Ini toko roti pertama di Kota Magelang

Selasa, 29 Januari 2013 - 15:04 WIB
Ini toko roti pertama di Kota Magelang
Ini toko roti pertama di Kota Magelang
A A A
Perkembangan Kota Magelang beriring dengan pesatnya perekonomian masyarakat yang ditandai oleh banyaknya bangunan-bangunan baru untuk mengembangkan usaha. Mulai toko, kios yang didirikan secara personal hingga pusat perbelanjaan dalam bentuk komplek ruko.

Usaha yang bermunculan itu juga beragam menyajikan barang maupun kuliner dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sehingga, para pengusaha, selain meningkatkan mutu dagangan, juga berlomba memikat hati pelanggan dengan kenyamanan arsitek bangunan dan penataan barang-barang.

Namun, jika melihat sebuah bangunan yang berada di Jalan A Yani no. 41 Kota Magelang, membawa ingatan di jaman penjajahan silam. Bangunan yang dikenal dengan Toko Bie Sing Hoo ini diperkirakan didirikan sebelum kemerdekaan.

Uniknya, bangunan yang masih digunakan untuk berjualan roti dan es krim ini masih berdiri kokoh dengan konstruksi dan arsitektur asli.

"Toko ini sekaligus tempat tinggal yang dilakukan secara turun temurun," kata Johny Mulyono (72) pemilik yang merupakan generasi kedua, saat ditemui SINDO, Minggu 27 Januari 2013.

Johny menuturkan, tokonya tersebut juga menjadi salah satu toko roti pertama yang muncul di Magelang dan masih bertahan hingga hari ini. Selain barang yang dijual, arsitektur bangunan juga masih asli.

Tidak ada yang berubah sama sekali. Pada masa perjuangan, banyak para pejabat kolonial yang menikmati roti dan es krim sambil berkumpul duduk-duduk santai di depan toko.

“Orang Belanda kan sukanya nongkrong sambil menikmati suasana kota. Kebetulan saat itu Kota Magelang yang merupakan wilayah pusat militer, banyak orang Belanda yang menikmati suasana kesejukan Magelang sambil melihat lalulalangnya kereta api,” lanjut Johny.

Kokohnya bangunan membuatnya bertahan hingga sekarang tanpa pernah mengalami pembongkaran. Namun ia mengaku pernah terpaksa melakukan satu kali renovasi pada tahun 1948, akibat menjadi korban kebakaran

"Ada pergeseran politik pada masa itu. Itupun hanya pada bagian atas saja, sedangkan bagian lainnya masih tetap utuh," terangnya.

Bangunan seluas sekitar 900 meter persegi ini, tepat berada di depan Wisma Diponegoro atau tepat di ujung pertigaan antara komplek Rindam IV Diponegoro dengan Jalan A Yani.

Saat memasuki gedung, banyak dijumpai ornamen khas eropa, baik dinding, ventilasi udara, lantai, maupun atapnya. Berbagai perabotan pembuat roti serta benda-benda tradisional lain juga ditemukan dalam bangunan tersebut.

“Semuanya masih asli. Eternitnya saja itu buatan Belgia tahun 1949. Kaca pada jendela itu juga buatan lama,” kata Johny sambil menunjuk ke sejumlah sisi ruangan.

Hingga kini, ia pun mengaku belum pernah memiliki rencana untuk merenovasi gedung ini. Hal itu menurutnya, selain bangunan ini merupakan saksi perjalanan sejarah perkembangan Kota Magelang, anak satu-satunya yang ia miliki telah hidup mapan dan berdomisili di Jakarta.

Menurut Johny, pihaknya mampu bertahan berjualan sejak masa perjuangan hingga kini, karena roti maupun es krim yang dijual memiliki kualitas yang tidak pernah berkurang. Memang dahulu para pelanggan antre untuk memperoleh produk yang dikeluarkan dari toko ini.

Namun sering berjalannya waktu, kini ia hanya menyuplai ke pelanggan tetap di berbagai daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan lain-lain.

Umumnya, pelanggannya adalah para generasi tua. Sedang untuk mengisi kegiatan Johny sehari-hari, selain menjual roti dan es krim juga melayani pembelian tiket bus dan travel.

“Kalau sekarang yang datang langsung ya masih banyak. Para turis-turis Eropa kalau ke Magelang banyak yang mampir ke sini,” katanya.

Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) , Bagus Priyana mengatakan, kawasan di sekitaran toko Bie Sing Hoo ini pada masa kolonial adalah kawasan elit yang dihuni para kaum bangsawan.

“Toko itu adalah yang paling tua di Magelang yang bangunannya masih asli serta ritel yang diperjualkan juga masih sama. Banyak toko serupa, namun usia bangunannya tidak dapat bertahan hingga kini, ada yang sudah dibongkar bahkan ada yang sudah hilang,” tandas Bagus.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.4922 seconds (0.1#10.140)