Ada air awet muda di Candi Selogriyo

Selasa, 04 Desember 2012 - 19:02 WIB
Ada air awet muda di Candi Selogriyo
Ada air awet muda di Candi Selogriyo
A A A
Angin yang berembus semilir memberikan hawa sejuk di antara keindahan panorama alam di perbukitan lereng gunung. Suasana di wilayah terpencil, Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang itu juga berdiri megah arsitektur kuno berupa candi, yang bernama Selogriyo.

Konon, candi ini dibangun pada zaman yang sama dengan candi di dataran tinggi Dieng. Candi selogriyo diperkirakan peninggalan masa kejayaan kerajaan Hindu abad ke 8 Masehi pada Wangsa Sanjaya.

Bangunan bersejarah ini terletak di lokasi terpencil dari pemukiman penduduk dan tersembunyi di antara bukit Giyanti, Condong dan Malang. Tentu, akan memberikan daya tarik bagi wisatawan sekaligus menambah pengetahuan sejarah kebudayaan hindu kuno. Apalagi, bagi mereka yang berjiwa petualang.

Menariknya, lokasi candi hanya bisa ditempuh melalui jalan setapak dari pemukiman warga terdekat. Bahkan akses satu-satunya itu hanya dengan kontur tanah berbatu sepanjang sekira dua kilometer. Hal ini tentu cocok bagi yang suka petualang menjelajah alam sambil menikmati suasana pedesaan.

Tak kalah unik, candi ini juga menyimpan mata air yang berbentuk seperti pancuran. Jaraknya tak lebih dari sepuluh meter dari candi. Air pancuran tersebut, oleh warga setempat, dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit dan memberi awet muda.

Menurut sesepuh warga setempat, Kusno, Candi Selogriyo merupakan tempat ibadah dan pemujaan para pendeta Hindu atau tempat raja menyepi. Candi ini dikatakan Kusno merepresentasikan nilai-nilai yang berkembang dalam agama Hindu. Di antaranya adalah keyakinan bahwa para dewa bersemayam di tempat-tempat yang tinggi.

“Sementara air menjadi lambang dari kesuburan dan kesucian,” katanya, belum lama ini.

Berbeda dengan candi yang bernafaskan hindu lainnya, Selogriyo memiliki lima arca pada dinding luar candi. Yakni Durga Mahesura, Ganesha, Agastya, Nandiswara, dan Mahakala.

Menurut Kusno, di dalam candi dulunya terdapat lingga-yoni sebagai simbol Shiwa Mahadewa. Namun kini sudah lenyap tak berbekas. Bentuk lingga yoni ini pun juga tampak pada puncak candi yang menjadi ciri bahwa candi ini berusia kuno dan dibangun sezaman dengan candi di dataran tinggi Dieng.

Seorang pengunjung candi dari Temanggung, Faiz Syauqi mengatakan, dia mengagumi candi tersebut karena memiliki keindahan dengan panorama alam. Selain itu, udaranya juga masih segar karena letaknya yang berada di kaki gunung.

“Memang sih, untuk ke sini harus berjalan dengan jarak cukup jauh. Tapi rasa lelah itu hisa terbayar dengan pemandangan dan suasana sekitar candi yang masih asri dan sejuk. Saya juga penasaran dengan pancuran airnya. Kataya bisa bikin awet muda. Percaya ngga percaya lah,” tandasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6130 seconds (0.1#10.140)