Demo mahasiswa ricuh, jalur Makassar-Gowa lumpuh 9 jam
A
A
A
Sindonews.com - Kesal karena jalan diblokir pengunjuk rasa, ratusan warga dan pengguna jalan terlibat bentrok dengan mahasiswa di depan Kampus Universitas Negeri Muhammadiyah (Unismuh), Jalan Sultan Alauddin, petang tadi.
Ratusan warga Jalan Sultan Alauddin berusaha membubarkan ratusan mahasiswa Unismuh yang berunjuk rasa, dengan memblokir jalan sejak pukul 12.00 Wita, Selasa (11/6/2013).
Namun sayang, usaha warga tersebut mendapatkan balasan dari kelompok mahasiswa, sehingga terjadi aksi saling serang selama tiga jam.
Setelah bentrok dengan warga, sekira pukul 20.00 Wita, giliran aparat kepolisian yang dihadapi oleh ratusan mahasiswa, dan berakhir dengan pengepungan Kampus Unismuh selama dua jam.
Kedua kelompok ini saling serang dengan menggunakan batu dan balok kayu. Bahkan, beberapa kali terlihat dari kedua kubu melepaskan anak panah dan terdengar suara senjata api rakitan.
Pertama kali, bentrok terjadi sekira pukul 17.00 Wita. Saat itu, sejumlah pengguna jalan memaksa melintas, setelah mahasiswa menutup total kedua ruas jalan penghubung Kota Makassar-Kab Gowa ini. Puluhan supir truk yang telah terhalang jalannya sejak pukul 12.00 Wita, berusaha melawan dengan melempar batu ke arah ratusan mahasiswa.
Dalam insiden itu, sebuah truk 10 roda mengalami pecah pada bagian kaca depannya setelah diserang oknum mahasiswa. Saling serang sempat mereda, namun sekira 30 menit kemudian pengguna jalan yang dibantu warga sekitar kembali melakukan perlawanan ke arah mahasiswa dengan jumlah yang lebih besar.
Petugas kepolisian yang berusaha melerai, tak berdaya menghalau serangan dari kedua pihak, dikarenakan jumlah pelaku bentrokan lebih besar.
Sekira pukul 20.00 Wita, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wisnu Sanjaja dan Kabag Ops AKBP M Ridwan yang terjun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), mengerahkan ratusan personel untuk membubarkan kedua kelompok yang bertikai.
Kabag Ops Polrestabes AKBP Ridwan menyatakan, pihaknya menurunkan sebanyak 400 personel dari Brigade Mobile (Brimob) dan Sabhara Polda Sulselbar untuk menghalau bentrokan.
Dari pantauan SINDO, polisi beberapa kali melepaskan tembakan gas air mata dan tembakan peringatan untuk menghalau bentrokan.
Aparat kepolisian juga terpaksa memutus aliran listrik di sekitar Kampus Unismuh untuk membubarkan mahasiswa yang jumlahnya semakin bertambah.
Hingga pukul 22.00 Wita, ratusan petugas dari Polrestabes Makassar dan Polda Sulselbar masih melakukan pengepungan di Kampus Unismuh, meski dalam guyuran hujan deras.
"Kami tidak akan berhenti melakukan pengepungan kampus, sebelum serangan dari mahasiswa berhenti. Kami juga menunggu perintah pimpinan untuk mundur," akunya saar ditemui di TKP AKBP Ridwan.
Awalnya, sekira pukul 12.00 Wita sebanyak 200 mahasiswa yang mengatasnamakan 'Gerakan Tolak Kenaikan Harga BBM' melakukan pemblokiran ruas jalan di depan Kampus Unismuh.
Belasan truk dan mobil kontainer disandra mahasiswa dan dijadikan tempat berorasi untuk menyuarakan tuntutannya. Demonstran pimpinan Rusdi itu menuntut kepada pemerintah untuk segera membatalkan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Harga BBM naik, Presiden SBY-Boediono harus turun dari jabatannya," teriak Rusdi dalam orasinya.
Ratusan warga Jalan Sultan Alauddin berusaha membubarkan ratusan mahasiswa Unismuh yang berunjuk rasa, dengan memblokir jalan sejak pukul 12.00 Wita, Selasa (11/6/2013).
Namun sayang, usaha warga tersebut mendapatkan balasan dari kelompok mahasiswa, sehingga terjadi aksi saling serang selama tiga jam.
Setelah bentrok dengan warga, sekira pukul 20.00 Wita, giliran aparat kepolisian yang dihadapi oleh ratusan mahasiswa, dan berakhir dengan pengepungan Kampus Unismuh selama dua jam.
Kedua kelompok ini saling serang dengan menggunakan batu dan balok kayu. Bahkan, beberapa kali terlihat dari kedua kubu melepaskan anak panah dan terdengar suara senjata api rakitan.
Pertama kali, bentrok terjadi sekira pukul 17.00 Wita. Saat itu, sejumlah pengguna jalan memaksa melintas, setelah mahasiswa menutup total kedua ruas jalan penghubung Kota Makassar-Kab Gowa ini. Puluhan supir truk yang telah terhalang jalannya sejak pukul 12.00 Wita, berusaha melawan dengan melempar batu ke arah ratusan mahasiswa.
Dalam insiden itu, sebuah truk 10 roda mengalami pecah pada bagian kaca depannya setelah diserang oknum mahasiswa. Saling serang sempat mereda, namun sekira 30 menit kemudian pengguna jalan yang dibantu warga sekitar kembali melakukan perlawanan ke arah mahasiswa dengan jumlah yang lebih besar.
Petugas kepolisian yang berusaha melerai, tak berdaya menghalau serangan dari kedua pihak, dikarenakan jumlah pelaku bentrokan lebih besar.
Sekira pukul 20.00 Wita, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wisnu Sanjaja dan Kabag Ops AKBP M Ridwan yang terjun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), mengerahkan ratusan personel untuk membubarkan kedua kelompok yang bertikai.
Kabag Ops Polrestabes AKBP Ridwan menyatakan, pihaknya menurunkan sebanyak 400 personel dari Brigade Mobile (Brimob) dan Sabhara Polda Sulselbar untuk menghalau bentrokan.
Dari pantauan SINDO, polisi beberapa kali melepaskan tembakan gas air mata dan tembakan peringatan untuk menghalau bentrokan.
Aparat kepolisian juga terpaksa memutus aliran listrik di sekitar Kampus Unismuh untuk membubarkan mahasiswa yang jumlahnya semakin bertambah.
Hingga pukul 22.00 Wita, ratusan petugas dari Polrestabes Makassar dan Polda Sulselbar masih melakukan pengepungan di Kampus Unismuh, meski dalam guyuran hujan deras.
"Kami tidak akan berhenti melakukan pengepungan kampus, sebelum serangan dari mahasiswa berhenti. Kami juga menunggu perintah pimpinan untuk mundur," akunya saar ditemui di TKP AKBP Ridwan.
Awalnya, sekira pukul 12.00 Wita sebanyak 200 mahasiswa yang mengatasnamakan 'Gerakan Tolak Kenaikan Harga BBM' melakukan pemblokiran ruas jalan di depan Kampus Unismuh.
Belasan truk dan mobil kontainer disandra mahasiswa dan dijadikan tempat berorasi untuk menyuarakan tuntutannya. Demonstran pimpinan Rusdi itu menuntut kepada pemerintah untuk segera membatalkan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Harga BBM naik, Presiden SBY-Boediono harus turun dari jabatannya," teriak Rusdi dalam orasinya.
(rsa)