Potret Perayaan Nyepi di Jombang
A
A
A
LAYAKNYA umat Hindu di Bali, puluhan umat Hindu di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (12/3/2013) pagi ini juga merayakan Hari Raya Nyepi. Namun karena jumlah mereka minoritas, mereka lebih memilih melakukan tapa brata di pura ketimbang di rumah masing-masing.
Sejak matahari terbit, sejumlah umat Hindu mulai berdatangan ke Pura Amerta Buana, di Desa Ngudirejo, Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mereka melakukan persembahyangan berupa Tri Sandya dan Kramaning Sembah.
Setelah itu, barulah mereka mulai melakukan Catur Brata dengan cara berdiam diri di dalam pura sampai besok Rabu 13 Maret 2013 pagi.
Catur Brata adalah ritual wajib di Hari Raya Nyepi dengan amati geni atau tidak menyalakan api, amati lelungan atau tidak bepergian, amati lelaungan atau tidak bersenang-senang, dan amati karya atau tidak bekerja.
Di Desa Ngudirejo, umat Hindu mengakui jumlah mereka memang sangat sedikit dan minoritas, namun mereka tetap penuh semangat melakukan Catur Brata.
Karena mayoritas lingkungannya adalah non Hindu, mereka lebih memilih melakukan Catur Brata di dalam pura ketimbang di rumahnya masing-masing.
Meski demikian, umat non Hindu di Desa Ngudirejo memiliki sikap toleransi tinggi dan tetap menghormati warga yang merayakan Hari Raya Nyepi dengan meminimalisir aktivitas di luar rumah.
Itu sebabnya, meksi mayoritas warga di Desa Ngudirejo tidak beragama Hindu tapi selama Perayaan Nyepi berlangsung suasana desa menjadi lebih sunyi dan sepi.
Sebuah simbol kerukukan antar umat beragam yang sampai kini masih tetap terjaga/
"Kami cukup mengapresiasi sikap warga desa yang menghormati ibadah kami meski jumlah kami minoritas," terang Mangku Silistiyo, pemangku Pura Amerta Buana, Selasa (12/3/2013).
Menurutnya, harmoinsasi keragaman ini sudah berlangsung turun temurun. Kendati berbeda keyakinan, semua warga saling menghormati kegiatan ibadah masing-masing.
Sejak matahari terbit, sejumlah umat Hindu mulai berdatangan ke Pura Amerta Buana, di Desa Ngudirejo, Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Mereka melakukan persembahyangan berupa Tri Sandya dan Kramaning Sembah.
Setelah itu, barulah mereka mulai melakukan Catur Brata dengan cara berdiam diri di dalam pura sampai besok Rabu 13 Maret 2013 pagi.
Catur Brata adalah ritual wajib di Hari Raya Nyepi dengan amati geni atau tidak menyalakan api, amati lelungan atau tidak bepergian, amati lelaungan atau tidak bersenang-senang, dan amati karya atau tidak bekerja.
Di Desa Ngudirejo, umat Hindu mengakui jumlah mereka memang sangat sedikit dan minoritas, namun mereka tetap penuh semangat melakukan Catur Brata.
Karena mayoritas lingkungannya adalah non Hindu, mereka lebih memilih melakukan Catur Brata di dalam pura ketimbang di rumahnya masing-masing.
Meski demikian, umat non Hindu di Desa Ngudirejo memiliki sikap toleransi tinggi dan tetap menghormati warga yang merayakan Hari Raya Nyepi dengan meminimalisir aktivitas di luar rumah.
Itu sebabnya, meksi mayoritas warga di Desa Ngudirejo tidak beragama Hindu tapi selama Perayaan Nyepi berlangsung suasana desa menjadi lebih sunyi dan sepi.
Sebuah simbol kerukukan antar umat beragam yang sampai kini masih tetap terjaga/
"Kami cukup mengapresiasi sikap warga desa yang menghormati ibadah kami meski jumlah kami minoritas," terang Mangku Silistiyo, pemangku Pura Amerta Buana, Selasa (12/3/2013).
Menurutnya, harmoinsasi keragaman ini sudah berlangsung turun temurun. Kendati berbeda keyakinan, semua warga saling menghormati kegiatan ibadah masing-masing.
(ysw)