Waspadai serangan sporadis paska penyerangan di Lapas Sleman

Sabtu, 23 Maret 2013 - 15:29 WIB
Waspadai serangan sporadis paska penyerangan di Lapas Sleman
Waspadai serangan sporadis paska penyerangan di Lapas Sleman
A A A
Sindonews.com - Penyerangan yang dilakukan belasan orang terlatih terhadap empat tahanan titipan kasus pengeroyokan seorang anggota TNI AD dari Kopasus, di Lapas Sleman, menuai banyak kritikan. Diantaranya datang dari Kriminolog Universitas Indonesia Mulyana W Kusumah.

Menurutnya, ada beberapa sebab umum yang menyebabkan terjadinya serangan itu. Bahkan, dia melihat, serangan itu bisa bersifat sporadis jika tidak segera ditemukan pemecehan masalahnya.

"Pertama, dampak krisis kewibawaan pusat kekuasaan yang tidak mampu lagi melakukan pengendalian politik (political control) efektif terhadap berbagai penyimpangan, baik di lingkungan pemerintahan maupun di lingkungan masyarakat luas," ujar Mulyana kepada Sindonews, Sabtu (23/3/2013).

Selanjutnya, kata dia, adanya rasa muak masyarakat terhadap kinerja instansi penegakkan hukum yang hingga kini masih bekerja jauh dari pencapaian tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan.

"Bagi kelompok-kelompok yang mempunyai kekuatan nyata (real power), kemuakan ini dapat dimanifestasikan dalam bentuk kemurkaan, bahkan serangan fisik," ungkapnya.

Selanjutnya, sambung dia, TNI sekarang tidak mempunyai ruang politik yang dapat menjadi forum penyampaian tuntutan-tuntutan kelembagaan. Hal ini, berbeda dengan masa lalu yang masih dapat tersalurkan melalui Fraksi ABRI.

"TNI seolah-seolah teralienasi dari proses-proses politik demokrasi sekarang. Jelas berbagai bentuk kekerasan kolektif, oknum TNI harus diproses menurut hukum yang berlaku," jelasnya.

Kendati begitu, tambah dia, hal itu akan menjadi sulit. Sebab, segenap persoalan utama, yakni belum maksimalnya penegakkan hukum, dan masih rendahnya wibawa pemerintah, hingga kini masih belum berubah.

"Tanpa menyentuh akar masalah yang dipaparkan di atas, gejala perilaku kekerasan yang sekarang masih bersifat kasuistik dapat berkembang menjadi sporadik," bebernya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3524 seconds (0.1#10.140)