Status Sungai Bengawan Solo waspada
A
A
A
Sindonews.com - Perusahaan Umum Jasa Tirta 1 di Malang menyatakan debit aliran Sungai Bengawan Solo di sejumlah daerah dalam status siaga kuning atau waspada.
Hasil laporan itu dilakukan berdasarkan pantauan dari waduk Gajahmungkur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, hingga Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
"Siaga kuning terutama di Bojonegoro dan Lamongan, karena guyuran hujan sering terjadi di daerah hulu sungai Bengawan Solo," kata juru bicara Perum Jasa Tirta 1 Tri Hardjono, Jumat (4/1/2012).
Menurutnya, elevasi di Bojonegoro Kota mencapai 14,52 meter di atas permukaan laut, turun dari sebelumnya 15 mdpl atau siaga merah. Sedangkan di Laren, Lamongan mencapai titik batas merah setinggi 5,65 mdpl atau melebihi 15 centimeter di atas level merah.
Kondisi tersebut, kata Tri Hardjono, masih relatif stabil bila dibandingkan ketika terjadi banjir bandang di Ngawi Februari 2009 lalu yang mencapai 6, 45 mdpl.
"Pantauan di di Dungus, Ngawi tingkat elevasi mencapai 41,25 meter sampai dengan 41,75 meter. Tinggi muka air itu melebihi batas siaga kuning yang ditetapkan 42,20 meter," jelasnya.
Tri menyebutkan, sebanyak 16 anak sungai Bengawan Solo juga menjadi obyek pantauan yang dijadikan dasar bagi BPBD di masing-masing daerah yang dilalui sungai ini. Selain itu, juga dipasang alat peringatan dini untuk mendeteksi jika akan terjadi banjir.
Pihaknya juga mengimbau warga yang bermukim di sekitar sungai tersebut terutama daerah Bojonegoro dan Lamongan waspada dan berhati-hati.
"Sebab, curah hujan saat ini masih cenderung tinggi sehingga dikhawatirkan Sungai Bengawan Solo tidak dapat menampung," pungkasnya.
Hasil laporan itu dilakukan berdasarkan pantauan dari waduk Gajahmungkur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, hingga Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
"Siaga kuning terutama di Bojonegoro dan Lamongan, karena guyuran hujan sering terjadi di daerah hulu sungai Bengawan Solo," kata juru bicara Perum Jasa Tirta 1 Tri Hardjono, Jumat (4/1/2012).
Menurutnya, elevasi di Bojonegoro Kota mencapai 14,52 meter di atas permukaan laut, turun dari sebelumnya 15 mdpl atau siaga merah. Sedangkan di Laren, Lamongan mencapai titik batas merah setinggi 5,65 mdpl atau melebihi 15 centimeter di atas level merah.
Kondisi tersebut, kata Tri Hardjono, masih relatif stabil bila dibandingkan ketika terjadi banjir bandang di Ngawi Februari 2009 lalu yang mencapai 6, 45 mdpl.
"Pantauan di di Dungus, Ngawi tingkat elevasi mencapai 41,25 meter sampai dengan 41,75 meter. Tinggi muka air itu melebihi batas siaga kuning yang ditetapkan 42,20 meter," jelasnya.
Tri menyebutkan, sebanyak 16 anak sungai Bengawan Solo juga menjadi obyek pantauan yang dijadikan dasar bagi BPBD di masing-masing daerah yang dilalui sungai ini. Selain itu, juga dipasang alat peringatan dini untuk mendeteksi jika akan terjadi banjir.
Pihaknya juga mengimbau warga yang bermukim di sekitar sungai tersebut terutama daerah Bojonegoro dan Lamongan waspada dan berhati-hati.
"Sebab, curah hujan saat ini masih cenderung tinggi sehingga dikhawatirkan Sungai Bengawan Solo tidak dapat menampung," pungkasnya.
(rsa)