Para Imigran Timur Tengah serang Wartawan Blitar

Senin, 01 Juli 2013 - 15:52 WIB
Para Imigran Timur Tengah...
Para Imigran Timur Tengah serang Wartawan Blitar
A A A
Sindonews.com - Para imigran gelap asal Timur Tengah yang ditangkap di wilayah Kecamatan Kesamben dan ditempatkan di hotel Holi, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar berani menyerang para jurnalis.

Sejumlah jurnalis televisi lokal dan nasional memilih kabur akibat dikejar para imigran yang marah. Warga asing yang informasinya berasal dari Afghanistan, Pakistan, Iran, Suriah dan Somalia keberadaannya diabadikan.

"Beberapa teman kameraman bahkan sampai lari naik mobil MPU jurusan Malang untuk menghindari kejaran, "ujar Totok, kontributor stasiun televisi nasional, Senin (1/7/2013).

Sejak awal, beberapa orang dari 120 imigran sudah memperingatkan bahwa mereka tidak bersedia diambil gambarnya. Ancaman "No picture" dan "No document" langsung dilontarkan kepada setiap orang yang dicurigai hendak melakukan aktivitas perekaman.

Ancaman itu juga disampaikan langsung terhadap aparat kepolisian dan personel TNI yang berjaga di lokasi. Beberapa kontributor, kata Totok, tidak menyerah. Beberapa diantaranya sengaja sembunyi-sembunyi. Sayangnya, belum lama dilakukan aktivitas jurnalistik itu tertangkap tangan.

"Satu dua orang yang tahu langsung memanggil teman-temanya dan mengejar kami," terang Totok.

Aksi kejar kejaran pun tak terelakkan. Beberapa warga setempat yang kebetulan berada di lokasi juga memilih kabur menyaksikan amarah para imigran gelap.

Nasib serupa juga dialami Hendy Budi wartawan koran regional Jawa Timur. Begitu tahu kamera ponsel tengah bekerja melakukan perekaman gambar, para imigran gelap tersebut langsung mengepung.

Dengan kasar mereka berusaha merampas ponsel yang sebenarnya sukses mengambil beberapa gambar. Suasana pun panas. Hendy bertahan tidak bersedia memberikan ponselnya. Sementara para imigran gelap terus memaksakan kehendaknya.

Ironisnya, dalam situasi genting tersebut, petugas kepolisian dan imigrasi Blitar tidak memperlihatkan sikap membela.

Setelah melalui negoisasi cukup panjang, akhirnya disepakati ponsel boleh dilihat dan seluruh karya gambar dihapuskan.

"Saya kemudian diminta pergi dari lokasi. Sayangnya dalam situasi yang mengkhawatirkan itu polisi diam saja," terangnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4017 seconds (0.1#10.140)