Mahasiswa berharap agar warga Madura tak terprovokasi
A
A
A
Sindonews.com - Ketegangan kembali terjadi setelah kelompok santri dan ulama anti Syiah menggelar unjuk rasa di dekat lokasi pengungsian warga Islam Syiah di GOR, Kota Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis (20/6/2013).
Ketua Umum Forum Silaturahim Komunikasi Mahasiswa Madura Jogjakarta (FSKMMJ) Abdul Khafi Syatra berharap, warga Sampang tidak mudah terprovokasi menyikapi persoalan warga syiah.
Dia meyakini persoalan tersebut bisa diselesaikan dengan cara baik-baik dan santun. "Mengajak segenap masyarakat Sampang dan Madura untuk tetap dingin menghadapi persoalan ini, jangan sampai terprovokasi oleh apapun atas nama apapun," ujar Khafi kepada Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Pria yang dibesarkan di bumi pulau garam ini menilai, warga Madura cukup toleransi terhadap perbedaan. Namun, dia menduga awal mula persolan warga syiah di Kabupaten Sampang muncul lantaran ditunggangi oleh kepentingan politik.
Menurutnya, peran ulama Madura, sambung Khafi sangat dibutuhkan untuk meredam gejolak massa, sehingga insiden seperti tahun lalu bisa antisipasi. "Khusus untuk para kiai-kiai untuk juga mengamankan agar tidak menelan korban seperti tahun lalu," tukas Khafi dengan nada serius.
Saat ini, Warga Islam Syiah yang terusir dari kampungnya dan tinggal sementara di lokasi pengungsian di GOR Kota Sampang, akhirnya dipindahkan ke Sidoarjo, Jawa Timur.
Sekira pukul 14.30 WIB, Kamis (20/6/2013), semua warga Syiah dinaikkan ke dalam lima bus yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sampang, setelah diawali unjuk rasa kelompok santri dan ulama anti Syiah di dekat lokasi pengungsian.
Seperti diketahui, warga Islam Syiah diusir dari kampungnya di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang, pada 26 Agustus 2012 lalu, setelah sebagian besar rumah mereka dibakar dan dirusak oleh sekelompok orang.
Sejak saat itulah, sebanyak 165 orang warga Syiah tinggal di dalam GOR tersebut dengan status sebagai pengungsi. Keinginan mereka untuk kembali ke kampung halamannya, selalu ditolak Pemda dan otoritas keamanan Kota Sampang, karena alasan keamanan.
Ketua Umum Forum Silaturahim Komunikasi Mahasiswa Madura Jogjakarta (FSKMMJ) Abdul Khafi Syatra berharap, warga Sampang tidak mudah terprovokasi menyikapi persoalan warga syiah.
Dia meyakini persoalan tersebut bisa diselesaikan dengan cara baik-baik dan santun. "Mengajak segenap masyarakat Sampang dan Madura untuk tetap dingin menghadapi persoalan ini, jangan sampai terprovokasi oleh apapun atas nama apapun," ujar Khafi kepada Sindonews, Kamis (20/6/2013).
Pria yang dibesarkan di bumi pulau garam ini menilai, warga Madura cukup toleransi terhadap perbedaan. Namun, dia menduga awal mula persolan warga syiah di Kabupaten Sampang muncul lantaran ditunggangi oleh kepentingan politik.
Menurutnya, peran ulama Madura, sambung Khafi sangat dibutuhkan untuk meredam gejolak massa, sehingga insiden seperti tahun lalu bisa antisipasi. "Khusus untuk para kiai-kiai untuk juga mengamankan agar tidak menelan korban seperti tahun lalu," tukas Khafi dengan nada serius.
Saat ini, Warga Islam Syiah yang terusir dari kampungnya dan tinggal sementara di lokasi pengungsian di GOR Kota Sampang, akhirnya dipindahkan ke Sidoarjo, Jawa Timur.
Sekira pukul 14.30 WIB, Kamis (20/6/2013), semua warga Syiah dinaikkan ke dalam lima bus yang disediakan Pemerintah Kabupaten Sampang, setelah diawali unjuk rasa kelompok santri dan ulama anti Syiah di dekat lokasi pengungsian.
Seperti diketahui, warga Islam Syiah diusir dari kampungnya di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang, pada 26 Agustus 2012 lalu, setelah sebagian besar rumah mereka dibakar dan dirusak oleh sekelompok orang.
Sejak saat itulah, sebanyak 165 orang warga Syiah tinggal di dalam GOR tersebut dengan status sebagai pengungsi. Keinginan mereka untuk kembali ke kampung halamannya, selalu ditolak Pemda dan otoritas keamanan Kota Sampang, karena alasan keamanan.
(maf)