Ijazah ditahan, puluhan pelajar dapat bantuan
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan siswa miskin kelas III yang ijazahnya ditahan karena tidak mampu melunasi biaya Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP), mendapat bantuan dari alumni SMA Islam Sultan Agung II Kalinyamatan Jepara yang tergabung dalam wadah IASSA.
IASSA menyerahkan langsung bantuan kepada 40 pelajar swasta miskin yang menempuh pendidikan di almameternya, Sabtu (20/4/2013). Rinciannya, 24 siswa penerima beasiswa merupakan pelajar kelas XII yang baru saja mengerjakan Ujian Nasional (UN). Sedang sisanya merupakan siswa kela X dan XI.
Pengurus IASSA Abdul Wachid berharap bantuan beasiswa ini bisa meringankan beban yang harus ditanggung para puluhan siswa tersebut, terlebih yang saat ini duduk di kelas XII. Sebab setelah mengerjakan UN, mereka masih harus dihadapkan dengan berbagai biaya lain hingga bisa lulus dari sekolahnya.
Berdasar catatannya, 24 siswa kelas III SMA Sultan Agung II Kalinyamatan yang mendapat beasiswa ini, mempunyai tunggakan pembayaran SPP di sekolahnya. Padahal jika mereka menunggak pembayaran SPP, ijazah mereka terancam tidak diberikan oleh pihak sekolah.
"Makanya kita bantu dengan beasiswa ini. Tiap siswa dibantu Rp600 ribu, jadi kalau ditotal ada bantuan Rp24 juta yang berasal dari anggota IASSA dan donatur lain yang tidak mengikat," kata Wachid, di Jepara, Sabtu (20/4/2013).
Wachid menegaskan IASSA memang berkomitmen membantu siswa sekolah swasta dari keluarga miskin. Pihaknya tidak ingin ada siswa putus sekolah karena tidak mempunyai biaya.
"Makanya tiap tahun jumlah siswa miskin yang dibantu maupun nominal beasiswanya selalu kita tambah. Tahun ini naik 100 persen dibanding tahun lalu," ucap anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra ini.
Kepala SMA Sultan Agung II Kalinyamatan Jepara, Junaidi mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi bantuan dari IASSA. Menurutnya, saat ini ada sekitar 150 siswa di sekolahnya yang masuk kategori tidak mampu.
Ratusan siswa tersebut memang membutuhkan sokongan bantuan dari pihak lain agar tetap dapat melanjutkan pendidikannya. Junaidi mengakui saat ini, memang sudah ada rintisan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolahnya.
Namun karena masih rintisan maka nominalnya masih sangat kecil yakni hanya sekitar Rp12 ribu. Padahal, tiap bulan SPP yang harus dibayar para siswa di sekolahnya mencapai Rp130 ribu.
"Jadi belum bisa banyak membantu. Untung saja ada beasiswa dari IASSA ini. Bantuan tersebut kita kelola untuk kepentingan para siswa tidak mampu ini," tandasnya.
IASSA menyerahkan langsung bantuan kepada 40 pelajar swasta miskin yang menempuh pendidikan di almameternya, Sabtu (20/4/2013). Rinciannya, 24 siswa penerima beasiswa merupakan pelajar kelas XII yang baru saja mengerjakan Ujian Nasional (UN). Sedang sisanya merupakan siswa kela X dan XI.
Pengurus IASSA Abdul Wachid berharap bantuan beasiswa ini bisa meringankan beban yang harus ditanggung para puluhan siswa tersebut, terlebih yang saat ini duduk di kelas XII. Sebab setelah mengerjakan UN, mereka masih harus dihadapkan dengan berbagai biaya lain hingga bisa lulus dari sekolahnya.
Berdasar catatannya, 24 siswa kelas III SMA Sultan Agung II Kalinyamatan yang mendapat beasiswa ini, mempunyai tunggakan pembayaran SPP di sekolahnya. Padahal jika mereka menunggak pembayaran SPP, ijazah mereka terancam tidak diberikan oleh pihak sekolah.
"Makanya kita bantu dengan beasiswa ini. Tiap siswa dibantu Rp600 ribu, jadi kalau ditotal ada bantuan Rp24 juta yang berasal dari anggota IASSA dan donatur lain yang tidak mengikat," kata Wachid, di Jepara, Sabtu (20/4/2013).
Wachid menegaskan IASSA memang berkomitmen membantu siswa sekolah swasta dari keluarga miskin. Pihaknya tidak ingin ada siswa putus sekolah karena tidak mempunyai biaya.
"Makanya tiap tahun jumlah siswa miskin yang dibantu maupun nominal beasiswanya selalu kita tambah. Tahun ini naik 100 persen dibanding tahun lalu," ucap anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra ini.
Kepala SMA Sultan Agung II Kalinyamatan Jepara, Junaidi mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi bantuan dari IASSA. Menurutnya, saat ini ada sekitar 150 siswa di sekolahnya yang masuk kategori tidak mampu.
Ratusan siswa tersebut memang membutuhkan sokongan bantuan dari pihak lain agar tetap dapat melanjutkan pendidikannya. Junaidi mengakui saat ini, memang sudah ada rintisan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sekolahnya.
Namun karena masih rintisan maka nominalnya masih sangat kecil yakni hanya sekitar Rp12 ribu. Padahal, tiap bulan SPP yang harus dibayar para siswa di sekolahnya mencapai Rp130 ribu.
"Jadi belum bisa banyak membantu. Untung saja ada beasiswa dari IASSA ini. Bantuan tersebut kita kelola untuk kepentingan para siswa tidak mampu ini," tandasnya.
(ysw)