bisa konsentrasi belajar saat hujan turun. Karena, sesaat melihat keluar, khawatir terjadi longsor.
“Nya sieun we, da lamun hujan dongkap, sieun aya longsor, janteun belajarna teu keueung (Iya takut ajah, karena kalau hujan datang, takut ada longsor, jadi was-was,” ungkapnya.
Kepala SDN Mekarmanah Nunung Maryati mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak dengan pengikisan dinding sekolah tersebut. Pasalnya, tebing tersebut terus menerus tergerus air dan semakin lama, semakin dekat dengan bangunan sekolah.
Bahkan, pihaknya mengaku, tidak memiliki upaya lain yang bisa dilakukan untuk menaggulangi kondisi tersebut, selain adanya perbaikan. Namun, upaya tersebut, jelas dia, pihak sekolah tidak memiliki anggaran.
“Selama ini kami hanya melakukan antisipasi dan mencegah dengan cara memasang karung yang diisi tanah untuk penahan longsor. Tapi, upaya itu sia-sia saja, karena karung tersebut juga ikut tergerus air,” ujarnya, kepada wartawan. Rabu (3/7/2013).
Dia menjelaskan, seharusnya, tebing dengan kedalaman sekitar 13 meter tersebut dipasangi tembok beton. Namun, hal tersebut kembali terkait anggaran yang minim, karena jika menggunakan beton, memerlukan anggaran yang sangat besar, yakni sekitar Rp60 juta. Anggaran sebesar itu, tidak sebanding dengan nilai aset yang harus diselamatkan
“Tadinya, para siswa meminta direnovasi saja untuk mencegah adanya korban jiwa, tapi untuk melakukan renovasi, tidak ada tempat lagi untuk menampung siswa,” terangnya.
Meski begitu, pihak sekolah tetap melakukan KBM, kepada sekitar 135 murid sekolahnya. Meskipun hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut terus terjadi, meski ada kekhawatiran akan terjadinya longsor. “Anak-anak tetap belajar seperti biasa, walaupun sebenarnya kita was-was kalau hujan deras turun,” tuturnya.
Pihaknya menambahkan, meluasnya gerusan air terjadi akibat permukaan tebing yang terus-menerus diterjang air hujan dan mendekati bangunan. Saat ini, jarak bibir jurang dengan bangunan sekitar beberapa sentimeter saja.
“Saya sangat mengharapkan adanya bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, untuk dibangun pembetonan agar kami tidak khawatir terjadinya longsor,” harapnya.
Sementara itu, salah seorang siswa kelas V Siti Fatimah mengaku, sempat tidak bisa konsentrasi belajar saat hujan turun. Karena, sesaat melihat keluar, khawatir terjadi longsor.
“Nya sieun we, da lamun hujan dongkap, sieun aya longsor, janteun belajarna teu keueung (Iya takut ajah, karena kalau hujan datang, takut ada longsor, jadi was-was,” ungkapnya.
(san)