Kelola Puncak Darajat, Garut akan adopsi Bandung
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Kabupaten Garut akan tiru pola pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu Lembang Bandung di Puncak Darajat Kabupaten Garut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut Iman Alirahman menjelaskan, langkah tersebut merupakan upaya Pemkab Garut dalam rangkat membangun pariwisata dan ekonomi di kawasan Puncak Darajat.
“Karena Puncak Darajat adalah kawasan lindung, jadi pengembangan pariwisata di sana harus memerhatikan konservasi alam dan bersifat ramah lingkungan,” kata Iman Rabu (6/3/2013).
Seperti di TWA Gunung Tangkuban Parahu, pembangunan sarana infrastruktur di kawasan Darajat akan memprioritaskan bangunan dari bahan kayu-kayuan. Bahan bangunan yang bersifat betonisasi, akan diminimalisir.
“Daerah tersebut berada di daerah dataran tinggi dan memiliki kemiringan yang curam. Betonisasi hanya akan menghambat daya serap lahan dan sangat rawan akan longsor. Pemerintah saat ini berusaha akan membatasi investor yang akan membangun bangunan di sana. Tujuannya agar tidak sporadis dan mengganggu fungsi lindung,” ujarnya.
Selain itu, dengan cara meniru pengelolaan TWA Gunung Parahu di Puncak Darajat Garut dapat membuat kendaraan besar semisal bus tidak dapat naik ke puncak gunung seenaknya. Sebab, selama ini kemacetan di kawasan tersebut rata-rata sering disebabkan oleh banyaknya kendaraan besar yang masuk.
“
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut Yati Rohayati mengatakan, pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi di kawasan Darajat akan disesuaikan dengan kaidah ekowisata.
Secara bertahap, lanjut Yati, pada 2014 mendatang sejumlah instansi di lingkup Pemkab Garut akan merumuskan pembangunan terpadu plus dengan sarana di bidang transportasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut Iman Alirahman menjelaskan, langkah tersebut merupakan upaya Pemkab Garut dalam rangkat membangun pariwisata dan ekonomi di kawasan Puncak Darajat.
“Karena Puncak Darajat adalah kawasan lindung, jadi pengembangan pariwisata di sana harus memerhatikan konservasi alam dan bersifat ramah lingkungan,” kata Iman Rabu (6/3/2013).
Seperti di TWA Gunung Tangkuban Parahu, pembangunan sarana infrastruktur di kawasan Darajat akan memprioritaskan bangunan dari bahan kayu-kayuan. Bahan bangunan yang bersifat betonisasi, akan diminimalisir.
“Daerah tersebut berada di daerah dataran tinggi dan memiliki kemiringan yang curam. Betonisasi hanya akan menghambat daya serap lahan dan sangat rawan akan longsor. Pemerintah saat ini berusaha akan membatasi investor yang akan membangun bangunan di sana. Tujuannya agar tidak sporadis dan mengganggu fungsi lindung,” ujarnya.
Selain itu, dengan cara meniru pengelolaan TWA Gunung Parahu di Puncak Darajat Garut dapat membuat kendaraan besar semisal bus tidak dapat naik ke puncak gunung seenaknya. Sebab, selama ini kemacetan di kawasan tersebut rata-rata sering disebabkan oleh banyaknya kendaraan besar yang masuk.
“
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Garut Yati Rohayati mengatakan, pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi di kawasan Darajat akan disesuaikan dengan kaidah ekowisata.
Secara bertahap, lanjut Yati, pada 2014 mendatang sejumlah instansi di lingkup Pemkab Garut akan merumuskan pembangunan terpadu plus dengan sarana di bidang transportasi.
(ysw)