120 Hektar tanaman padi di Kulonprogo puso
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 120 hektare tanaman padi di Kulonprogo puso atau gagal panen, akibat bencana banjir Januari lalu. Kerugian akibat gagal panen ini diperkirakan mencapai Rp300 juta.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, secara keseluruhan dampak bencana banjir mencapai 300 hektare, tersebar di enam kecamatan yakni Panjatan, Lendah, Galur, Temon, Wates, dan Sentolo. Dari jumlah itu, 120 ha di antaranya gagal panen.
“Kerugiannya, karena masih umur muda, rata-rata Rp3 juta per hektar, sehingga kalau dikalkulasi secara total sekitar Rp300 juta,” kata Bambang, Selasa (26/2/2013).
Dia mengatakan, instansinya sudah mengidentifikasi tanaman padi yang puso. Hasil identifikasi itu akan kepada pemerintah pusat untuk mendapat bantuan kompensasi dalam bentuk uang, dengan besaran Rp3.5 juta per hektare untuk mengganti bibit dan pupuk.
Terkait angin kencang, Budi mengatakan, terjadi merata di hampir seluruh wilayah pertanian seperti di daerah irigasi Pengasih Timur, Kalibawang, dan Sapon. Namun dampaknya tidak terlalu nyata karena kebanyakan sudah memasuki masa panen.
Dia berharap, petani segera memanen tanaman padi yang sudah saatnya panen. Sebab bila tidak segera dipanen dan terlanjur roboh serta terendam air terlalu lama bisa mengurangi kualitas beras.
“Kalau terlalu lama terendam air, berasnya akan berubah warna menjadi biru-biru,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, secara keseluruhan dampak bencana banjir mencapai 300 hektare, tersebar di enam kecamatan yakni Panjatan, Lendah, Galur, Temon, Wates, dan Sentolo. Dari jumlah itu, 120 ha di antaranya gagal panen.
“Kerugiannya, karena masih umur muda, rata-rata Rp3 juta per hektar, sehingga kalau dikalkulasi secara total sekitar Rp300 juta,” kata Bambang, Selasa (26/2/2013).
Dia mengatakan, instansinya sudah mengidentifikasi tanaman padi yang puso. Hasil identifikasi itu akan kepada pemerintah pusat untuk mendapat bantuan kompensasi dalam bentuk uang, dengan besaran Rp3.5 juta per hektare untuk mengganti bibit dan pupuk.
Terkait angin kencang, Budi mengatakan, terjadi merata di hampir seluruh wilayah pertanian seperti di daerah irigasi Pengasih Timur, Kalibawang, dan Sapon. Namun dampaknya tidak terlalu nyata karena kebanyakan sudah memasuki masa panen.
Dia berharap, petani segera memanen tanaman padi yang sudah saatnya panen. Sebab bila tidak segera dipanen dan terlanjur roboh serta terendam air terlalu lama bisa mengurangi kualitas beras.
“Kalau terlalu lama terendam air, berasnya akan berubah warna menjadi biru-biru,” terangnya.
(rsa)