Bentrok, Warga- Polisi rusak Kampus UNM
A
A
A
Sindonews.com - Aksi unjuk rasa penolakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Makassar, kembali berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Kali ini mahasiswa dan petugas saling serang di depan Kampus UNM Gunungsari Jalan AP Pettarani, Rappocini, Jumat (14/6), petang.
Ratusan mahasiswa yang awalnya memblokir Jalan AP Pettarani selama lima jam, diserang dari arah utara dan selatan oleh ratusan Pasukan Huru-Hara Brimob Polda Sulselbar.
Berdasarkan pantauan di lokasi sekira pukul 20.00 Wita, aksi pembubaran paksa yang dilakukan aparat kepolisian, juga mendapatkan bantuan dari warga sekitar dan pengguna jalan yang sudah berjam-jam terjebak macet di Jalan AP Pettarani. Ratusan warga dan polisi berpakaian preman menyerang masuk ke dalam Menara Phinisi UNM menggunakan batu dan balok kayu.
Mahasiswa yang merasa terpojok memilih mundur. Warga pun terus melakukan pelemparan ke arah gedung, sehingga menyebabkan belasan dinding kaca Menara Phinisi pecah terkena lemparan.
Penyerangan Menara Phinisi UNM ini berlangsung sekitar sekira pukul 20.00 Wita hingga pukul 21.00 Wita, dan terus mendapatkan perlawanan dari pengunjuk rasa.
Melihat situasi yang semakin memanas, terlebih warga yang kian bertambah banyak, ratusan personel Brimob yang sebelumnya mundur hingga di depan Hotel Clarion, kembali turun ke TKP membubarkan warga yang semakin brutal.
"Bubarkan seluruh warga yang berkumpul. Jangan sampai kita dianggap melakukan pembiaran," teriak Kepala Biro Operasional (Karoops) Polda Sulselbar Kombes Anthony Hutabarat kepada anak buahnya, di TKP, tadi malam.
Pembantu Rektor (PR) III UNM Hery Tahir turun langsung untuk menangkan masyarakat sekitar dan mahasiswa yang terus berhadapan.
Wakapolrestabes Makassar AKBP Totok Lisdiarto yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, pihaknya menurunkan sebanyak 500 personel untuk membubarkan massa. Ke-500 personrl itu terdiri dari Brimob Polda Sulselbar, Sabhara Polrestabes Makassar, dan seratusan personel berpakaian sipil.
"Sampai saat ini kita turunkan sekira 500 personel. Beberapa lainnya stand-by di luar, dan akan bergabung jika situasi semakin tak terkendali," ujarnya saat ditemui SINDO.
Menyikapi penyerbuan Menara Phinisi oleh ratusan warga, pihak UNM sendiri mengecamnya secara keras. Kuat dugaan, situasi tersebut dimanfaatkan oleh sekelompok pihak tak bertanggungjawab.
PR III UNM Hery Tahir yang ditemui tadi malam mengatakan, pihaknya belum mengetahui apa-apa saja fasilitas kampus yang dirusak oleh warga.
"Rupanya pengrusakan itu kita indikasi karena banyaknya preman yang masuk ke dalam kampus dan mereka ini yang merusak. Kita tak tahu dari mana itu," akunya kepada wartawan.
Hery pun secara tegas mengatakan, terjadinya bentrokan antara mahasiswa dan polisi serta warga ini, diduga kuat disusupi oleh provokator.
"Ini jelas ada penyusup. Buktinya, dari puluhan mahasiswa yang diamankan, hanya segelintir yang berasal dari UNM," pungkasnya.
Kondisi di Kampus UNM baru terkendali sekitar pukul 21.30 Wita. Mahasiswa membubarkan diri melalui pintu belakang, dan warga pun berhasil dihalau dari depan kampus.
Dalam insiden itu, sedikitnya 20 sepeda motor juga menjadi bulan-bulanan pengrusakan oleh aparat kepolisian. Dua diantaranya diketahui milik wartawan TVRI dan Koran Tempo Makassar.
Ratusan mahasiswa yang awalnya memblokir Jalan AP Pettarani selama lima jam, diserang dari arah utara dan selatan oleh ratusan Pasukan Huru-Hara Brimob Polda Sulselbar.
Berdasarkan pantauan di lokasi sekira pukul 20.00 Wita, aksi pembubaran paksa yang dilakukan aparat kepolisian, juga mendapatkan bantuan dari warga sekitar dan pengguna jalan yang sudah berjam-jam terjebak macet di Jalan AP Pettarani. Ratusan warga dan polisi berpakaian preman menyerang masuk ke dalam Menara Phinisi UNM menggunakan batu dan balok kayu.
Mahasiswa yang merasa terpojok memilih mundur. Warga pun terus melakukan pelemparan ke arah gedung, sehingga menyebabkan belasan dinding kaca Menara Phinisi pecah terkena lemparan.
Penyerangan Menara Phinisi UNM ini berlangsung sekitar sekira pukul 20.00 Wita hingga pukul 21.00 Wita, dan terus mendapatkan perlawanan dari pengunjuk rasa.
Melihat situasi yang semakin memanas, terlebih warga yang kian bertambah banyak, ratusan personel Brimob yang sebelumnya mundur hingga di depan Hotel Clarion, kembali turun ke TKP membubarkan warga yang semakin brutal.
"Bubarkan seluruh warga yang berkumpul. Jangan sampai kita dianggap melakukan pembiaran," teriak Kepala Biro Operasional (Karoops) Polda Sulselbar Kombes Anthony Hutabarat kepada anak buahnya, di TKP, tadi malam.
Pembantu Rektor (PR) III UNM Hery Tahir turun langsung untuk menangkan masyarakat sekitar dan mahasiswa yang terus berhadapan.
Wakapolrestabes Makassar AKBP Totok Lisdiarto yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, pihaknya menurunkan sebanyak 500 personel untuk membubarkan massa. Ke-500 personrl itu terdiri dari Brimob Polda Sulselbar, Sabhara Polrestabes Makassar, dan seratusan personel berpakaian sipil.
"Sampai saat ini kita turunkan sekira 500 personel. Beberapa lainnya stand-by di luar, dan akan bergabung jika situasi semakin tak terkendali," ujarnya saat ditemui SINDO.
Menyikapi penyerbuan Menara Phinisi oleh ratusan warga, pihak UNM sendiri mengecamnya secara keras. Kuat dugaan, situasi tersebut dimanfaatkan oleh sekelompok pihak tak bertanggungjawab.
PR III UNM Hery Tahir yang ditemui tadi malam mengatakan, pihaknya belum mengetahui apa-apa saja fasilitas kampus yang dirusak oleh warga.
"Rupanya pengrusakan itu kita indikasi karena banyaknya preman yang masuk ke dalam kampus dan mereka ini yang merusak. Kita tak tahu dari mana itu," akunya kepada wartawan.
Hery pun secara tegas mengatakan, terjadinya bentrokan antara mahasiswa dan polisi serta warga ini, diduga kuat disusupi oleh provokator.
"Ini jelas ada penyusup. Buktinya, dari puluhan mahasiswa yang diamankan, hanya segelintir yang berasal dari UNM," pungkasnya.
Kondisi di Kampus UNM baru terkendali sekitar pukul 21.30 Wita. Mahasiswa membubarkan diri melalui pintu belakang, dan warga pun berhasil dihalau dari depan kampus.
Dalam insiden itu, sedikitnya 20 sepeda motor juga menjadi bulan-bulanan pengrusakan oleh aparat kepolisian. Dua diantaranya diketahui milik wartawan TVRI dan Koran Tempo Makassar.
(rsa)