Dijerat kemiskinan, Keluarga Taripah konsumsi nasi aking
A
A
A
Sindonews.com - Kehidupan keluarga Taripah (58) warga Dukuh Krangkeng, RT 02 RW 04, Desa Pagejugan, Brebes benar-benar memprihatinkan. Hingga kini, dia sekeluarga harus mengkonsumsi nasi aking karena tidak menerima bantuan raskin.
Nasi aking biasanya merupakan makanan sisa yang disiapkan untuk pakan bebek. Namun, keluarga Taripah terpaksa mengonsumsinya mengingat ketiadaan biaya untuk membeli beras atau kebutuhan sembako layak.
Taripah membeli nasi aking per kilogramnya seharga Rp2.000 atau lebih murah dibandingkan dengan harga beras saat ini yakni Rp8.000 perkilo. Keluaga ini menghabiskan nasi aking setiap hari satu kilogram.
Nasi aking itu direbus hingga matang. Lantas, mereka lahap dengan lauk seadanya.
"Hari ini lauknya tahu. Tadi saya sempat beli," ujar Taripah ditemui di rumahnya, Rabu (6/2/2013).
Taripah sekeluarga mulai mengonsumsi nasi aking sejak tiga bulan lalu. Tepatnya sejak beberapa musibah melanda rumah tangganya. Rumahnya mengalami kebakaran usai Lebaran Idul Fitri tahun 2012. Lantas, musibah lainnya Taripah harus hidup sendiri karena suaminya Mursa (55)menceraikannya.
Dalam kondisi keterpurukan itu, Taripah kerap mengandalkan kebaikan dari tetangga. Seperti bangunan rumah yang dulunya ludes, lambatlaun diperbaiki warga secara gotong-royong.
Tidak berhenti di situ, Tasripah juga harus menghidupi anggota keluarganya yang masih tinggal bersama dalam satu rumah. Yakni salah satu putranya Sapin (23) dan kakeknya Darsa (95). Sedangkan anak-anak lainnya telah hidup terpisah dengannya.
Taripah selama ini hanya bekerja sebagai buruh petik daun bawang serabutan.
"Kalau ada yang menyuruh, maka saya bekerja. Kalau tidak ada yang menyuruh,tidak kerja," katanya.
Sementara anaknya Sapin. Saat ini tidak punya pekerjaan. Setiap harinya, Sapin bekerja mencari kepiting di sungai setempat.
"Lumayan, setidaknya dalam satu hari Sapin bisa memperoleh kepiting empat ekor. Itu jadi lauk pauk kami," ungkapnya.
Ia amat berharap pemerintah setempat bisa membantunya meringankan beban yang melandanya.
"Semoga pemerintah bisa membantu saya agar kami bisa lebih baik," harap Taripah sambil mengunyah nasi aking.
Nasi aking biasanya merupakan makanan sisa yang disiapkan untuk pakan bebek. Namun, keluarga Taripah terpaksa mengonsumsinya mengingat ketiadaan biaya untuk membeli beras atau kebutuhan sembako layak.
Taripah membeli nasi aking per kilogramnya seharga Rp2.000 atau lebih murah dibandingkan dengan harga beras saat ini yakni Rp8.000 perkilo. Keluaga ini menghabiskan nasi aking setiap hari satu kilogram.
Nasi aking itu direbus hingga matang. Lantas, mereka lahap dengan lauk seadanya.
"Hari ini lauknya tahu. Tadi saya sempat beli," ujar Taripah ditemui di rumahnya, Rabu (6/2/2013).
Taripah sekeluarga mulai mengonsumsi nasi aking sejak tiga bulan lalu. Tepatnya sejak beberapa musibah melanda rumah tangganya. Rumahnya mengalami kebakaran usai Lebaran Idul Fitri tahun 2012. Lantas, musibah lainnya Taripah harus hidup sendiri karena suaminya Mursa (55)menceraikannya.
Dalam kondisi keterpurukan itu, Taripah kerap mengandalkan kebaikan dari tetangga. Seperti bangunan rumah yang dulunya ludes, lambatlaun diperbaiki warga secara gotong-royong.
Tidak berhenti di situ, Tasripah juga harus menghidupi anggota keluarganya yang masih tinggal bersama dalam satu rumah. Yakni salah satu putranya Sapin (23) dan kakeknya Darsa (95). Sedangkan anak-anak lainnya telah hidup terpisah dengannya.
Taripah selama ini hanya bekerja sebagai buruh petik daun bawang serabutan.
"Kalau ada yang menyuruh, maka saya bekerja. Kalau tidak ada yang menyuruh,tidak kerja," katanya.
Sementara anaknya Sapin. Saat ini tidak punya pekerjaan. Setiap harinya, Sapin bekerja mencari kepiting di sungai setempat.
"Lumayan, setidaknya dalam satu hari Sapin bisa memperoleh kepiting empat ekor. Itu jadi lauk pauk kami," ungkapnya.
Ia amat berharap pemerintah setempat bisa membantunya meringankan beban yang melandanya.
"Semoga pemerintah bisa membantu saya agar kami bisa lebih baik," harap Taripah sambil mengunyah nasi aking.
(ysw)