Kurangi macet, arus ke Malioboro akan dialihkan
Sabtu, 13 Oktober 2012 - 03:16 WIB

Kurangi macet, arus ke Malioboro akan dialihkan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah kota (pemkot) mewacanakan akan mengalihkan arus lalulintas (lalin) Jalan Malioboro ke sirip-sirip jalan yang ada di sekitar Malioboro, Kota Yogyakarta. Selain untuk kelancaran, pengalihan tersebut juga untuk mengurangi kepadatan arus lalin. Dengan cara ini diharapkan dapat mengurangi 10 persen beban lalulintas di Malioboro. Untuk kepentingan tersebut saat ini pemkot sedang melakukan kajian dan pembahasan soal manajemen rekayasa lalu lintas.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Yogyakarta Widorisnomo mengatakan untuk mengurangi beban arus lalu lintas, yaitu dengan manajemen rekayasa lalu lintas, di antaranya dengan memaksimalkan jalan altenatif di sekitar Malioboro. Namun karena ini bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi dalam kegiatan ini, melibatkan banyak aspek, seperti parkir dan pelayanan angkutan umum. Sehingga tidak bisa dikerjakan dalam waktu yang singkat dan perlu kajian yang mendalam
“Untuk itu, selain dengan persiapan yang matang, baik infrastruktur dan pelaku, juga perlu pembahasan dan kajian yang matang, sebelum dikeluarkan kebijakan tersebut,” Widorisnomo menjelaskan kepada wartawan, Jumat 10 Oktober 2012.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan memang untuk mengurangi kepadatan Malioboro harus dilakukan secara bertahap. Selain dengan manajemen rekayasa lalu lintas, juga yang tidak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat, terutama bagaimana agar yang tidak memiliki kepentingan di Malioboro tidak melewati jalan tersebut.
“Masyarakat selama ini masih memanfaatkan Jalan Malioboro hanya sekedar melintas dari utara ke selatan, sehingga semakin membuat jalan yang padat tersebut semakin padat,” paparnya.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengurangai kepadatan dengan menggunakan manajemen lalu lintas, di antaranya dengan memanfaatkan jalan yang ada di sekitar Malioboro sebagai jalur alternatif. Sehingga dengan cara masyarakat tetap nyaman walau jalannya dialihkan, seperti melalui Jalan Mataram, Suryotomo dan Bhayangkara.
“Upaya lain yaitu dengan menata dan memperbaiki fasilitas lain, seperti dengan menata parkir dan layanan angkutan publik. Sehingga dengan penataan dan perbaikan ini, khususnya untuk angkutan publik masyarakat akan beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum,” tandasnya.
Haryadi menambahkan pengurangan arus lalu lintas ini juga sebagai salah satu bentuk revitalisasi Malioboro. Untuk revitalisasi Malioboro sendiri nantinya, bukan hanya sebatas di Jalan Malioboro, namun mulai dari perempatan tugu ke selatan, yaitu Jalan Mangkubumi, Malioboro, Keraton hingga Panggung Krapyak.
Sebelumnya DPRD Yogyakarta menilai konsep penataan atau revitalisasi kawasan Malioboro ke depan tidak jelas, sebab hanya program jangka pendek, bukan jangka panjang. Selain itu untuk pelaksanaannya belum ada detailed engineering design (DED), market (desain miniatur rancangan bangunan) dan target waktu pelaksanaan pembangunan.
Dewan pun meminta pemkot untuk revitalisasi Malioboro, ada DED, maket dan jangka waktu. Selain itu untuk revitalisasi bukan hanya di kawasan Malioboro, namun menyeluruh mulai dari perempatan Tugu hingga Panggung Krapyak. Termasuk harus ada sosialisasi kepada masyarakat.
“Khusus untuk maket, selain untuk memberikan gambaran secara umum tentang revitalisasi, maket tersebut sekaligus bentuk sosialisasi kepada masyarakat, termasuk jika terjadi pergantian pimpinan tidak aka nada perubahan kebijakan,” tandas ketua komisi C DPRD DIY Zuhrif Hudaya.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Yogyakarta Widorisnomo mengatakan untuk mengurangi beban arus lalu lintas, yaitu dengan manajemen rekayasa lalu lintas, di antaranya dengan memaksimalkan jalan altenatif di sekitar Malioboro. Namun karena ini bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi dalam kegiatan ini, melibatkan banyak aspek, seperti parkir dan pelayanan angkutan umum. Sehingga tidak bisa dikerjakan dalam waktu yang singkat dan perlu kajian yang mendalam
“Untuk itu, selain dengan persiapan yang matang, baik infrastruktur dan pelaku, juga perlu pembahasan dan kajian yang matang, sebelum dikeluarkan kebijakan tersebut,” Widorisnomo menjelaskan kepada wartawan, Jumat 10 Oktober 2012.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan memang untuk mengurangi kepadatan Malioboro harus dilakukan secara bertahap. Selain dengan manajemen rekayasa lalu lintas, juga yang tidak kalah penting adalah edukasi kepada masyarakat, terutama bagaimana agar yang tidak memiliki kepentingan di Malioboro tidak melewati jalan tersebut.
“Masyarakat selama ini masih memanfaatkan Jalan Malioboro hanya sekedar melintas dari utara ke selatan, sehingga semakin membuat jalan yang padat tersebut semakin padat,” paparnya.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengurangai kepadatan dengan menggunakan manajemen lalu lintas, di antaranya dengan memanfaatkan jalan yang ada di sekitar Malioboro sebagai jalur alternatif. Sehingga dengan cara masyarakat tetap nyaman walau jalannya dialihkan, seperti melalui Jalan Mataram, Suryotomo dan Bhayangkara.
“Upaya lain yaitu dengan menata dan memperbaiki fasilitas lain, seperti dengan menata parkir dan layanan angkutan publik. Sehingga dengan penataan dan perbaikan ini, khususnya untuk angkutan publik masyarakat akan beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum,” tandasnya.
Haryadi menambahkan pengurangan arus lalu lintas ini juga sebagai salah satu bentuk revitalisasi Malioboro. Untuk revitalisasi Malioboro sendiri nantinya, bukan hanya sebatas di Jalan Malioboro, namun mulai dari perempatan tugu ke selatan, yaitu Jalan Mangkubumi, Malioboro, Keraton hingga Panggung Krapyak.
Sebelumnya DPRD Yogyakarta menilai konsep penataan atau revitalisasi kawasan Malioboro ke depan tidak jelas, sebab hanya program jangka pendek, bukan jangka panjang. Selain itu untuk pelaksanaannya belum ada detailed engineering design (DED), market (desain miniatur rancangan bangunan) dan target waktu pelaksanaan pembangunan.
Dewan pun meminta pemkot untuk revitalisasi Malioboro, ada DED, maket dan jangka waktu. Selain itu untuk revitalisasi bukan hanya di kawasan Malioboro, namun menyeluruh mulai dari perempatan Tugu hingga Panggung Krapyak. Termasuk harus ada sosialisasi kepada masyarakat.
“Khusus untuk maket, selain untuk memberikan gambaran secara umum tentang revitalisasi, maket tersebut sekaligus bentuk sosialisasi kepada masyarakat, termasuk jika terjadi pergantian pimpinan tidak aka nada perubahan kebijakan,” tandas ketua komisi C DPRD DIY Zuhrif Hudaya.
(azh)