Dikepung banjir, ijab kabul di depan ruko
A
A
A
Sindonews.com - Banjir yang mengepung Kabupaten Mamuju membuat sepasang pengantin harus rela mengucapkan janji suci di depan rumah toko (ruko). Banjir yang disebabkan meluapnya tiga sungai besar di Sulawesi Barat ini lebih besar dari tahun lalu.
Sebelumnya, tiga sungai besar meluap akibat hujan deras yang terjadi di hulu. Yakni sungai Tarailu di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Mamuju, sungai Topoyo di Kecamatan Topoyo Mamuju dan sungai Lariang di Kabupaten Mamuju Utara (Matra). Kondisi ini praktis memutus jalan nasional di jalur barat Sulawesi.
Sungai pertama yang diketahui meluap adalah sungai Topoyo yang merendam Desa Salupangkang dan Desa Salule'bo. Ketinggian air mencapai satu meter. Derasnya air menghanyutkan dua rumah kayu yang berada tepat di bantaran sungai. Di kawasan ini tidak ada korban jiwa.
Sekira pukul 10.00 WITA, sungai Tarailu tiba-tiba meluap. Musibah ini tercatat terparah sejak terjadi banjir pada dua tahun silam. Ini diakui oleh salah seorang tokoh masyarakat setempat, Muh. Baddu.
"Ini yang paling parah karena selain banjir, arusnya juga sangat deras. Sampai kami harus mengungsi. Awalnya kami anggap biasa, tapi pas tengah hari, air tambah tinggi," tuturnya, Kamis (3/1/2013).
Yang menarik dari musibah banjir di Desa Tarailu ini adalah terhalangnya rombongan pengantin mempelai pria. Hingga akhirnya ijab kabul dilakukan di teras sebuah ruko. Karena lokasi perkawinan di rumah mempelai wanita terendam air hingga 1,5 meter.
Masih di Kecamatan Sampaga, banjir rupanya terjadi di Desa Kalonding. Padahal desa ini terletak di atas ketinggian atau di gunung.
Salah seorang anggota DPRD Mamuju Hajrul Malik, mengungkapkan, ketinggian air di Desa Kalonding mencapai tiga meteran. Banjir ini juga terjadi di desa tetangga, Salu Kue dan Sido Makmur.
"Sebanyak 800 KK masih terisolir. Saya sudah sampaikan ini ke pemerintah," sebutnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten, Syarifuddin, yang memantau langsung kondisi lapangan mengaku bahwa prioritas utama musibah ini adalah evakuasi. Dia pun belum mengetahui jumlah korban benda maupun nyawa. Di lokasi ini sudah ada sejumlah anggota tim SAR Sulbar dan Mamuju.
"Sejak mendapat info, saya dan anggota BPBD Mamuju ke lokasi. Prioritas penanganan adalah evakuasi warga yang terisolir. Ini perlu cepat karena air semakin besar, mengingat hujan dan banjir juga terjadi di hulu. Saya belum tahu jumlah korban maupun memprediksi banjir ini reda," tuturnya.
Sekitar pukul 12.30 WITA Kepala BPBD Sulbar, Darno Madjid, tiba di Desa Tarailu. Dikatakan, pihaknya sudah menghubungi instansi terkait untuk memberikan bantuan dan dukungan.
Sebelumnya, tiga sungai besar meluap akibat hujan deras yang terjadi di hulu. Yakni sungai Tarailu di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Mamuju, sungai Topoyo di Kecamatan Topoyo Mamuju dan sungai Lariang di Kabupaten Mamuju Utara (Matra). Kondisi ini praktis memutus jalan nasional di jalur barat Sulawesi.
Sungai pertama yang diketahui meluap adalah sungai Topoyo yang merendam Desa Salupangkang dan Desa Salule'bo. Ketinggian air mencapai satu meter. Derasnya air menghanyutkan dua rumah kayu yang berada tepat di bantaran sungai. Di kawasan ini tidak ada korban jiwa.
Sekira pukul 10.00 WITA, sungai Tarailu tiba-tiba meluap. Musibah ini tercatat terparah sejak terjadi banjir pada dua tahun silam. Ini diakui oleh salah seorang tokoh masyarakat setempat, Muh. Baddu.
"Ini yang paling parah karena selain banjir, arusnya juga sangat deras. Sampai kami harus mengungsi. Awalnya kami anggap biasa, tapi pas tengah hari, air tambah tinggi," tuturnya, Kamis (3/1/2013).
Yang menarik dari musibah banjir di Desa Tarailu ini adalah terhalangnya rombongan pengantin mempelai pria. Hingga akhirnya ijab kabul dilakukan di teras sebuah ruko. Karena lokasi perkawinan di rumah mempelai wanita terendam air hingga 1,5 meter.
Masih di Kecamatan Sampaga, banjir rupanya terjadi di Desa Kalonding. Padahal desa ini terletak di atas ketinggian atau di gunung.
Salah seorang anggota DPRD Mamuju Hajrul Malik, mengungkapkan, ketinggian air di Desa Kalonding mencapai tiga meteran. Banjir ini juga terjadi di desa tetangga, Salu Kue dan Sido Makmur.
"Sebanyak 800 KK masih terisolir. Saya sudah sampaikan ini ke pemerintah," sebutnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten, Syarifuddin, yang memantau langsung kondisi lapangan mengaku bahwa prioritas utama musibah ini adalah evakuasi. Dia pun belum mengetahui jumlah korban benda maupun nyawa. Di lokasi ini sudah ada sejumlah anggota tim SAR Sulbar dan Mamuju.
"Sejak mendapat info, saya dan anggota BPBD Mamuju ke lokasi. Prioritas penanganan adalah evakuasi warga yang terisolir. Ini perlu cepat karena air semakin besar, mengingat hujan dan banjir juga terjadi di hulu. Saya belum tahu jumlah korban maupun memprediksi banjir ini reda," tuturnya.
Sekitar pukul 12.30 WITA Kepala BPBD Sulbar, Darno Madjid, tiba di Desa Tarailu. Dikatakan, pihaknya sudah menghubungi instansi terkait untuk memberikan bantuan dan dukungan.
(ysw)