188 Pintu tanggul Bengawan Solo ditutup warga
A
A
A
Sindonews.com - Banjir luapan Bengawan Solo mengancam wilayah perkotaan Bojonegoro. Saat ini sebanyak 188 pintu tanggul mulai di Kelurahan Jetak, Ledok Wetan, Ledok Kulon, hingga di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro ditutup dengan karung-karung berisi pasir.
Warga menutup pintu-pintu tanggul itu dengan karung-karung berisi pasir. Kemudian, karung-karung itu ditahan dengan lembaran kayu dan batu-batu. Meski begitu, air tetap merembes membasahi Jalan Rajekwesi, Jalan MH Thamrin, hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto. Sementara jarak Bengawan Solo dengan perkantoran Pemkab Bojonegoro hanya sekitar 300 meter.
Menurut Kepala Dinas Pengairan Pemkab Bojonegoro, Zaenal, semua pintu tanggul Bengawan Solo ditutup agar air tidak masuk ke perkotaan Bojonegoro.
“Kalau pintu Bengawan Solo tidak ditutup, air akan meluber menggenangi perkotaan,” ujar Zaenal kepada Sindonews, Selasa (9/4/2013).
Posko pengungsian didirikan di sejumlah titik. Polres Bojonegoro mendirikan posko pengungsian di dekat tanggul Bengawan Solo. Sementara, Pemkab Bojonegoro menyediakan pengungsian di gedung Serba Guna Bojonegoro.
Sebagian warga lainnya memilih mengungsi di atas tanggul Bengawan Solo. Mereka mendirikan tenda darurat dari terpal. Barang-barang rumah tangga diamankan di atas tanggul itu.
Selain menggenangi rumah warga, banjir menggenangi ribuan areal persawahan di Kecamatan Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kanor, hingga Baureno.
Sementara, warga yang berada di Kecamatan Trucuk dan Malo yang berada di seberang sungai mulai dievakuasi menggunakan perahu karet oleh petugas satuan tanggap bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro.
Kasi Kesiapsiagaan, BPBD Pemkab Bojonegoro, Suhadi, mengatakan, warga yang terisolasi di Kecamatan Trucuk dan Malo disisir oleh petugas dengan memakai perahu karet.
“Warga yang membutuhkan bantuan dan butuh evakuasi langsung dievakuasi. Kami mengantisipasi agar tidak ada warga yang terseret banjir,” ujarnya.
Warga menutup pintu-pintu tanggul itu dengan karung-karung berisi pasir. Kemudian, karung-karung itu ditahan dengan lembaran kayu dan batu-batu. Meski begitu, air tetap merembes membasahi Jalan Rajekwesi, Jalan MH Thamrin, hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto. Sementara jarak Bengawan Solo dengan perkantoran Pemkab Bojonegoro hanya sekitar 300 meter.
Menurut Kepala Dinas Pengairan Pemkab Bojonegoro, Zaenal, semua pintu tanggul Bengawan Solo ditutup agar air tidak masuk ke perkotaan Bojonegoro.
“Kalau pintu Bengawan Solo tidak ditutup, air akan meluber menggenangi perkotaan,” ujar Zaenal kepada Sindonews, Selasa (9/4/2013).
Posko pengungsian didirikan di sejumlah titik. Polres Bojonegoro mendirikan posko pengungsian di dekat tanggul Bengawan Solo. Sementara, Pemkab Bojonegoro menyediakan pengungsian di gedung Serba Guna Bojonegoro.
Sebagian warga lainnya memilih mengungsi di atas tanggul Bengawan Solo. Mereka mendirikan tenda darurat dari terpal. Barang-barang rumah tangga diamankan di atas tanggul itu.
Selain menggenangi rumah warga, banjir menggenangi ribuan areal persawahan di Kecamatan Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kanor, hingga Baureno.
Sementara, warga yang berada di Kecamatan Trucuk dan Malo yang berada di seberang sungai mulai dievakuasi menggunakan perahu karet oleh petugas satuan tanggap bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro.
Kasi Kesiapsiagaan, BPBD Pemkab Bojonegoro, Suhadi, mengatakan, warga yang terisolasi di Kecamatan Trucuk dan Malo disisir oleh petugas dengan memakai perahu karet.
“Warga yang membutuhkan bantuan dan butuh evakuasi langsung dievakuasi. Kami mengantisipasi agar tidak ada warga yang terseret banjir,” ujarnya.
(rsa)