Atap SMK Muhammadiyah Temon ambrol
A
A
A
Sindonews.com - Atap SMK Muhammadiyah Temon di Jalan Wates-Purworejo km 10 ambrol, Rabu (20/3/2013) pagi. Peristiwa ini diduga karena konstruksi baja ringan yang digunakan tidak sesuai standar.
Aris Budi Setiawan, siswa kelas X mengatakan, atap sekolah di atas bangunan baru tiga lantai ambrol sekitar pukul 10.00 WIB. Menurut dia, awalnya terdengar suara retakan yang cukup keras, disusul suara genting berjatuhan.
“Anak-anak sempat riuh begitu genting bejatuhan,” kata Aris.
Kepala SMK muhammadiyah Temon Mokh Komarul Adnan menduga atap sekolahnya ambrol karena tidak kuat menahan beban. Apalagi sehari sebelunya, Temon diguyur hujan lebat hingga malam hari.
“Nah rangkanya kan baja ringan, tapi gentingnya bukan multiroof tapi genting press,” kata Adnan.
Dia menjelaskan, sekira pukul 07.30 WIB dirinya mendengar suara retak dari atas. Kemudian dia mengevakuasi siswa yang ada di ruang kelas ke ruang laboratorium.
“Pengalaman saja kan kalau baja ringan ada yang retak mesti, merembet. Dan benar saja semuanya ambrol dimulai dari tengah,” katanya.
Menurutnya, atap yang ambrol sepanjang 36 meter dan lebar sembilan meter menimpa empat ruangan. Dari jumlah itu, baru dua ruang saja yang difungsikan. Sedangkan dua ruangan lain direncanakan untuk perpustakaan dan laboratorium.
Kerugian akibat peristiwa inidiperkirakan mencapai Rp200 juta lebih. Beruntung, kontraktor siap bertanggung jawab dan mengganti kerusakan.
“Kami ingin diganti dengan kualitas yang lebih baik. Atau mungkin gentingnya memakai multiroof bukan genting press. Kami masih punya lantai dua untuk belajar mengajar dan akan kami percepat penyelesaiannya untuk persiapan ujian nasional,” pungkasnya.
Aris Budi Setiawan, siswa kelas X mengatakan, atap sekolah di atas bangunan baru tiga lantai ambrol sekitar pukul 10.00 WIB. Menurut dia, awalnya terdengar suara retakan yang cukup keras, disusul suara genting berjatuhan.
“Anak-anak sempat riuh begitu genting bejatuhan,” kata Aris.
Kepala SMK muhammadiyah Temon Mokh Komarul Adnan menduga atap sekolahnya ambrol karena tidak kuat menahan beban. Apalagi sehari sebelunya, Temon diguyur hujan lebat hingga malam hari.
“Nah rangkanya kan baja ringan, tapi gentingnya bukan multiroof tapi genting press,” kata Adnan.
Dia menjelaskan, sekira pukul 07.30 WIB dirinya mendengar suara retak dari atas. Kemudian dia mengevakuasi siswa yang ada di ruang kelas ke ruang laboratorium.
“Pengalaman saja kan kalau baja ringan ada yang retak mesti, merembet. Dan benar saja semuanya ambrol dimulai dari tengah,” katanya.
Menurutnya, atap yang ambrol sepanjang 36 meter dan lebar sembilan meter menimpa empat ruangan. Dari jumlah itu, baru dua ruang saja yang difungsikan. Sedangkan dua ruangan lain direncanakan untuk perpustakaan dan laboratorium.
Kerugian akibat peristiwa inidiperkirakan mencapai Rp200 juta lebih. Beruntung, kontraktor siap bertanggung jawab dan mengganti kerusakan.
“Kami ingin diganti dengan kualitas yang lebih baik. Atau mungkin gentingnya memakai multiroof bukan genting press. Kami masih punya lantai dua untuk belajar mengajar dan akan kami percepat penyelesaiannya untuk persiapan ujian nasional,” pungkasnya.
(ysw)