KNPI minta setop kekerasan warga sipil
A
A
A
Sindonews.com - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) prihatin dengan meninggalnya warga sipil dalam penembakan oleh kepolisian di Desa Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Sabtu 2 Februari 2013 lalu.
"Praktik kekerasan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh aparat Polri tersebut tidak bisa ditolerir," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) KNPI, Taufan E.N Rotorasiko dalam rilis yang diterima Sindonews, Senin (4/1/2013).
Dia juga meminta, agar Polri tidak lagi melakukan hal tersebut hingga memakan korban jiwa. Kemudian, dia mengatakan, kejadian itu harus diusut tuntas melakui jalan hukum.
"Setop kekerasan dan penembakan terhadap warga sipil oleh Polri. Menuntut agar peristiwa tersebut diusut tuntas dan diproses secara hukum. Efek dari kekerasan yang dilakukan oleh aparat Polri di Banggai tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tapi juga kerugian psikis masyarakat," ujarnya.
Dia menjelaskan, sebelumnya seorang pekerja yang bernama Solihin Noho yang juga Pengurus KNPI Banggai bekerja sebagai operator Bomak yang sedang memperbaiki Jalan Poros Toili.
Karena jalan tersebut sedang diperbaiki, ia memberi aba-aba kepada setiap pengendara yang lewat agar tidak melaju. Tiba-tiba secara serentak Kapolres Banggai (AKBP YOS) dan lima orang pengawal turun dari mobil, Solihin Noho diminta untuk turun dari atas Bomak.
Tiba-tiba saja Kapolres Banggai (YOS) melakukan pemukulan, kepada Solihin, tak lama kemudia lima pengawalnya AKBP juga ikut memukul dan menganiaya Solihin. Setelah di pukul dan dianiaya Solihin Noho dibawa masuk kedalam mobil rombongan AKBP YOS kemudian korban dititip di Polsek Batui.
Mendengar Solihin dibawa polisi, warga dan pekerja proyek perbaikan jalan mendatangi Polsek Batui untuk meminta rekannya (Solihin) dibebaskan. Solihin akhirnya dibebaskan, Namun, korban sudah babak belur.
Setelah Solihin dibebaskan warga Desa Kintom berkumpul di Jembatan Kintom, Desa Uling dan melakukan pemblokiran jalan yang menghubungkan wilayah Toili dan Kota Luwuk. Massa mencegat setiap mobil yang masuk dan keluar.
Pemblokiran dimaksudkan untuk menghadang kapolres Bangai AKBP Yos yang hendak pulang dari Toili. Tidak lama kemudian, rombongan Kapolres Yos tiba di Desa Uling sekitar pukul 19.00 Wita.
Warga yang telah bersiaga, kemudian melempari batu kearah rombongan. Rombongan Polisi AKBP Yos lalu membalas lemparan tersebut dengan tembakan, yang mengenai seorang perempuan bernama Irma.
"Praktik kekerasan terhadap warga sipil yang dilakukan oleh aparat Polri tersebut tidak bisa ditolerir," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) KNPI, Taufan E.N Rotorasiko dalam rilis yang diterima Sindonews, Senin (4/1/2013).
Dia juga meminta, agar Polri tidak lagi melakukan hal tersebut hingga memakan korban jiwa. Kemudian, dia mengatakan, kejadian itu harus diusut tuntas melakui jalan hukum.
"Setop kekerasan dan penembakan terhadap warga sipil oleh Polri. Menuntut agar peristiwa tersebut diusut tuntas dan diproses secara hukum. Efek dari kekerasan yang dilakukan oleh aparat Polri di Banggai tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian materi, tapi juga kerugian psikis masyarakat," ujarnya.
Dia menjelaskan, sebelumnya seorang pekerja yang bernama Solihin Noho yang juga Pengurus KNPI Banggai bekerja sebagai operator Bomak yang sedang memperbaiki Jalan Poros Toili.
Karena jalan tersebut sedang diperbaiki, ia memberi aba-aba kepada setiap pengendara yang lewat agar tidak melaju. Tiba-tiba secara serentak Kapolres Banggai (AKBP YOS) dan lima orang pengawal turun dari mobil, Solihin Noho diminta untuk turun dari atas Bomak.
Tiba-tiba saja Kapolres Banggai (YOS) melakukan pemukulan, kepada Solihin, tak lama kemudia lima pengawalnya AKBP juga ikut memukul dan menganiaya Solihin. Setelah di pukul dan dianiaya Solihin Noho dibawa masuk kedalam mobil rombongan AKBP YOS kemudian korban dititip di Polsek Batui.
Mendengar Solihin dibawa polisi, warga dan pekerja proyek perbaikan jalan mendatangi Polsek Batui untuk meminta rekannya (Solihin) dibebaskan. Solihin akhirnya dibebaskan, Namun, korban sudah babak belur.
Setelah Solihin dibebaskan warga Desa Kintom berkumpul di Jembatan Kintom, Desa Uling dan melakukan pemblokiran jalan yang menghubungkan wilayah Toili dan Kota Luwuk. Massa mencegat setiap mobil yang masuk dan keluar.
Pemblokiran dimaksudkan untuk menghadang kapolres Bangai AKBP Yos yang hendak pulang dari Toili. Tidak lama kemudian, rombongan Kapolres Yos tiba di Desa Uling sekitar pukul 19.00 Wita.
Warga yang telah bersiaga, kemudian melempari batu kearah rombongan. Rombongan Polisi AKBP Yos lalu membalas lemparan tersebut dengan tembakan, yang mengenai seorang perempuan bernama Irma.
(mhd)