BTL peras puluhan warga Wonotawang terkait listrik
BTL peras puluhan warga Wonotawang terkait listrik
A
A
A
Sindonews.com - Biro Teknik Listrik (BTL) tak ambil pusing dengan kesulitan warga Dusun Wonotawang, Sidoharjo, Samigaluh, Jawa Tengah (Jateng). Rekanan Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini justru aji mumpung dengan menawarkan harga sangat tinggi bagi warga yang ingin memasang instalasi listrik.
Salah satu warga, Prapto Diharjo (65) mengatakan, BTL mematok tarif Rp2,3 juta untuk pemasangan instalasi listrik dengan daya 450 volt amphere (VA). Sedangkan untuk daya 900 VA, BTL mematok tarif mencapai Rp2,7 juta.
"Tarif yang dipatok BTL sangat memberatkan kami. Sudah dua kali sosialisasi serta negosiasi antara warga dengan BTL. Tapi sampai sekarang tetap saja harga tidak bisa turun," ujar Prapto kepada wartawan, di Sidoharjo, Jateng, Minggu (9/6/2013).
Dia menjelaskan, warga di wilayahnya sangat ingin menikmati aliran listrik. Karena itu, warga berupaya menempuh segala cara agar mendapatkan uang untuk memasang instalasi. Apalagi, dari 39 kepala keluarga, 70 persen merupakan warga tidak mampu.
"Yang sudah mapan ekonominya mungkin tidak masalah mentediakan uang sebesar itu. Tapi kami jelas kerepotan. Kami berencana menggadaikan sertifikat tanah ke bank, karena kami enggak punya tabungan," terangnya.
"Ada tetangga dekat rumah saya nekat mau menjual tanah. Dia takut meminjam ke bank lantaran khawatir tidak kuat mengangsur karena pekerjaannya cuma sebagai kuli pengangkut air," sambung warga lainnya, Sastro Wiharjo (50).
Salah satu warga, Prapto Diharjo (65) mengatakan, BTL mematok tarif Rp2,3 juta untuk pemasangan instalasi listrik dengan daya 450 volt amphere (VA). Sedangkan untuk daya 900 VA, BTL mematok tarif mencapai Rp2,7 juta.
"Tarif yang dipatok BTL sangat memberatkan kami. Sudah dua kali sosialisasi serta negosiasi antara warga dengan BTL. Tapi sampai sekarang tetap saja harga tidak bisa turun," ujar Prapto kepada wartawan, di Sidoharjo, Jateng, Minggu (9/6/2013).
Dia menjelaskan, warga di wilayahnya sangat ingin menikmati aliran listrik. Karena itu, warga berupaya menempuh segala cara agar mendapatkan uang untuk memasang instalasi. Apalagi, dari 39 kepala keluarga, 70 persen merupakan warga tidak mampu.
"Yang sudah mapan ekonominya mungkin tidak masalah mentediakan uang sebesar itu. Tapi kami jelas kerepotan. Kami berencana menggadaikan sertifikat tanah ke bank, karena kami enggak punya tabungan," terangnya.
"Ada tetangga dekat rumah saya nekat mau menjual tanah. Dia takut meminjam ke bank lantaran khawatir tidak kuat mengangsur karena pekerjaannya cuma sebagai kuli pengangkut air," sambung warga lainnya, Sastro Wiharjo (50).
(maf)
Explore More