Ini pola kerja teroris merekrut boomber
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat Terorisme Noor Huda Ismail mengungkap kiat teroris dalam merekrut para bombernya. Noor Huda mengatakan, para perekrut itu tidak serta merta mengajaknya.
Awalnya, mereka biasa membaca wilayah yang akan dituju. Yang dicari, biasanya adalah kelompok sakit hati agar memudahkan mereka untuk membangun kontradiksi dan menanamkan radikalisasi.
"Mereka akan pelan-pelan masuk ke zona yang dituju. Seperti tempat peribadatan, bisa jadi dia menjadi ustaz atau imam di wilayah tersebut dengan memberikan tausiyah-tausiyah," jelas Noor Huda kepada Sindonews, Selasa (4/5/2013).
Selain itu, cara yang paling mudah untuk melakukan perekrutan adalah latar belakang persaudaraan. Makanya tak jarang ditemukan anggota teroris masih ada hubungan saudara dengan anggota teroris lainnya.
"Bisa kakak, bisa adik, bisa saudara, sahabat, guru dan murid, itu biasanya metode yang mereka gunakan untuk melakukan perekrutan," jelasnya.
Para teroris juga kerap melakukan rekrutmen dengan menyasar lembaga, seperti lembaga pendidikan.
Kata Noor Huda, kalau mereka memiliki semacam lembaga pendidikan seperti pesantren-pesantren atau bahkan sekedar pengajian-pengajian rutin di suatu masjid yang mereka pakai akan lebih mudah menanamkan radikalisasi.
"Anak muda saat ini kebanyakan yang disasar. Termasuk masyarakat dengan ekonomi lemah, karena dapat mudah terhasut. Makanya tak jarang jika kita menemukan anggota teroris ternyata berprofesi sebagai tukang bubur, tukang jahit, dan sebagainya," tandasnya.
Menurut Noor Huda, mereka juga memposisikan diri sebagai orang yang mudah bergaul. Mereka sama seperti kebanyakan orang lainnya yang suka memilih mengopi di warkop, bercanda, dan lainnya. Karena dengan begitu, modal sosial untuk mengilusioniskan sudah mereka milik.
Awalnya, mereka biasa membaca wilayah yang akan dituju. Yang dicari, biasanya adalah kelompok sakit hati agar memudahkan mereka untuk membangun kontradiksi dan menanamkan radikalisasi.
"Mereka akan pelan-pelan masuk ke zona yang dituju. Seperti tempat peribadatan, bisa jadi dia menjadi ustaz atau imam di wilayah tersebut dengan memberikan tausiyah-tausiyah," jelas Noor Huda kepada Sindonews, Selasa (4/5/2013).
Selain itu, cara yang paling mudah untuk melakukan perekrutan adalah latar belakang persaudaraan. Makanya tak jarang ditemukan anggota teroris masih ada hubungan saudara dengan anggota teroris lainnya.
"Bisa kakak, bisa adik, bisa saudara, sahabat, guru dan murid, itu biasanya metode yang mereka gunakan untuk melakukan perekrutan," jelasnya.
Para teroris juga kerap melakukan rekrutmen dengan menyasar lembaga, seperti lembaga pendidikan.
Kata Noor Huda, kalau mereka memiliki semacam lembaga pendidikan seperti pesantren-pesantren atau bahkan sekedar pengajian-pengajian rutin di suatu masjid yang mereka pakai akan lebih mudah menanamkan radikalisasi.
"Anak muda saat ini kebanyakan yang disasar. Termasuk masyarakat dengan ekonomi lemah, karena dapat mudah terhasut. Makanya tak jarang jika kita menemukan anggota teroris ternyata berprofesi sebagai tukang bubur, tukang jahit, dan sebagainya," tandasnya.
Menurut Noor Huda, mereka juga memposisikan diri sebagai orang yang mudah bergaul. Mereka sama seperti kebanyakan orang lainnya yang suka memilih mengopi di warkop, bercanda, dan lainnya. Karena dengan begitu, modal sosial untuk mengilusioniskan sudah mereka milik.
(rsa)