Puluhan ribu petani gelar doa tolak PP Tembakau
A
A
A
Sindonews.com – Sedikitnya 20 ribu petani tembakau di Kabupaten Magelang, melakukan doa bersama di Lapangan drh Soepardi, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang untuk mendesak pemerintah supaya segera mencabut PP Tembakau.
Mereka datang sekira pukul 11.00 WIB menggunakan ribuan sepeda motor dan kendaraan roda empat secara konvoi dari berbagai daerah. Diantaranya Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Kajoran, serta Kecamatan Ngablak.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupetan Magelang, Supardi mengatakan, aksi tersebut dilakukan dengan cara istigosah (doa bersama). Menurutnya, PP 109/2012 tersebut akan berdamapak buruk bagi keberlangsungan hidup para petani tembakau.
“Intinya, kami mendeak PP tersebut untuk segera dicabut sebelum dampaknya akan menyengsarakan para petani,” katanya, Selasa (5/2/2013).
Selain menolak PP 109/2012, para petani juga meminta pemerintah menghentikan impor tembakau dari luar negeri. Sebab, hal itu dinilai akan membunuh mata pencaharian petani dalam negeri.
“Tembakau di negeri ini memiki kualitas yang sangat baik. Pemerintah sepertinya tidak perrcaya dengan apa yang dihasilkan oleh petaninya sendiri kalau masih mengimpor dari luar negeri,” paparnya.
Saat ini, kata Supardi, petani diwilayahnya akan tetap menanam tanaman tembakau. Sebab, hal itu sudah dilakukan oleh para leluhur sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup.
Mengenai rencana ancaman boikot pada Pemilu 2014, pihaknya tidak membenarkan. Mantan Kepala Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan ini memilih untuk menempuh lewat pengajuan judicial reviw ke Mahkamah Konstitusi (MK) jika PP 109/2012 tidak segera dicabut.
“Meski ada masukan untuk memboikot pemilu 2014, namun tidak akan kami lakukan. Hanya saja, kami tidak akan pilih partai yang telah menyakiti kami dengan mendukung dikeluarkannya PP itu. Prinsip, kami masih akan berjuang ke MK dahulu,” tandasnya.
Usai sambutan Bupati, dilanjutkan pembacaan sikap yang dilakukan Ketua APTI Kabupaten Magelang, dilanjutkan istigosah yang dipimpin sejumlah ulama setempat. Diantaranya KH Said Asrori dari Salaman, KH Hasyim Ashari dari Windusari, KH Ali Khoisor, Watucongol Muntilan dan Gus Baqoh dari Kajoran.
Mereka datang sekira pukul 11.00 WIB menggunakan ribuan sepeda motor dan kendaraan roda empat secara konvoi dari berbagai daerah. Diantaranya Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Kajoran, serta Kecamatan Ngablak.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupetan Magelang, Supardi mengatakan, aksi tersebut dilakukan dengan cara istigosah (doa bersama). Menurutnya, PP 109/2012 tersebut akan berdamapak buruk bagi keberlangsungan hidup para petani tembakau.
“Intinya, kami mendeak PP tersebut untuk segera dicabut sebelum dampaknya akan menyengsarakan para petani,” katanya, Selasa (5/2/2013).
Selain menolak PP 109/2012, para petani juga meminta pemerintah menghentikan impor tembakau dari luar negeri. Sebab, hal itu dinilai akan membunuh mata pencaharian petani dalam negeri.
“Tembakau di negeri ini memiki kualitas yang sangat baik. Pemerintah sepertinya tidak perrcaya dengan apa yang dihasilkan oleh petaninya sendiri kalau masih mengimpor dari luar negeri,” paparnya.
Saat ini, kata Supardi, petani diwilayahnya akan tetap menanam tanaman tembakau. Sebab, hal itu sudah dilakukan oleh para leluhur sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup.
Mengenai rencana ancaman boikot pada Pemilu 2014, pihaknya tidak membenarkan. Mantan Kepala Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan ini memilih untuk menempuh lewat pengajuan judicial reviw ke Mahkamah Konstitusi (MK) jika PP 109/2012 tidak segera dicabut.
“Meski ada masukan untuk memboikot pemilu 2014, namun tidak akan kami lakukan. Hanya saja, kami tidak akan pilih partai yang telah menyakiti kami dengan mendukung dikeluarkannya PP itu. Prinsip, kami masih akan berjuang ke MK dahulu,” tandasnya.
Usai sambutan Bupati, dilanjutkan pembacaan sikap yang dilakukan Ketua APTI Kabupaten Magelang, dilanjutkan istigosah yang dipimpin sejumlah ulama setempat. Diantaranya KH Said Asrori dari Salaman, KH Hasyim Ashari dari Windusari, KH Ali Khoisor, Watucongol Muntilan dan Gus Baqoh dari Kajoran.
(ysw)