Longsor ancam puluhan rumah di Sungai Lahar Blitar
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 10 rumah yang berada di sepanjang bantaran Sungai Lahar, Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar terancam longsor.
Gerusan air sungai ditambah hujan deras mengakibatkan pondasi bangunan mengalami abrasi. Tekanan air juga merusak jalan setapak sepanjang 20 meter. Sementara jalan yang retak dan nyaris ambrol tersebut merupakan satu satunya akses menuju permukiman warga.
"Kondisi ini berlangsung sepekan ini. Setelah hujan deras dan debet air sungai meninggi," tutur Tatik (61), seorang warga kepada wartawan, Senin (10/6/2013).
Dari pantauan Sindo di lapangan, rata-rata penduduk permukiman yang berada di tengah kota Blitar tersebut berstatus sebagai keluarga ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar menggantungkan hidup sebagai pedagang kios kecil yang berada tak jauh dari tempat tinggal mereka.
"Dan bisa dilihat kios-kios itu juga terancam longsor. Sebab bagian belakangnya langsung sungai, "terangnya.
Sungai itu berjarak sekira 10 meter di bawah permukiman warga. Selain menjadi tempat Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) warga, sungai yang melintasi Kota Blitar itu juga berfungsi sebagai penampung aliran lahar Gunung Kelud ketika meletus.
Karena kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, Murtini seorang warga memilih mengungsi dan mengosongkan rumahnya. Seorang warga bahkan sempat tercebur ke sungai, karena jalan yang diinjaknya ambrol.
Tatik dan sejumlah keluarga yang lain juga berfikiran sama jika Pemerintah Kota Blitar tidak segera mengambil tindakan. "Solusinya hanya dengan diplengseng. Kita sudah beberapa kali meminta itu, namun pemerintah tidak juga merealisasikan," jelas Tatik.
Informasi yang dihimpun, sejumlah petugas PU dan Camat telah turun ke lokasi. Menurut Kepala Kelurahan Kepanjen Lor Mardana, kondisi membahayakan itu sudah dilaporkan ke Pemkot Blitar. "Janjinya dalam waktu dekat akan ditangani," janjinya.
Gerusan air sungai ditambah hujan deras mengakibatkan pondasi bangunan mengalami abrasi. Tekanan air juga merusak jalan setapak sepanjang 20 meter. Sementara jalan yang retak dan nyaris ambrol tersebut merupakan satu satunya akses menuju permukiman warga.
"Kondisi ini berlangsung sepekan ini. Setelah hujan deras dan debet air sungai meninggi," tutur Tatik (61), seorang warga kepada wartawan, Senin (10/6/2013).
Dari pantauan Sindo di lapangan, rata-rata penduduk permukiman yang berada di tengah kota Blitar tersebut berstatus sebagai keluarga ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar menggantungkan hidup sebagai pedagang kios kecil yang berada tak jauh dari tempat tinggal mereka.
"Dan bisa dilihat kios-kios itu juga terancam longsor. Sebab bagian belakangnya langsung sungai, "terangnya.
Sungai itu berjarak sekira 10 meter di bawah permukiman warga. Selain menjadi tempat Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) warga, sungai yang melintasi Kota Blitar itu juga berfungsi sebagai penampung aliran lahar Gunung Kelud ketika meletus.
Karena kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, Murtini seorang warga memilih mengungsi dan mengosongkan rumahnya. Seorang warga bahkan sempat tercebur ke sungai, karena jalan yang diinjaknya ambrol.
Tatik dan sejumlah keluarga yang lain juga berfikiran sama jika Pemerintah Kota Blitar tidak segera mengambil tindakan. "Solusinya hanya dengan diplengseng. Kita sudah beberapa kali meminta itu, namun pemerintah tidak juga merealisasikan," jelas Tatik.
Informasi yang dihimpun, sejumlah petugas PU dan Camat telah turun ke lokasi. Menurut Kepala Kelurahan Kepanjen Lor Mardana, kondisi membahayakan itu sudah dilaporkan ke Pemkot Blitar. "Janjinya dalam waktu dekat akan ditangani," janjinya.
(rsa)