Sketsa pilu kemiskinan 'pasangan senja'
A
A
A
Sindonews.com - Sepasang kakek dan nenek di Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), hidup dalam kondisi yang terlantar dan memprihatinkan.
Dengan keterbatasan ekonomi yang mereka miliki, A`ba dan Dalia hanya tinggal di gubuk bambu kecil berukuran dua meter persegi. Untuk menyambung hidup, mereka bahkan terpaksa hanya mengandalkan pemberian dari tetangga mereka.
Pasangan kakek nenek itu hidup di pinggir jembatan Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. Sejak ditinggal pergi ketiga anaknya untuk merantau dua puluh tahun lalu, pasangan tua renta ini hidup terlantar dengan kondisi yang memperihatinkan.
Sang suami yakni A’ba yang harusnya mencari nafkah, kini hanya bisa terbaring digubuk lantaran buta sejak lima tahun lalu. Karena sakit-sakitan, tubuh kakek malang ini kurus kering dan hanya tulang terbalut kulit akibat kurang gizi. Praktis tinggal istrinya Dalia yang berjuang untuk menopang hidup mereka. Namun usia jua yang membuatnya tak dapat berbuat banyak.
"Untuk makan sehari hari, kami hanya bisa berharap belas kasih dari para warga," jelas Dalia digubuk reotnya, Senin (28/1/2013).
Bahkan menurutnya, Dalia terpaksa harus meminta beras pada warga sekitar, jika betul-betul sudah tak memiliki apa yang bisa dimakan.
"Jika beras tak ada, kami hanya makan sayur mayur yang ditanam disekitar gubuk tua kami," jelasnya.
Ironisnya, hingga saat ini belum ada belas kasihan dari pemerintah setempat terhadap pasangan kakek-nenek tersebut. Beras raskin yang biasanya diperuntuhkan bagi warga tak mampu juga tak pernah lagi dirasakan. Kini mereka hanya bisa berharap uluran tangan dari dermawan yang bisa meringankan beban hidupnya.
Dengan keterbatasan ekonomi yang mereka miliki, A`ba dan Dalia hanya tinggal di gubuk bambu kecil berukuran dua meter persegi. Untuk menyambung hidup, mereka bahkan terpaksa hanya mengandalkan pemberian dari tetangga mereka.
Pasangan kakek nenek itu hidup di pinggir jembatan Kecamatan Binuang, Polewali Mandar. Sejak ditinggal pergi ketiga anaknya untuk merantau dua puluh tahun lalu, pasangan tua renta ini hidup terlantar dengan kondisi yang memperihatinkan.
Sang suami yakni A’ba yang harusnya mencari nafkah, kini hanya bisa terbaring digubuk lantaran buta sejak lima tahun lalu. Karena sakit-sakitan, tubuh kakek malang ini kurus kering dan hanya tulang terbalut kulit akibat kurang gizi. Praktis tinggal istrinya Dalia yang berjuang untuk menopang hidup mereka. Namun usia jua yang membuatnya tak dapat berbuat banyak.
"Untuk makan sehari hari, kami hanya bisa berharap belas kasih dari para warga," jelas Dalia digubuk reotnya, Senin (28/1/2013).
Bahkan menurutnya, Dalia terpaksa harus meminta beras pada warga sekitar, jika betul-betul sudah tak memiliki apa yang bisa dimakan.
"Jika beras tak ada, kami hanya makan sayur mayur yang ditanam disekitar gubuk tua kami," jelasnya.
Ironisnya, hingga saat ini belum ada belas kasihan dari pemerintah setempat terhadap pasangan kakek-nenek tersebut. Beras raskin yang biasanya diperuntuhkan bagi warga tak mampu juga tak pernah lagi dirasakan. Kini mereka hanya bisa berharap uluran tangan dari dermawan yang bisa meringankan beban hidupnya.
(rsa)