Pariwisata Toraja masih terkendala infrastruktur
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Tana Toraja mengakui pengembangan pariwisata Kabupaten Tana Toraja masih terkendala infrastruktur dan fasilitas pendukung.
Padahal, berbagai even pariwisata berskala nasional dan internasional digelar guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja.
“Salah satu kendala sektor pariwisata Tana Toraja saat ini adalah masih minimnya tempat penginapan,” ujar Kepala Disbudpar Tana Toraja, Jidon Sitohang kepada SINDO, di Makale, Minggu (30/6/2013).
Jidon mengatakan, pengembangan pariwisata daerah tidak terlepas dari tersedianya fasilitas tempat penginapan yang memadai. Akan tetapi, tempat penginapan yang ada di Tana Toraja masih kurang.
Berdasarkan data Disbudpar Tana Toraja, jumlah hotel yang ada di Tana Toraja sebanyak 3 buah dan wisma/penginapan sebanyak 10 buah. Jumlah kamar hotel dan penginapan sebanyak 243 kamar dengan jumlah tempat tidur 430 buah.
Jumlah kamar dan tempat tidur yang tersedia di berbagai hotel dan penginapan di wilayah Tana Toraja tidak sebanding dengan kunjungan wisatawan pada bulan musim padat kunjugan (high seasons) yakni Juni-Oktober dan Desember serta saat digelarnya even pariwisata.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada setiap pelaksanaan Lovely Desember jumlah wisatawan ke Tana Toraja membludak. Banyak wisatawan yang tidak mendapat kamar hotel/penginapan sehingga mereka menginap di kabupaten tetangga, Toraja Utara.
“Tren wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja sudah mulai bagus terutama pada bulan high seasons. Sayangnya, wisatawan lebih banyak menginap di Toraja Utara karena hotel/penginapan lebih banyak di sana,” ujar mantan Kepala Bagian Humas dan Protokoler pada Sekretariat Daerah (Setda) Tana Toraja itu.
Selain minim tempat penginapan, sektor pariwisata Tana Toraja juga masih menghadapi persoalan transportasi. Meski Tana Toraja sudah memiliki bandara perintis, namun hanya jenis pesawat tertentu saja yang bisa mendarat. Untuk transportasi darat, wisatawan membutuhkan waktu tujuh hingga delapan jam dari Makassar ke Toraja.
Dampaknya, wisatawan banyak menghabiskan waktu di perjalanan sementara waktu kunjungan wisatawan ke Tana Toraja terbatas.
Saat ini, pemerintah sedang membangun bandara baru bertaraf internasional di Kecamatan Mengkendek. Keberadaan bandara baru tersebut akan mendukung peningkatan sektor pariwisata Toraja karena bisa didarati pesawat berbadan lebar.
“Dari segi jumlah bus yang melayani trayek Makassar-Toraja dan sebaliknya cukup banyak. Hanya saja, jarak tempuh melalui jalur darat masih butuh waktu tujuh hingga delapan jam,” katanya.
Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung menyatakan Pemkab Tana Toraja akan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Festival Toraja. Masyakarat bisa menyewakan kamar rumahnya sebagai tempat penginapan sehingga wisatawan yang datang menyaksikan Festival Toraja tidak kesulitan mendapat tempat penginapan.
“Rumah penduduk akan kita berdayakan sebagai tempat penginapan bagi wisatawan. Hasil sewa rumah/kamar tersebut akan menambah pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka,” tandas Theofilus.
Padahal, berbagai even pariwisata berskala nasional dan internasional digelar guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja.
“Salah satu kendala sektor pariwisata Tana Toraja saat ini adalah masih minimnya tempat penginapan,” ujar Kepala Disbudpar Tana Toraja, Jidon Sitohang kepada SINDO, di Makale, Minggu (30/6/2013).
Jidon mengatakan, pengembangan pariwisata daerah tidak terlepas dari tersedianya fasilitas tempat penginapan yang memadai. Akan tetapi, tempat penginapan yang ada di Tana Toraja masih kurang.
Berdasarkan data Disbudpar Tana Toraja, jumlah hotel yang ada di Tana Toraja sebanyak 3 buah dan wisma/penginapan sebanyak 10 buah. Jumlah kamar hotel dan penginapan sebanyak 243 kamar dengan jumlah tempat tidur 430 buah.
Jumlah kamar dan tempat tidur yang tersedia di berbagai hotel dan penginapan di wilayah Tana Toraja tidak sebanding dengan kunjungan wisatawan pada bulan musim padat kunjugan (high seasons) yakni Juni-Oktober dan Desember serta saat digelarnya even pariwisata.
Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada setiap pelaksanaan Lovely Desember jumlah wisatawan ke Tana Toraja membludak. Banyak wisatawan yang tidak mendapat kamar hotel/penginapan sehingga mereka menginap di kabupaten tetangga, Toraja Utara.
“Tren wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja sudah mulai bagus terutama pada bulan high seasons. Sayangnya, wisatawan lebih banyak menginap di Toraja Utara karena hotel/penginapan lebih banyak di sana,” ujar mantan Kepala Bagian Humas dan Protokoler pada Sekretariat Daerah (Setda) Tana Toraja itu.
Selain minim tempat penginapan, sektor pariwisata Tana Toraja juga masih menghadapi persoalan transportasi. Meski Tana Toraja sudah memiliki bandara perintis, namun hanya jenis pesawat tertentu saja yang bisa mendarat. Untuk transportasi darat, wisatawan membutuhkan waktu tujuh hingga delapan jam dari Makassar ke Toraja.
Dampaknya, wisatawan banyak menghabiskan waktu di perjalanan sementara waktu kunjungan wisatawan ke Tana Toraja terbatas.
Saat ini, pemerintah sedang membangun bandara baru bertaraf internasional di Kecamatan Mengkendek. Keberadaan bandara baru tersebut akan mendukung peningkatan sektor pariwisata Toraja karena bisa didarati pesawat berbadan lebar.
“Dari segi jumlah bus yang melayani trayek Makassar-Toraja dan sebaliknya cukup banyak. Hanya saja, jarak tempuh melalui jalur darat masih butuh waktu tujuh hingga delapan jam,” katanya.
Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung menyatakan Pemkab Tana Toraja akan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Festival Toraja. Masyakarat bisa menyewakan kamar rumahnya sebagai tempat penginapan sehingga wisatawan yang datang menyaksikan Festival Toraja tidak kesulitan mendapat tempat penginapan.
“Rumah penduduk akan kita berdayakan sebagai tempat penginapan bagi wisatawan. Hasil sewa rumah/kamar tersebut akan menambah pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka,” tandas Theofilus.
(rsa)