Demo kapolres, kepala Ketua Walhi pecah, 9 ditangkap
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan petani yang melakukan aksi demonstrasi di depan Polda Sumatera Selatan (Sumsel) terlibat bentrok dengan aparat kepolisian.
Sebelumnya massa demonstran yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumsel, Serikat Petani Sriwijaya (SPS) Serikat Hiijau Indonesia Sumsel, dan Persatuan Pergerakan Petani Indonesia (P31), melakukan aksi demonstrasi menuntut supaya AKBP Deni Dharmapala, di copot dari jabatannya sebagai Kapolres Ogan Ilir (OI).
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, sembilan orang massa aksi ditangkap karena dianggap sebagai provokator. Satu diantara mereka yakni Ketua Walhi Sumsel Anwar Sadat, dan dengan luka pecah di bagian kepala.
Menurut Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, penangkapan tersebut dilakukan karena demonstrasi yang sebelumnya dilakukan dengan tenang berubah menjadi aksi anarkis, karena terlibat saling dorong dan pemukulan kedua belah pihak dengan petugas kepolisian yang mengamankan jalannya aksi.
"Mereka kita amankan karena mendorong serta menyerang petugas dengan bambu yang mereka gunakan untuk bendera sebelumnya," jelas Djarod kepada Sindonews, Selasa (29/1/2013).
Menurut Djarod, padahal sebelumnya pihaknya telah memberi kesempatan kepada para pendemo untuk menemui pihaknya untuk membuat pelaporan dan keterangan terkait demonstrasinya terhadap Kapolres OI.
"Kami sudah beri kesempatan itu, tapi mereka tak mempergunakannya, dan malah menyerang anggota kami yang ada di lapangan," jelasnya.
Djarod juga menjelaskan jika beberapa demonstran yang mengalami luka juga tengah dilakukan perawatan.
Terkait tuntutan para demosntran yang meminta seorang petani atas nama Suardi bin Damiri yang ditangkap kepolisian sebelumnya, Djarod menegaskan jika penangkapan Suardi tak terkait dengan aksi petani. Melainkan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Suardi kepada istrinya dan dilaporkan istrinya ke pihak kepolisian.
"Penangkapan itu bukan karena aksi petani, melainkan karena istrinya melaporkan aksi KDRT di dalam rumah tangganya. Kita sebagai petugas tentu meneruskan laporan tersebut sebagai bentuk tugas dan fungsi kita sebagai aparat keamanan,' jelas Djarod.
Sebelumnya, ratusan petani yang tergabung dari berbagai elemen petani dan LSM seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumsel, Serikat Petani Sriwijaya (SPS) Serikat Hiijau Indonesia Sumsel, dan Persatuan Pergerakan Petani Indonesia (P31), melakukan aksi demonstrasi menuntut supaya AKBP Deni Dharmapala, di copot dari jabatannya sebagai Kapolres Ogan Ilir (OI).
Menurut mereka Kapolres OI terus mengulangi kejahatan kemanusian terhadap rakyat. Namun hingga saat ini AKBP Denny Dharmapala masih dipercaya menjabat Kapolres OI.
"Padahal yang bersangkutan merupakan penanggung jawab utama di lapangan dalam tragedi berdarah pada 27 Juli 2012 di Desa Limbang Jaya, OI yang menyebabkan meninggalnya bocah bernama Angga dan putusnya tangan Rusman yang harus di amputasi gara-gara terkena tembakan," ungkap Anwar Sadat, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel saat menyampaikan orasinya, Senin 28 Januari 2013, kemarin.
Tak hanya itu, para pendemo juga mempertanyakan kepada Polres OI, dasar dan alasan apa melakukan penangkapan warga Desa Betung, Kecamatan Lubuk Keliat atas nama Suardi bin Damiri (32). Apalagi saat dilakukan penangkapan warga sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di musholla AZ Zahra di Desa Betung, Kecamata Lubuk Keliat, OI.
Saat warga sedang membaca surat Yassin, Tahlil dan Dzikir salah seorang warga bernama Aman (52) yang berada di pinggir jalan dipukuli aparat berpakaian preman dengan menggunakan kayu dan tangan kosong serta diancam senjata api.
Disaat bersamaan juga aparat menghancurkan Mushola Az Zahra yang dibangun warga, disusul dengan penangkapan beberapa warga dengan alasan memeriksa senjata tajam dan diperintahkan Kapolres OI untuk menembak. Warga lalu bergeser ke kebun yang jaraknya sekira 10 meter dari lokasi, karena terus dipukuli.
"Setidaknya ada lima warga yang terluka yakni Aman (52) Asmadi Yuden, Syakban dam Samroni. Sedangkan yang dibawa ke Polres OI, bernama Suardi (32) dengan dasar adanya pemanggilan sebelumnya dalam kasus yang dilaporkan ke Polres OI. Dan penangkapan itu, tidak disertai surat penangkapan. Malamnya baru dikirimkan surat penangkapan itu," beber Sadat.
Warga juga meminta kepada pihak kepolisian untuk mengembalikan tanah rakyat di Desa Betung yang telah dirampas oleh PTPN VII Cinta Manis.
"Tapi secara mutlak hentikan turut campur Polri/TNI dalam konflik agraria terutama antara PTPN VII Cinta Manis dengan warga di Kabupaten OI," tegas Sadat.
Sebelumnya massa demonstran yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumsel, Serikat Petani Sriwijaya (SPS) Serikat Hiijau Indonesia Sumsel, dan Persatuan Pergerakan Petani Indonesia (P31), melakukan aksi demonstrasi menuntut supaya AKBP Deni Dharmapala, di copot dari jabatannya sebagai Kapolres Ogan Ilir (OI).
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, sembilan orang massa aksi ditangkap karena dianggap sebagai provokator. Satu diantara mereka yakni Ketua Walhi Sumsel Anwar Sadat, dan dengan luka pecah di bagian kepala.
Menurut Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, penangkapan tersebut dilakukan karena demonstrasi yang sebelumnya dilakukan dengan tenang berubah menjadi aksi anarkis, karena terlibat saling dorong dan pemukulan kedua belah pihak dengan petugas kepolisian yang mengamankan jalannya aksi.
"Mereka kita amankan karena mendorong serta menyerang petugas dengan bambu yang mereka gunakan untuk bendera sebelumnya," jelas Djarod kepada Sindonews, Selasa (29/1/2013).
Menurut Djarod, padahal sebelumnya pihaknya telah memberi kesempatan kepada para pendemo untuk menemui pihaknya untuk membuat pelaporan dan keterangan terkait demonstrasinya terhadap Kapolres OI.
"Kami sudah beri kesempatan itu, tapi mereka tak mempergunakannya, dan malah menyerang anggota kami yang ada di lapangan," jelasnya.
Djarod juga menjelaskan jika beberapa demonstran yang mengalami luka juga tengah dilakukan perawatan.
Terkait tuntutan para demosntran yang meminta seorang petani atas nama Suardi bin Damiri yang ditangkap kepolisian sebelumnya, Djarod menegaskan jika penangkapan Suardi tak terkait dengan aksi petani. Melainkan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Suardi kepada istrinya dan dilaporkan istrinya ke pihak kepolisian.
"Penangkapan itu bukan karena aksi petani, melainkan karena istrinya melaporkan aksi KDRT di dalam rumah tangganya. Kita sebagai petugas tentu meneruskan laporan tersebut sebagai bentuk tugas dan fungsi kita sebagai aparat keamanan,' jelas Djarod.
Sebelumnya, ratusan petani yang tergabung dari berbagai elemen petani dan LSM seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumsel, Serikat Petani Sriwijaya (SPS) Serikat Hiijau Indonesia Sumsel, dan Persatuan Pergerakan Petani Indonesia (P31), melakukan aksi demonstrasi menuntut supaya AKBP Deni Dharmapala, di copot dari jabatannya sebagai Kapolres Ogan Ilir (OI).
Menurut mereka Kapolres OI terus mengulangi kejahatan kemanusian terhadap rakyat. Namun hingga saat ini AKBP Denny Dharmapala masih dipercaya menjabat Kapolres OI.
"Padahal yang bersangkutan merupakan penanggung jawab utama di lapangan dalam tragedi berdarah pada 27 Juli 2012 di Desa Limbang Jaya, OI yang menyebabkan meninggalnya bocah bernama Angga dan putusnya tangan Rusman yang harus di amputasi gara-gara terkena tembakan," ungkap Anwar Sadat, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel saat menyampaikan orasinya, Senin 28 Januari 2013, kemarin.
Tak hanya itu, para pendemo juga mempertanyakan kepada Polres OI, dasar dan alasan apa melakukan penangkapan warga Desa Betung, Kecamatan Lubuk Keliat atas nama Suardi bin Damiri (32). Apalagi saat dilakukan penangkapan warga sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di musholla AZ Zahra di Desa Betung, Kecamata Lubuk Keliat, OI.
Saat warga sedang membaca surat Yassin, Tahlil dan Dzikir salah seorang warga bernama Aman (52) yang berada di pinggir jalan dipukuli aparat berpakaian preman dengan menggunakan kayu dan tangan kosong serta diancam senjata api.
Disaat bersamaan juga aparat menghancurkan Mushola Az Zahra yang dibangun warga, disusul dengan penangkapan beberapa warga dengan alasan memeriksa senjata tajam dan diperintahkan Kapolres OI untuk menembak. Warga lalu bergeser ke kebun yang jaraknya sekira 10 meter dari lokasi, karena terus dipukuli.
"Setidaknya ada lima warga yang terluka yakni Aman (52) Asmadi Yuden, Syakban dam Samroni. Sedangkan yang dibawa ke Polres OI, bernama Suardi (32) dengan dasar adanya pemanggilan sebelumnya dalam kasus yang dilaporkan ke Polres OI. Dan penangkapan itu, tidak disertai surat penangkapan. Malamnya baru dikirimkan surat penangkapan itu," beber Sadat.
Warga juga meminta kepada pihak kepolisian untuk mengembalikan tanah rakyat di Desa Betung yang telah dirampas oleh PTPN VII Cinta Manis.
"Tapi secara mutlak hentikan turut campur Polri/TNI dalam konflik agraria terutama antara PTPN VII Cinta Manis dengan warga di Kabupaten OI," tegas Sadat.
(rsa)