Potret sekolah tua di Polewali Mandar

Selasa, 11 Desember 2012 - 23:06 WIB
Potret sekolah tua di Polewali Mandar
Potret sekolah tua di Polewali Mandar
A A A
FASILITAS pendidikan sebagai salah satu sarana untuk menimba ilmu sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar. Tetapi, jika fasilitas itu tidak memadai atau tidak layak, tentu akan sangat berpengaruh pada kelangsungan belajar mengajar yang berdampak pada ketidaknyamanan.

Di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), masih ada beberapa sekolah yang sarana atau fasilitas pendidikannya masih sangat meprihatinkan. Padahal sekolah tersebut adalah sekolah negeri yang berdiri sejak 31 tahun lalu.

Lihat saja, SD 07 Parappe, yang terletak di Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polman. Kurang lebih ratusan murid yang sedang menimba ilmu disekolah itu tak bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Hal itu lantaran bangunan atapnya sudah tidak layak alias nyaris ambruk.

Terlebih pada musim penghujan ini, mereka dipastikan tidak bisa belajar dengan tenang karena atap sekolah yang dibangun pada tahun 1982 itu tidak mendukung.

Pantauan SINDO, bukan hanya pada atap saja, dinding, kusen pun terlihat lapuk. Rangka atap maupun plafon setiap ruang kelas jebol dan anyaman bambunya berjatuhan. Parahnya lagi, perlengkapan di sekolah juga kondisinya mulai tidak bagus. Saat hujan, para siswa diungsikan.

Kondisi sekolah yang seperti itu tentu tak hanya berdampak pada kelangsungan proses belajar, namun terhadap keselamatan anak-anak saat sedang mengikuti pelajaran. Bukan tidak mungkin, jika dibiarkan terus berlarut, kelak akan menimbulkan korban, jika plafon tiba-tiba jatuh karena diterpa angin.

Terkait kondisi tersebut, Kepala Sekolah (Kepsek) SD 007 Abdul Jalil, mengatakan bahwa pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan anggaran renovasi sekolah. Namun, belum ada persetujuan dari pemerintah kabupaten dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.

Adapun pekerjaan renovasi bangunan yang sedang berjalan hanya diperuntukan pada dua ruangan. Yakni satu ruang kelas, dan satu lagi ruang guru dan kepsek. Artinya, dari tujuh ruangan yang ada, masih ada enam ruangan lain lagi yang tidak direnovasi.

Namun, dari pihak sekolah berencana setelah bangunan tersebut selesai, dua ruangan baru itu akan dijadikan sebagai ruang kelas yang digunakan secara bergantian.

Selain dua bangunan baru yang sedang dalam pekerjaan, kata Jalil, sekolah itu, sejak dibangun tidak pernah direnovasi dan sarana belajar seperti meja dan kursi pun tidak pernah diperbaharui.

Bahkan, dengan kondisi seperti itu, apabila terjadi hujan di malam hari, para siswa harus membersihkan ruang kelas dan mengeringkan meja sebelum pelajaran dimulai. Air yang tergenang di dalam ruangan akibat hujan harus menjadi pekerjaan awal para siswa.

Ia pun berharap, dengan kondisi itu, pemerintah bisa member perhatian dengan membenahi gedung sekolah agar tidak membawa petaka bagi siswa maupun guru.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9804 seconds (0.1#10.140)