Warga 6 dusun di Desa Sukamulya buta huruf
A
A
A
Sindonews.com - Minimnya fasilitas jalan dan sekolah, menjadi penyebab utama angka buta huruf di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, menjadi sangat tinggi. Dari informasi yang dihimpun, warga yang buta huruf setidaknya tersebar di enam dusun Desa Sukamulya.
“Buta huruf hampir sebagian besar dialami oleh warga usia dewasa. Sedangkan untuk usia anak-anak, rata-rata mengalami putus sekolah,” kata Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda di Desa Sukamulya, Jamanudin, Senin (1/7/2013).
Disebutkan Jamanudin, warga yang buta huruf dan putus sekolah ini, berdomisili di Dusun Sukamaju, Pasirkaliki, Citampian, Patokan, Cipeundeuy, dan Jajaway. Menurut dia, lokasi keenam dusun tersebut sangat terpencil.
“Lokasinya sangat jauh dari Ibu Kota Kecamatan Pakenjeng. Terletak di kawasan perbukitan. Medannya menuju enam dusun itu buruk, dan hanya berupa jalan setapak. Hanya terbuat dari tanah yang dikeraskan oleh warga seadanya. Makanya tidak aneh bila hujan turun, jalan setapak itu berubah menjadi lumpur. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, jalan itu menanjak,” ungkapnya.
Kondisi memprihatinkan ini, diperparah dengan sedikitnya fasilitas sekolah. Jumlah sekolah di desa itu, hanya terdapat satu unit saja, yakni SDN Sukamulya I. “Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA dan SMA, sama sekali tidak ada,” terangnya.
Menurut dia, jarak SD dengan rumah tiap-tiap anak di enam dusun tersebut sangat jauh. Paling jauh, jarak yang mesti ditempuh 7km.
“Paling dekat jaraknya kira-kira antara 4-5km. Cuma jarak untuk dari Dusun Patokan ke sekolah, sejauh 7km. Tidak aneh bila anak-anak harus berangkat sekolah sejak pagi hari sekali, yaitu dari pukul 04.00 WIB dini hari, agar bisa tiba di sekolah pukul 08.00 WIB. Berangkat jam segitu juga sudah cukup terlambat karena KBM di sekolah sudah dimulai sejak pukul 07.00 WIB,” tuturnya.
Meski mendapatkan pendidikan dari tingkat SD, lanjut Jamanudin, lamanya waktu anak-anak tersebut bersekolah cukup singkat. Pada umumnya, anak-anak akan putus sekolah ketika mereka memasuki tingkat kelas IV.
“Para orang tuanya memilih agar anak-anaknya berhenti atau putus sekolah karena beresikonya medan yang harus ditempuh,” ucapnya.
“Buta huruf hampir sebagian besar dialami oleh warga usia dewasa. Sedangkan untuk usia anak-anak, rata-rata mengalami putus sekolah,” kata Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda di Desa Sukamulya, Jamanudin, Senin (1/7/2013).
Disebutkan Jamanudin, warga yang buta huruf dan putus sekolah ini, berdomisili di Dusun Sukamaju, Pasirkaliki, Citampian, Patokan, Cipeundeuy, dan Jajaway. Menurut dia, lokasi keenam dusun tersebut sangat terpencil.
“Lokasinya sangat jauh dari Ibu Kota Kecamatan Pakenjeng. Terletak di kawasan perbukitan. Medannya menuju enam dusun itu buruk, dan hanya berupa jalan setapak. Hanya terbuat dari tanah yang dikeraskan oleh warga seadanya. Makanya tidak aneh bila hujan turun, jalan setapak itu berubah menjadi lumpur. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, jalan itu menanjak,” ungkapnya.
Kondisi memprihatinkan ini, diperparah dengan sedikitnya fasilitas sekolah. Jumlah sekolah di desa itu, hanya terdapat satu unit saja, yakni SDN Sukamulya I. “Sedangkan untuk sekolah tingkat SMA dan SMA, sama sekali tidak ada,” terangnya.
Menurut dia, jarak SD dengan rumah tiap-tiap anak di enam dusun tersebut sangat jauh. Paling jauh, jarak yang mesti ditempuh 7km.
“Paling dekat jaraknya kira-kira antara 4-5km. Cuma jarak untuk dari Dusun Patokan ke sekolah, sejauh 7km. Tidak aneh bila anak-anak harus berangkat sekolah sejak pagi hari sekali, yaitu dari pukul 04.00 WIB dini hari, agar bisa tiba di sekolah pukul 08.00 WIB. Berangkat jam segitu juga sudah cukup terlambat karena KBM di sekolah sudah dimulai sejak pukul 07.00 WIB,” tuturnya.
Meski mendapatkan pendidikan dari tingkat SD, lanjut Jamanudin, lamanya waktu anak-anak tersebut bersekolah cukup singkat. Pada umumnya, anak-anak akan putus sekolah ketika mereka memasuki tingkat kelas IV.
“Para orang tuanya memilih agar anak-anaknya berhenti atau putus sekolah karena beresikonya medan yang harus ditempuh,” ucapnya.
(san)