Tak ada biaya, jenazah nelayan belum dikebumikan

Tak ada biaya, jenazah nelayan belum dikebumikan
A
A
A
Sindonews.com - Salah satu jenazah nelayan yang sudah ditemukan sejak Rabu 7 Januari 2013 kemarin, ternyata belum dikebumikan. Hal itu lantaran keluarga korban nelayan tersebut tak punya uang untuk membeli kain kafan.
Hal itu diungkapkan Istri Zainul, Nurmaidah (27), warga Parasangan Beru, Desa Pajjukukang, Kecamatan Bontoa, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pasca ditemukannya jenazah suaminya oleh tim Search and Rescue (SAR) suaminya selama Rabu kemarin masih saja berada di rumah duka.
"Seandainya ada kain kafan, mungkin sejak kemarin suami saya langsung dikuburkan," kata Nurmaidah, di Parasengan Beru, Maros, Sulsel, Kamis (10/1/2013) pagi.
Dia pun mengaku syok dan terus meneteskan air mata sambil meliihat jenazah suaminya yang terbujur kaku. Nurmaidah mengaku sangat kehilangan, apa lagi saat dia menuturkan jika Zainul yang mencari nafkah bagi keluarganya dan empat orang anaknya yang masih kecil.
"Selama berumah tangga, yang menjadi tumpuan pencari nafkah hanya dia. Dia tulang punggung satu-satunya dikeluarga kami, saya tidak bekerja," ungkap Nurmaidah.
Sementara itu adik kandung Zainul, Irfan mengaku jika kakaknya merupakan sosok yang baik. Nelayan hanyalah sebagai sampingan baginya, karena sehari-hari Zainul mengelola empang warisan keluarga mereka.
"Setiap hari kakak saya menghidupi anak istrinya bertarung nyawa di lalut, itu terpaksa dilakukan untuk mencari makan karena kondisi saat ini tidak memungkinkan mengelolah tambak yang selalu kebanjiran air", kata Irfan.
Diketahui, Zainul bersama dua rekannya Yusuf dan Nasrullah berangkat melaut menggunakan perahu sampan. Namun, karena cuaca buruk dan ombak yang tinggi, sampan yang ditumpanginya terbalik hingga menyebabkan Zainul dan Yusuf tenggelam hingga tewas. Hanya Nasrullah yang berhasil menyelamatkan diri dengan menggapai sampan yang terbalik sebelumnya.
Hal itu diungkapkan Istri Zainul, Nurmaidah (27), warga Parasangan Beru, Desa Pajjukukang, Kecamatan Bontoa, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Pasca ditemukannya jenazah suaminya oleh tim Search and Rescue (SAR) suaminya selama Rabu kemarin masih saja berada di rumah duka.
"Seandainya ada kain kafan, mungkin sejak kemarin suami saya langsung dikuburkan," kata Nurmaidah, di Parasengan Beru, Maros, Sulsel, Kamis (10/1/2013) pagi.
Dia pun mengaku syok dan terus meneteskan air mata sambil meliihat jenazah suaminya yang terbujur kaku. Nurmaidah mengaku sangat kehilangan, apa lagi saat dia menuturkan jika Zainul yang mencari nafkah bagi keluarganya dan empat orang anaknya yang masih kecil.
"Selama berumah tangga, yang menjadi tumpuan pencari nafkah hanya dia. Dia tulang punggung satu-satunya dikeluarga kami, saya tidak bekerja," ungkap Nurmaidah.
Sementara itu adik kandung Zainul, Irfan mengaku jika kakaknya merupakan sosok yang baik. Nelayan hanyalah sebagai sampingan baginya, karena sehari-hari Zainul mengelola empang warisan keluarga mereka.
"Setiap hari kakak saya menghidupi anak istrinya bertarung nyawa di lalut, itu terpaksa dilakukan untuk mencari makan karena kondisi saat ini tidak memungkinkan mengelolah tambak yang selalu kebanjiran air", kata Irfan.
Diketahui, Zainul bersama dua rekannya Yusuf dan Nasrullah berangkat melaut menggunakan perahu sampan. Namun, karena cuaca buruk dan ombak yang tinggi, sampan yang ditumpanginya terbalik hingga menyebabkan Zainul dan Yusuf tenggelam hingga tewas. Hanya Nasrullah yang berhasil menyelamatkan diri dengan menggapai sampan yang terbalik sebelumnya.
(rsa)