Sidik, si bayi dengan benjolan di mata
A
A
A
Sindonews.com - Nasib malang menimpa Sidik Amirul Mukminin (8 bulan), asal Kampung Babakan, Desa Jatimulya, Kecamatan Pameungpeuk. Berbeda dengan bayi seusianya yang lain, putra ketiga dari pasangan Karmidin (50) dan Nurhayati (30) ini mengalami pembengkakan pada kedua bola matanya.
Menurut Nurhayati, pembengkakan mata Sidik dimulai saat ia lahir. Sidik memiliki kelainan berupa benjolan seperti mata ikan di kedua bola matanya.
"Tiga minggu lalu, kami membawa Sidik ke RSUD Pameungpeuk untuk diobati. Di rumah sakit tersebut, dokter mengaku tidak memiliki obat untuk mengobati penyakit Sidik," kata Nurhayati Rabu (17/4/2013).
Dokter di rumah sakit ini juga tidak mengetahui jenis penyakit yang diderita Sidik. Dokter kemudian memberi kain kasa dan infusan untuk mengompres kedua mata Sidik.
"Saya langsung mengompres matanya pakai air infusan itu. Tapi besoknya kedua mata Sidik malah semakin membesar. Hal ini terus berlangsung dan sekarang matanya sudah sangat besar dan memerah," tuturnya.
Karena penyakit yang dideritanya, lanjut Nurhayati, Sidik menjadi sangat sering menangis dan tangannya selalu berusaha meraih kedua bola matanya yang bengkak. Mungkin, Sidik merasa sangat gatal pada kedua bola matanya.
"Berbekal kartu Jamkesmas, saya dan suami akan melanjutkan perjalanan ke Bandung untuk mengobati buah hati kami. Rencananya, Sidik akan diobati di RS Mata Cicendo atau RS Hasan Sadikin," ujarnya.
Nurhayati khawatir karena mata Sidik terus membengkak. Karenanya juga, Sidik tidak bisa menutup matanya.
"Bola matanya sudah membengkak sekali. Sepertinya tidak pernah tidur juga karena selalu menangis," katanya.
Walaupun memiliki Jamkesmas, ujarnya, mulanya Nurhayati dan Karmidin kesulitan mencari dana untuk ongkos berobat dan tinggal di Bandung. Bantuan baru dia dapatkan sedikit dari Kepala Desa dan sejumlah relawan atau dermawan.
"Kami hanya mengharapkan anak ini bisa sembuh setelah berobat di Bandung," tuturnya.
Kepala UPTD RSUD Pameungpeuk, Nadia Fachruddin, membenarkan bila Sidik sempat berobat di RSUD Pameungpeuk. Menurutnya, dokter Anak yang kala itu menerimanya langsung meminta orang tua Sidik untuk membawa Sidik ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
"Dokter langsung meminta untuk dirujuk. Tetapi saat itu orang tuanya belum siap ke Bandung dengan alasan ada keluarga mereka yang sakit atau halangan lainnya," katanya.
Untuk menjaga mata Sidik dari serangan bakteri, ujarnya, dokter kemudian memberikan infusan dan kain kasa untuk mengompres mata Sidik. Hal tersebut dilakukan bukan untuk mengobati, namun untuk upaya antiseptik sampai Sidik dirujuk.
"Saya belum pegang status anak itu. Jadi belum bisa menyatakan penyakit apa yang dideritanya. Biasanya, kalau gejalanya membengkak, bisa kena tumor," tukasnya.
Menurut Nurhayati, pembengkakan mata Sidik dimulai saat ia lahir. Sidik memiliki kelainan berupa benjolan seperti mata ikan di kedua bola matanya.
"Tiga minggu lalu, kami membawa Sidik ke RSUD Pameungpeuk untuk diobati. Di rumah sakit tersebut, dokter mengaku tidak memiliki obat untuk mengobati penyakit Sidik," kata Nurhayati Rabu (17/4/2013).
Dokter di rumah sakit ini juga tidak mengetahui jenis penyakit yang diderita Sidik. Dokter kemudian memberi kain kasa dan infusan untuk mengompres kedua mata Sidik.
"Saya langsung mengompres matanya pakai air infusan itu. Tapi besoknya kedua mata Sidik malah semakin membesar. Hal ini terus berlangsung dan sekarang matanya sudah sangat besar dan memerah," tuturnya.
Karena penyakit yang dideritanya, lanjut Nurhayati, Sidik menjadi sangat sering menangis dan tangannya selalu berusaha meraih kedua bola matanya yang bengkak. Mungkin, Sidik merasa sangat gatal pada kedua bola matanya.
"Berbekal kartu Jamkesmas, saya dan suami akan melanjutkan perjalanan ke Bandung untuk mengobati buah hati kami. Rencananya, Sidik akan diobati di RS Mata Cicendo atau RS Hasan Sadikin," ujarnya.
Nurhayati khawatir karena mata Sidik terus membengkak. Karenanya juga, Sidik tidak bisa menutup matanya.
"Bola matanya sudah membengkak sekali. Sepertinya tidak pernah tidur juga karena selalu menangis," katanya.
Walaupun memiliki Jamkesmas, ujarnya, mulanya Nurhayati dan Karmidin kesulitan mencari dana untuk ongkos berobat dan tinggal di Bandung. Bantuan baru dia dapatkan sedikit dari Kepala Desa dan sejumlah relawan atau dermawan.
"Kami hanya mengharapkan anak ini bisa sembuh setelah berobat di Bandung," tuturnya.
Kepala UPTD RSUD Pameungpeuk, Nadia Fachruddin, membenarkan bila Sidik sempat berobat di RSUD Pameungpeuk. Menurutnya, dokter Anak yang kala itu menerimanya langsung meminta orang tua Sidik untuk membawa Sidik ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
"Dokter langsung meminta untuk dirujuk. Tetapi saat itu orang tuanya belum siap ke Bandung dengan alasan ada keluarga mereka yang sakit atau halangan lainnya," katanya.
Untuk menjaga mata Sidik dari serangan bakteri, ujarnya, dokter kemudian memberikan infusan dan kain kasa untuk mengompres mata Sidik. Hal tersebut dilakukan bukan untuk mengobati, namun untuk upaya antiseptik sampai Sidik dirujuk.
"Saya belum pegang status anak itu. Jadi belum bisa menyatakan penyakit apa yang dideritanya. Biasanya, kalau gejalanya membengkak, bisa kena tumor," tukasnya.
(rsa)