M Nuh: Kurikulum 2013 seperti membuat bahtera Nabi Nuh

Sabtu, 16 Maret 2013 - 16:04 WIB
M Nuh: Kurikulum 2013 seperti membuat bahtera Nabi Nuh
M Nuh: Kurikulum 2013 seperti membuat bahtera Nabi Nuh
A A A
Sindonews.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh mengakui banyak pihak yang pro dan kontra terhadap rencana pemberlakuan Kurikulum 2013 Juli nanti.

Mantan Rektor ITS ini menuturkan, ada yang menuding Kurikulum 2013 tidak memuat delapan standar nasional pendidikan yang di antaranya meliputi sarana prasarana, standar kompetensi, isi/materi, proses, evaluasi, dan lainnya.

Padahal, lanjut Mendikbud, Kurikulum ini justru terdiri dari kompetensi, isi/materi, proses, dan evaluasi.

"Ada juga yang mengatakan kurikulum ini dibangun tergesa-gesa," katanya, dalam sosialisasi Kurikulum 2013: Kreatif Inovatif Karakter di Aula Dinas Pendidikan Jabar, Jalan Radjiman, Bandung, Sabtu (16/3/2013).

Pada acara yang dihadiri ratusan guru, kepala sekolah, pengawas, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan itu, M Nuh menuturkan awal terjadinya polemik atau pro kontra kurikulum baru. Sejak 2010, kurikulum baru sudah masuk dalam RPJM pemerintah. Lalu DPR membentuk Panja Kurikulum pada 2011.

Namun waktu itu pemerintah lebih dulu menyelesaikan RPJM daripada Panja Kurikulum DPR. Maka muncullah polemik. "Ya enggak apa-apa, itu risiko, dinamika," katanya.

Belakangan muncul penolakan terhadap kurikulum anyar. Terlebih dunia pendidikan di Indonesia dikenal dengan istilah ganti menteri ganti kurikulum.

M Nuh pun mengaku lama merenungkan penolakan dan pro kontra kurikulum. Dari permenungan itu, dia ingat kisah Nabi Nuh AS yang membangun bahtera atau perahu besar untuk menyelamatkan umatnya dari banjir besar.

"Setelah merenung lama, ada yang menentang, pro kontra, ketemu kisah Nabi Nuh saat hadapi banjir luar biasa, tapi sudah siapkan perahu," tuturnya.

Dalam kisah Nabi Nuh itu, anak Nabi Nuh justru diam di bukit bersama kaum yang menentang pembuatan bahtera.

Saat itulah, banjir tiba dan kaum Nabi Nuh yang masuk bahtera bisa selamat. Sementara kaumnya yang ngotot tinggal dibukit tetap tersapu air bah.

"Jadi naik perahu selamat, kurikulum selamat," katanya.

Artinya, kata M Nuh, dunia ini berkembang termasuk yang ada di dalamnya seperti manusia, industri, budaya, dan lain-lain. Maka kebutuhan pun berkembang termasuk kurikulum yang dituntut bisa sesuai dengan perkembangan zaman.

"Kalau kurikulum tetap, dunia brubah, maka enggak akan selesaikan masalah perubahan ini. Kita ikuti perubahan dunia, maka kurikulum yang harus mengantisipasi perubahan-perubahan itu," terangnya.

M Nuh kembali mengulas cerita Nabi Nuh, air bah yang muncul ibarat perubahan. Air yang datang bisa sangat besar bisa juga surut. Maka diperlukan wadah seperti bahtera yang mampu menyesuaikan diri dengan air.

Menurutnya, percuma lari ke bukit tinggi karena air bah yang datang bisa lebih tinggi dari bukit. Maka diperlukan perahu yang bisa mengikuti besar dan kuatnya arus air.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6640 seconds (0.1#10.140)