Garut rentan terserang tetelo

Selasa, 08 Januari 2013 - 16:42 WIB
Garut rentan terserang tetelo
Garut rentan terserang tetelo
A A A
Sindonews.com - Penyakit Newcastlle Disseases (ND) atau tetelo dinyatakan sangat rentan di wilayah Garut. Hal tersebut dikarenakan, kondisi sanitasi dan kandang ternak yang berada di Garut pada umumnya sangat buruk.

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Hermanto, selain kondisi sanitasi dan kandang, faktor cuaca juga sangat dominan menyebabkan banyaknya unggas yang mati.

"Tingginya angka kematian unggas seperti itik dan ayam dari tahun ke tahun umumnya disebabkan oleh penyakit tetelo. Dari data yang dihimpun pihak Disnakanla Garut, jumlah ternak unggas yang mati dalam kurun waktu Desember 2012 hingga saat ini adalah sebanyak 700 ekor," jelas Hermanto, di Diskanla Garut, Selasa (8/1/2013).

Hermanto menjelaskan, untuk mengantisipasi mewabahnya serangan penyakit tetelo, pihaknya langsung melakukan sosialisasi ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut agar para pemilik ternak lebih memperhatikan kondisi sanitasi dan kebersihan kandang. Dia pun mengaku telah menyiapkan 10 ribu dosis vaksin tetelo per tiga bulan sekali.

“Wilayah dengan kasus penyakit tetelo tertinggi di Garut adalah Kecamatan Banyuresmi, Cibiuk, dan Leuwigoong. Kecamatan Banyuresmi sendiri merupakan kawasan endemik flu burung,” sebutnya.

Pelaksanaan sosialisasi, pemberian vaksin, hingga penyemprotan disinfektan sendiri setidaknya dilakukan dengan cara berkeliling ke beberapa wilayah yang telah ditentukan. Seluruh kegiatan tersebut setidaknya melibatkan unsur pemerintah, kecamatan, desa, hingga masyarakat.

Sementara itu, Kasubdin Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Iman Budiman mengatakan, upaya lain untuk menekan adanya serangan penyakit tetelo adalah dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas pemasaran unggas.

Seluruh petugas UPTD Peternakan di setiap kecamatan, tambah Iman, kini harus mulai memperketat pemeriksaan fisik dan administrasi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari daerah asal unggas.

“Ternak yang terkena penyakit ini bisa menularkan ke ternak lainnya. Para petugas peternakan di setiap kecamatan harus terus memantau kondisi di lapangan dan melaporkannya ke dinas,” tukasnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5701 seconds (0.1#10.140)