Bendungan jebol, 6.500 hektare padi terancam puso
A
A
A
Sindonews.com - Hancurnya tujuh bendungan irigasi akibat banjir di Kabupaten Agam, Sumatera Barat membuat 6.500 hektare tanaman padi tidak mendapatkan pasokan air. Akibatnya, tanaman padi tersebut terancam puso.
Warga Nagari (desa) Salareh Aia kini hanya bisa pasrah menunggu campur tangan pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan ini
Wali Nagari Salareh Aia, Iron Mari Edi menuturkan sejak terjadi bencana banjir sejak 21 Desember 2012 lalu itu belum mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Agam Nagari.
“Puncak musim hujan di Nagari Salareh Aia menyebaban banjir besar di sungai batang Angang dan Batang Sikabau, banjir ini mengakibatkan hancurnya bendungan dan jaringan irigasi pada malam Jumat 21 Desember lalu, di tambah beberapa badan jalan longsor,” katanya, Jumat (11/1/2013)
Setelah dua minggu pasca bencana yang menghancurkan bendungan dan jaringan irigasi membuat sawah kian mengering. Padahal umur padi saat ini sangat membutuhkan air.
“Dengan hancurnya 7 bendungan dan jaringan irigasi ini tidak lagi mengairi sawah seluas 6500 hektar. Diperkirakan kerugian mencapai Rp15 miliar,” ungkapnya.
Tak hanya itu akibat jebolnya bendungan irigasi tersebut sebanyak 2200 kepala keluarga juga tak mendapatkan air untuk MCK, sebab sumber air warga di nagari tersebut berasal dari air irigasi itu.
Warga Nagari (desa) Salareh Aia kini hanya bisa pasrah menunggu campur tangan pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan ini
Wali Nagari Salareh Aia, Iron Mari Edi menuturkan sejak terjadi bencana banjir sejak 21 Desember 2012 lalu itu belum mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Agam Nagari.
“Puncak musim hujan di Nagari Salareh Aia menyebaban banjir besar di sungai batang Angang dan Batang Sikabau, banjir ini mengakibatkan hancurnya bendungan dan jaringan irigasi pada malam Jumat 21 Desember lalu, di tambah beberapa badan jalan longsor,” katanya, Jumat (11/1/2013)
Setelah dua minggu pasca bencana yang menghancurkan bendungan dan jaringan irigasi membuat sawah kian mengering. Padahal umur padi saat ini sangat membutuhkan air.
“Dengan hancurnya 7 bendungan dan jaringan irigasi ini tidak lagi mengairi sawah seluas 6500 hektar. Diperkirakan kerugian mencapai Rp15 miliar,” ungkapnya.
Tak hanya itu akibat jebolnya bendungan irigasi tersebut sebanyak 2200 kepala keluarga juga tak mendapatkan air untuk MCK, sebab sumber air warga di nagari tersebut berasal dari air irigasi itu.
(ysw)