Kurikulum 2013 menumpulkan kreativitas guru?
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru 2013/2014 mendatang dikhawatirkan memiliki dampak negatif yakni menumpulkan kreativitas para guru.
Hal ini terkait adanya buku panduan implementasi kurikulum 2013 yang akan diberikan pada para guru saat pelatihan yang rencananya dimulai Maret 2013 mendatang.
"Dalam kurikulum 2013, guru tidak lagi diwajibkan untuk membuat sillabus atau bahan ajar. Ini berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya diterapkan. Kami khawatir dengan kurikulum 2013 ini, guru hanya akan seperti robot karena semua sudah disiapkan pemerintah sehingga dapat menumpulkan kreativitas para guru," ujar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY Ahmad Zaenal Fanani, di UMY, Rabu (30/1/2013).
Zaenal menuturkan, guru seakan disuruh terpaku pada isi buku panduan tersebut karena apa yang akan diajarkan hingga rancangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sudah diatur di dalamnya. Dengan segala sesuatunya sudah disiapkan, guru hanya tinggal melaksanakan dan seolah hanya menjalankan tugas sesuai pakem tertentu.
"Padahal ketika guru ada didalam kelas, itu sudah ranah guru dan mengajar itu sangat situasional karena harus melihat kondisi anak. Kalau semua diatur, maka pengajaran jadi kaku," katanya.
Meski demikian, Zaenal mengakui substansi kurikulum 2013 cukup bagus. Ia juga mendukung pengurangan mata pelajaran yang diikuti dengan penambahan jam belajar.
Pada kurikulum 2013, siswa tidak akan lagi dibebani materi pembelajaran yang berat dan beragam, sekaligus energi siswa mampu tersalurkan hanya untuk sekolah.
"Kurikulum ini bagus karena jika mata pelajaran terlalu banyak, maka anak terlalu berat. Tetapi dengan penambahan jam dan pengurangan mapel, maka anak justru akan terkontrol dengan kegiatan di sekolah. Tidak ada lagi waktu bagi mereka untuk mencoba hal-hal yang tidak baik dan orang tua juga bisa merasa tenang," tuturnya.
Pihaknya berharap, meski kurikulum 2013 sudah dirancang, namun guru tetap diberi kegiatan kreativitas dalam proses pembelajaran.
"Kami berharap guru tetap diberikan kebebasan bagaimana menentukan diri dalam menentukan proses pembelajaran," imbuhnya.
Hal ini terkait adanya buku panduan implementasi kurikulum 2013 yang akan diberikan pada para guru saat pelatihan yang rencananya dimulai Maret 2013 mendatang.
"Dalam kurikulum 2013, guru tidak lagi diwajibkan untuk membuat sillabus atau bahan ajar. Ini berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebelumnya diterapkan. Kami khawatir dengan kurikulum 2013 ini, guru hanya akan seperti robot karena semua sudah disiapkan pemerintah sehingga dapat menumpulkan kreativitas para guru," ujar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY Ahmad Zaenal Fanani, di UMY, Rabu (30/1/2013).
Zaenal menuturkan, guru seakan disuruh terpaku pada isi buku panduan tersebut karena apa yang akan diajarkan hingga rancangan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sudah diatur di dalamnya. Dengan segala sesuatunya sudah disiapkan, guru hanya tinggal melaksanakan dan seolah hanya menjalankan tugas sesuai pakem tertentu.
"Padahal ketika guru ada didalam kelas, itu sudah ranah guru dan mengajar itu sangat situasional karena harus melihat kondisi anak. Kalau semua diatur, maka pengajaran jadi kaku," katanya.
Meski demikian, Zaenal mengakui substansi kurikulum 2013 cukup bagus. Ia juga mendukung pengurangan mata pelajaran yang diikuti dengan penambahan jam belajar.
Pada kurikulum 2013, siswa tidak akan lagi dibebani materi pembelajaran yang berat dan beragam, sekaligus energi siswa mampu tersalurkan hanya untuk sekolah.
"Kurikulum ini bagus karena jika mata pelajaran terlalu banyak, maka anak terlalu berat. Tetapi dengan penambahan jam dan pengurangan mapel, maka anak justru akan terkontrol dengan kegiatan di sekolah. Tidak ada lagi waktu bagi mereka untuk mencoba hal-hal yang tidak baik dan orang tua juga bisa merasa tenang," tuturnya.
Pihaknya berharap, meski kurikulum 2013 sudah dirancang, namun guru tetap diberi kegiatan kreativitas dalam proses pembelajaran.
"Kami berharap guru tetap diberikan kebebasan bagaimana menentukan diri dalam menentukan proses pembelajaran," imbuhnya.
(rsa)