2013, Petani berharap harga karet naik
A
A
A
Sindonews.com - Petani karet di Empatlawang berharap agar ditahun 2013 harga komoditi karet atau harga jual getah karet naik. Karena menurut petani saat ini harga karet masih terkategori anjlok.
Padahal sebelumnya harga perkilogram getah karet harian menembus diatas angka Rp20 ribu/kilogram. Sedangkan saat ini harga karet dipasaran petani di Empatlawang dikisaran angka Rp6 ribu. Masalah lain yang dihadapi petani karet saat ini adalah tingginya curah hujan, sehingga menjadi kendala bagi petani untuk menyadap getah karet.
Seorang petani karet Desa Tajung Kupang Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Samsul mengatakan, dengan rendahnya harga karet saat ini menyebabkan petani secara ekonomi mengalami kesulitan. Apalagi jika luasan kebun karet yang dimiliki sedikit. Dengan kondisi cuaca musim hujan saat ini, jelas persoalan petani menjadi bertambah.
“Kemarin kemarau panjang getah karet sangat menyusut, sekarang malah musim hujan dan kami tidak bisa menyadap karet,” jelas Samsul, Selasa 1 Januari 2013.
Selain itu menurutnya seluruh petani karet di Empatlawang sangat berharap ada kenaikan harga. Untuk harga sekarang menurutnya jelas petani masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Mereka juga menjadi heran, dari harga yang lumayan tinggi harga karet bisa anjlok dan tidak naik-naik lagi. Apalagi menurutnya mayoritas petani khususnya di kecamatan Tebing Tinggi, dan Saling, mengandalkan pendapatan dari bertani karet.
“Tidak muluk-muluk diatas Rp10 ribu per kilonya sudah lumayan, kalau harga sekarang jelas kita masih kesulitan,” ujarnya.
Terpisah ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kabupaten Empatlawang HA Fachruruzam mengatakan, kendala yang terjadi di masyarakat petani Empatlawang adalah masih minimnya kreatifitas.
Dimana, lanjutnya, sistem pertanian dan komuditas yang dikembangkan masih sangat monoton, khususnya untuk Kopi dan Karet. Sehingga saat terjadi penurunan dan spekulasi harga petani tidak bisa mengelak dan mau tidak mau harus menuruti pola dan penerapan harga pasar.
"Untuk harga kopi dan karet memang mengikuti harga pasaran dunia, jadi saat harga komoditas turun jelas berdampak kepada petani termasuk di Empatlawang,” ujarnya.
Hanya saja menurutnya, pemerintah daerah bisa mencarikan solusi kepada para petani untuk lebih berkreatifitas. Sehingga tidak hanya bergantung pada satu komoditi seperti karet atau kopi saja.
Untuk itu peran penyuluh pertanian dan perkebunan sangat diharapkan untuk mengarahkan dan membimbing para petani. Hanya saja kendala yang ada jumlah penyuluh di Empatlawang masih sangat kurang.
“Memang petani di Empatlawang masih sangat membutuhkan arahan dan bimbingan, khususnya dalam mencari atau mendapatkan sumber pendapatan diluar jenis tanaman yang menjadi komoditas utama mereka seperti kopi dan karet,” jelasnya.
Padahal sebelumnya harga perkilogram getah karet harian menembus diatas angka Rp20 ribu/kilogram. Sedangkan saat ini harga karet dipasaran petani di Empatlawang dikisaran angka Rp6 ribu. Masalah lain yang dihadapi petani karet saat ini adalah tingginya curah hujan, sehingga menjadi kendala bagi petani untuk menyadap getah karet.
Seorang petani karet Desa Tajung Kupang Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Samsul mengatakan, dengan rendahnya harga karet saat ini menyebabkan petani secara ekonomi mengalami kesulitan. Apalagi jika luasan kebun karet yang dimiliki sedikit. Dengan kondisi cuaca musim hujan saat ini, jelas persoalan petani menjadi bertambah.
“Kemarin kemarau panjang getah karet sangat menyusut, sekarang malah musim hujan dan kami tidak bisa menyadap karet,” jelas Samsul, Selasa 1 Januari 2013.
Selain itu menurutnya seluruh petani karet di Empatlawang sangat berharap ada kenaikan harga. Untuk harga sekarang menurutnya jelas petani masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Mereka juga menjadi heran, dari harga yang lumayan tinggi harga karet bisa anjlok dan tidak naik-naik lagi. Apalagi menurutnya mayoritas petani khususnya di kecamatan Tebing Tinggi, dan Saling, mengandalkan pendapatan dari bertani karet.
“Tidak muluk-muluk diatas Rp10 ribu per kilonya sudah lumayan, kalau harga sekarang jelas kita masih kesulitan,” ujarnya.
Terpisah ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kabupaten Empatlawang HA Fachruruzam mengatakan, kendala yang terjadi di masyarakat petani Empatlawang adalah masih minimnya kreatifitas.
Dimana, lanjutnya, sistem pertanian dan komuditas yang dikembangkan masih sangat monoton, khususnya untuk Kopi dan Karet. Sehingga saat terjadi penurunan dan spekulasi harga petani tidak bisa mengelak dan mau tidak mau harus menuruti pola dan penerapan harga pasar.
"Untuk harga kopi dan karet memang mengikuti harga pasaran dunia, jadi saat harga komoditas turun jelas berdampak kepada petani termasuk di Empatlawang,” ujarnya.
Hanya saja menurutnya, pemerintah daerah bisa mencarikan solusi kepada para petani untuk lebih berkreatifitas. Sehingga tidak hanya bergantung pada satu komoditi seperti karet atau kopi saja.
Untuk itu peran penyuluh pertanian dan perkebunan sangat diharapkan untuk mengarahkan dan membimbing para petani. Hanya saja kendala yang ada jumlah penyuluh di Empatlawang masih sangat kurang.
“Memang petani di Empatlawang masih sangat membutuhkan arahan dan bimbingan, khususnya dalam mencari atau mendapatkan sumber pendapatan diluar jenis tanaman yang menjadi komoditas utama mereka seperti kopi dan karet,” jelasnya.
(rsa)