Cacat, Simon keliling Indonesia dengan kursi roda & Rp7 ribu
A
A
A
Sindonews.com - Cacat tubuh ternyata bukan jadi penghalang untuk melakukan aktifitas. Ketimbang tinggal dirumah berpangku tangan tanpa kegiatan, Simon Sundoro, seorang warga Desa Wonorejo, Kecamatan Kemang, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), memilih untuk berkeliling Indonesia.
Sejak 2009 atau empat tahun silam, pria kelahiran 28 Agustus 1964 yang mengalami lumpuh kaki ini mulai meninggalkan kampung halamannya. Dengan hanya menggunakan kursi roda, Simon Sundoro sudah menjejaki 10 provinsi yang ada di Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan adanya sertifikat yang ditandatangani Kepala atau Wakil Kepala Daerah yang sudah dikunjungi.
Hingga akhirnya, hari ini, Simon yang meninggalkan istri dan empat orang anak tersebut, tiba di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Di Polman, yang pertama ia datangi adalah Kantor Bupati Polman.
Kedatangan Simon Sundoro di Kantor Bupati sempat disangka untuk meminta sumbangan dari pemerintah. Namun, tidak begitu, kedatangannya melainkan dengan tujuan yang mulia, untuk menyerukan perdamaian.
“Ini bukan untuk minta sumbangan. Cuma ingin membawa pesan perdamaian kepada pemerintah,” tutur Simon Sindoro, Kamis (27/2/2013).
Simon mengaku, dia berinisiatif untuk melakukan perjalanan sejak dirinya menderita lumpuh kaki pada tahun 1992. Saat itu, ia mengalami kecelakaan truk hingga menyebabkan dirinya lumpuh dan mengalami luka sebanyak 15 jahitan di kepala.
“Sepuluh tahun lebih saya berdiam dirumah bersama istri dan anak. Akhirnya, saya berinisiatif untuk berkeliling Indonesia dengan kursi roda,” tutur Simon menceritakan awal perjalanannya.
Rencana perjalanan Simon semakin mantap dia lakukan ketika idenya mendapat persetujuan dari istrinya yang saat ini menjadi guru di Jember. Ketika itu, dia beralasan kepada istrinya, jika hanya terus berdiam diri di rumah tanpa ada kegiatan, bisa menimbulkan stress. Jadi, mungkin lebih baik saya berkeliling Indonesia.
Ketika baru mulai meninggalkan kampung halamannya pada 24 Agustus 2009, Simon Sundoro hanya membawa modal uang senilai Rp7 ribu dan pakaian serta perlengkapan lainnya.
“Saya percaya sama Tuhan, selama di perjalanan pasti banyak yang membantu saya,” tuturnya.
Kenyataannya, apa yang dia yakini telah terbukti, selama empat tahun perjalanannya, Simon Sundoro yang hanya bermodal seadanya kini sudah mengelilingi belasan provinsi. Biaya hidup dan perjalaanan hingga berpindah-pindah daerah semuanya adalah pemberian orang. Meski, Simon Sundoro secara khusus tidak meminta suatu apapun kepada orang atau pejabat yang ditemuinya.
“Selama perjalanan, biaya hidup dan perjalanan merupakan pemberian orang atau kepala daerah. Tapi, saya enggak minta-minta. Kalau ada yang ngasih, ya saya terima,” katanya.
Bagi Simon, kalau ada kebutuhan, hidup tidak perlu dibuat susah. Yang membuat susah itu karena ulah kita sendiri. Sepanjang terus berusaha, maka pasti ada jalannya.
Kini Simon Sundoro sudah menjelajahi 10 provinsi. Mulai dari Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Bali, Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan terakhir di Sulawesi Barat (Sulbar). Dari 10 provinsi yang dijelajahi tersebut, Simon juga menjelajahi hingga ke kabupaten.
Tentu saja tidak semua perjalanan murni dengan kursi roda. Jika berniat pindah dari provinsi satu ke provinsi yang lain, Simon menggunakan jasa kereta api. Tetapi jika hanya berpindah dari kota/kabupaten satu ke kota/kabupaten lain ia menempuhnya dengan berkursi roda.
Ia pun tak hafal, sudah berapa kali ia mengganti roda kursi rodanya. Namun demikian, ia tetap semangat untuk terus melanjutkan perjalanan. Sebab, dalam perjalanan, ia berkomitmen ingin mengembangkan semangat perdamaian bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
”Saya mengajak semua untuk berdamai, mulai dari diri sendiri, berdamai dengan Tuhan, keluarga, dan sesama,” pungkas Simon.
Dia menambahkan, obsesi lainnya, setelah menyelesaikan keliling Indonesia, ia juga akan meneruskan misinya untuk keliling Asean. Dalam kelanjutan misi yang kedua tersebut, akan ia lakukan setelah dirinya akan menyusuri pulau Sumatera. Tetapi, kalau diperkenankan, dia juga akan mampir ke Istana Negera, untuk menemui Presiden.
Cerita Simon, selama perjalanan dan mampir di kota-kota dan kabupaten dibutktikan dengan surat-surat yang didapat dari pejabat setempat.
Sejak 2009 atau empat tahun silam, pria kelahiran 28 Agustus 1964 yang mengalami lumpuh kaki ini mulai meninggalkan kampung halamannya. Dengan hanya menggunakan kursi roda, Simon Sundoro sudah menjejaki 10 provinsi yang ada di Indonesia.
Hal itu dibuktikan dengan adanya sertifikat yang ditandatangani Kepala atau Wakil Kepala Daerah yang sudah dikunjungi.
Hingga akhirnya, hari ini, Simon yang meninggalkan istri dan empat orang anak tersebut, tiba di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Di Polman, yang pertama ia datangi adalah Kantor Bupati Polman.
Kedatangan Simon Sundoro di Kantor Bupati sempat disangka untuk meminta sumbangan dari pemerintah. Namun, tidak begitu, kedatangannya melainkan dengan tujuan yang mulia, untuk menyerukan perdamaian.
“Ini bukan untuk minta sumbangan. Cuma ingin membawa pesan perdamaian kepada pemerintah,” tutur Simon Sindoro, Kamis (27/2/2013).
Simon mengaku, dia berinisiatif untuk melakukan perjalanan sejak dirinya menderita lumpuh kaki pada tahun 1992. Saat itu, ia mengalami kecelakaan truk hingga menyebabkan dirinya lumpuh dan mengalami luka sebanyak 15 jahitan di kepala.
“Sepuluh tahun lebih saya berdiam dirumah bersama istri dan anak. Akhirnya, saya berinisiatif untuk berkeliling Indonesia dengan kursi roda,” tutur Simon menceritakan awal perjalanannya.
Rencana perjalanan Simon semakin mantap dia lakukan ketika idenya mendapat persetujuan dari istrinya yang saat ini menjadi guru di Jember. Ketika itu, dia beralasan kepada istrinya, jika hanya terus berdiam diri di rumah tanpa ada kegiatan, bisa menimbulkan stress. Jadi, mungkin lebih baik saya berkeliling Indonesia.
Ketika baru mulai meninggalkan kampung halamannya pada 24 Agustus 2009, Simon Sundoro hanya membawa modal uang senilai Rp7 ribu dan pakaian serta perlengkapan lainnya.
“Saya percaya sama Tuhan, selama di perjalanan pasti banyak yang membantu saya,” tuturnya.
Kenyataannya, apa yang dia yakini telah terbukti, selama empat tahun perjalanannya, Simon Sundoro yang hanya bermodal seadanya kini sudah mengelilingi belasan provinsi. Biaya hidup dan perjalaanan hingga berpindah-pindah daerah semuanya adalah pemberian orang. Meski, Simon Sundoro secara khusus tidak meminta suatu apapun kepada orang atau pejabat yang ditemuinya.
“Selama perjalanan, biaya hidup dan perjalanan merupakan pemberian orang atau kepala daerah. Tapi, saya enggak minta-minta. Kalau ada yang ngasih, ya saya terima,” katanya.
Bagi Simon, kalau ada kebutuhan, hidup tidak perlu dibuat susah. Yang membuat susah itu karena ulah kita sendiri. Sepanjang terus berusaha, maka pasti ada jalannya.
Kini Simon Sundoro sudah menjelajahi 10 provinsi. Mulai dari Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), Bali, Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Barat (Kalbar), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan terakhir di Sulawesi Barat (Sulbar). Dari 10 provinsi yang dijelajahi tersebut, Simon juga menjelajahi hingga ke kabupaten.
Tentu saja tidak semua perjalanan murni dengan kursi roda. Jika berniat pindah dari provinsi satu ke provinsi yang lain, Simon menggunakan jasa kereta api. Tetapi jika hanya berpindah dari kota/kabupaten satu ke kota/kabupaten lain ia menempuhnya dengan berkursi roda.
Ia pun tak hafal, sudah berapa kali ia mengganti roda kursi rodanya. Namun demikian, ia tetap semangat untuk terus melanjutkan perjalanan. Sebab, dalam perjalanan, ia berkomitmen ingin mengembangkan semangat perdamaian bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
”Saya mengajak semua untuk berdamai, mulai dari diri sendiri, berdamai dengan Tuhan, keluarga, dan sesama,” pungkas Simon.
Dia menambahkan, obsesi lainnya, setelah menyelesaikan keliling Indonesia, ia juga akan meneruskan misinya untuk keliling Asean. Dalam kelanjutan misi yang kedua tersebut, akan ia lakukan setelah dirinya akan menyusuri pulau Sumatera. Tetapi, kalau diperkenankan, dia juga akan mampir ke Istana Negera, untuk menemui Presiden.
Cerita Simon, selama perjalanan dan mampir di kota-kota dan kabupaten dibutktikan dengan surat-surat yang didapat dari pejabat setempat.
(rsa)