120 imigran gelap Timur Tengah ditangkap di Blitar
A
A
A
Sindonews.com - Dua rombongan bus berisi 120 imigran gelap (ilegal) asal Timur Tengah diamankan di wilayah Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Warga asing ini berencana hendak mencari suaka politik di negara Australia melalui pantai selatan Jolosutro, Kecamatan Wates, yang berjarak sekitar 25 km dari Kecamatan Selorejo.
Penangkapan berlangsung di rumah Sumaji, warga Desa Tapak, Kecamatan Selorejo yang diduga sebagai bagian dari sindikat penyalur imigran gelap.
Bersama empat orang imigran gelap Sumaji berhasil meloloskan diri dari sergapan petugas. Sementara oleh petugas kepolisian, 116 orang imigran ditempatkan di Hotel Holy, Kecamatan Selorejo.
Polisi juga mengamankan warga Indonesia bernama Arif asal Nusatenggara Barat dan Siswanto asal Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Diduga rombongan ini berangkat dari Jakarta melalui jalur darat.
"Informasinya dari Jolosutro rombongan imigran ini akan langsung menuju Australia. Empat orang kabur bersama warga setempat. Saat ini masih dalam pencarian, " ujar Sumamit salah seorang anggota TNI yang sejak semalam melakukan pengamanan, Senin (1/7/2013).
Dari pantauan Sindo di lapangan, imigran yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki berusia paruh baya, wanita dan anak-anak tersebut ditempatkan di bagian belakang hotel.
Dari raut wajah yang terlihat mereka nampak kecewa dan sedih. Tidak sedikit yang memilih duduk termenung, meski beberapa diantaranya berjalan-jalan di sekitar lingkungan hotel.
Dari informasi yang dihimpun, selain dari negara Pakistan, beberapa diantaranya berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia.
Warga asing itu menolak bahkan marah ketika ada orang, termasuk wartawan yang mencoba mengambil gambarnya. Mereka langsung berteriak "no picture" dan "no document" setiap melihat kamera dikeluarkan.
"Karenanya kita disini juga melarang semua yang mengambil secara terang-terangan. Sebab personil kita disini sedikit dan repot juga kalau sampai situasinya tidak kondusif, " terang Sumamit.
Ahmad, seorang imigran asal Suriah dengan bahasa inggris yang cukup dimengerti mengatakan datang ke Indonesia sebagai turis.
Ia memilih melewati negara Indonesia daripada Thailand karena Indonesia dianggap sebagai negara muslim.
"What's Wrong?, I'm Tourist," tuturnya dengan kecewa.
Kendati demikian, Ahmad dan seluruh rekanya mengaku tidak mengantongi selembarpun dokumen resmi kenegaraan.
Sementara itu, hingga kini pihak imigrasi belum bisa dikonfirmasi, termasuk pihak kepolisian.
Warga asing ini berencana hendak mencari suaka politik di negara Australia melalui pantai selatan Jolosutro, Kecamatan Wates, yang berjarak sekitar 25 km dari Kecamatan Selorejo.
Penangkapan berlangsung di rumah Sumaji, warga Desa Tapak, Kecamatan Selorejo yang diduga sebagai bagian dari sindikat penyalur imigran gelap.
Bersama empat orang imigran gelap Sumaji berhasil meloloskan diri dari sergapan petugas. Sementara oleh petugas kepolisian, 116 orang imigran ditempatkan di Hotel Holy, Kecamatan Selorejo.
Polisi juga mengamankan warga Indonesia bernama Arif asal Nusatenggara Barat dan Siswanto asal Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek.
Diduga rombongan ini berangkat dari Jakarta melalui jalur darat.
"Informasinya dari Jolosutro rombongan imigran ini akan langsung menuju Australia. Empat orang kabur bersama warga setempat. Saat ini masih dalam pencarian, " ujar Sumamit salah seorang anggota TNI yang sejak semalam melakukan pengamanan, Senin (1/7/2013).
Dari pantauan Sindo di lapangan, imigran yang mayoritas berjenis kelamin laki-laki berusia paruh baya, wanita dan anak-anak tersebut ditempatkan di bagian belakang hotel.
Dari raut wajah yang terlihat mereka nampak kecewa dan sedih. Tidak sedikit yang memilih duduk termenung, meski beberapa diantaranya berjalan-jalan di sekitar lingkungan hotel.
Dari informasi yang dihimpun, selain dari negara Pakistan, beberapa diantaranya berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia.
Warga asing itu menolak bahkan marah ketika ada orang, termasuk wartawan yang mencoba mengambil gambarnya. Mereka langsung berteriak "no picture" dan "no document" setiap melihat kamera dikeluarkan.
"Karenanya kita disini juga melarang semua yang mengambil secara terang-terangan. Sebab personil kita disini sedikit dan repot juga kalau sampai situasinya tidak kondusif, " terang Sumamit.
Ahmad, seorang imigran asal Suriah dengan bahasa inggris yang cukup dimengerti mengatakan datang ke Indonesia sebagai turis.
Ia memilih melewati negara Indonesia daripada Thailand karena Indonesia dianggap sebagai negara muslim.
"What's Wrong?, I'm Tourist," tuturnya dengan kecewa.
Kendati demikian, Ahmad dan seluruh rekanya mengaku tidak mengantongi selembarpun dokumen resmi kenegaraan.
Sementara itu, hingga kini pihak imigrasi belum bisa dikonfirmasi, termasuk pihak kepolisian.
(lns)