Musim kering, warga masak pakai air selokan
Kamis, 27 September 2012 - 13:17 WIB

Musim kering, warga masak pakai air selokan
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan warga Desa Margaluyu, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, menggunakan air selokan untuk hidup sehari-hari. Jauhnya letak mata air dari lokasi permukiman, membuat ribuan warga di desa ini terpaksa menggunakan air pembuangan di Situ Jongor yang telah tercemar limbah rumah tangga.
Dari informasi yang dihimpun, ribuan warga tersebut berasal dari empat kampung di Desa Margaluyu, yaitu Kampung Bojong Pulus RW 9, Kampung Tambakan RW 10, Kampung Madur RW 11, dan Kampung Cigastihilir RW 12.
Ketua RT 04/12, Kampung Cigastihilir, Bubun Budiman menuturkan, air dari saluran pembuangan ini biasanya digunakan warga untuk mencuci pakaian, perabot rumah tangga, mandi, hingga memasak dan minum.
"Jarak antara rumah warga menuju mata air lebih dari 1 Km. Lokasi mata air di bawah, sedangkan rumah warga di atas. Karena cukup jauh dari lokasi air, warga gunakan saluran pembuangan untuk kehidupan sehari-hari," ujar Bubun kepada wartawan, Kamis (27/9/2012).
Ditambahkan dia, sedikitnya ada 3.000 orang dari ratusan Kepala Keluarga (KK) di Desa Margaluyu, yang menggunakan air selokan itu. Kondisi ini, sudah berlangsung lama. Bahkan, desa itu berdiri.
Sementara itu, Nunung Karyati (25), warga Kampung Madur mengaku, dirinya tidak pernah mengalami penyakit serius selama menggunakan air pembuangan tersebut. Sebelum digunakan untuk memasak dan minum, air dari saluran pembuangan ini diendapkan terlebih dahulu.
"Airnya tidak berbau. Makanya saya bersama warga lain berani menggunakannya juga. Kami pun tidak pernah mengalami penyakit berat akibat menggunakan air pembuangan ini. Paling gatal-gatal sedikit," tuturnya.
Warga lainnya, Imas Kartika (36) berharap, pemerintah dapat membuat saluran dan penampungan dari Mata Air Lamping. Dengan adanya penampungan air, warga tidak perlu lagi jauh-jauh mengambil air selokan untuk hidup sehari-hari.
"Bila ada saluran, kami tidak perlu menggunakan air selokan. Air dari penampungan bisa langsung masuk ke rumah-rumah," terangnya.
Terpisah, Kepala Desa Margaluyu Ise Fachrudin membenarkan kondisi yang dialami warganya. Dia mengaku, pihaknya sudah melayangkan permohonan bantuan untuk dibuatkan saluran dan penampungan air ke pemerintah di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, pada Senin 24 September 2012 lalu.
"Kami juga sebelumnya memang mendapat tawaran dari pihak PDAM agar warga bisa mendapat air bersih melalui mobil tanki. Tapi bukan itu yang dibutuhkan warga, mobil tanki hanya untuk satu hari saja. Sedangkan apa yang kami butuhkan adalah ketersediaan air untuk jangka panjang," imbuhnya.
Menurut Fachrudin, sulitnya warga memperoleh air bersih bukan hanya terjadi di musim kemarau saja. Penggunaan air selokan untuk kehidupan sehari-hari juga dikonsumsi warga di musim hujan.
"Memang benar ini sudah bertahun-tahun. Mau musim hujan atau kemarau warga tetap gunakan air selokan. Bedanya, bila di musim hujan airnya keruh kecoklatan," pungkasnya.
Dari informasi yang dihimpun, ribuan warga tersebut berasal dari empat kampung di Desa Margaluyu, yaitu Kampung Bojong Pulus RW 9, Kampung Tambakan RW 10, Kampung Madur RW 11, dan Kampung Cigastihilir RW 12.
Ketua RT 04/12, Kampung Cigastihilir, Bubun Budiman menuturkan, air dari saluran pembuangan ini biasanya digunakan warga untuk mencuci pakaian, perabot rumah tangga, mandi, hingga memasak dan minum.
"Jarak antara rumah warga menuju mata air lebih dari 1 Km. Lokasi mata air di bawah, sedangkan rumah warga di atas. Karena cukup jauh dari lokasi air, warga gunakan saluran pembuangan untuk kehidupan sehari-hari," ujar Bubun kepada wartawan, Kamis (27/9/2012).
Ditambahkan dia, sedikitnya ada 3.000 orang dari ratusan Kepala Keluarga (KK) di Desa Margaluyu, yang menggunakan air selokan itu. Kondisi ini, sudah berlangsung lama. Bahkan, desa itu berdiri.
Sementara itu, Nunung Karyati (25), warga Kampung Madur mengaku, dirinya tidak pernah mengalami penyakit serius selama menggunakan air pembuangan tersebut. Sebelum digunakan untuk memasak dan minum, air dari saluran pembuangan ini diendapkan terlebih dahulu.
"Airnya tidak berbau. Makanya saya bersama warga lain berani menggunakannya juga. Kami pun tidak pernah mengalami penyakit berat akibat menggunakan air pembuangan ini. Paling gatal-gatal sedikit," tuturnya.
Warga lainnya, Imas Kartika (36) berharap, pemerintah dapat membuat saluran dan penampungan dari Mata Air Lamping. Dengan adanya penampungan air, warga tidak perlu lagi jauh-jauh mengambil air selokan untuk hidup sehari-hari.
"Bila ada saluran, kami tidak perlu menggunakan air selokan. Air dari penampungan bisa langsung masuk ke rumah-rumah," terangnya.
Terpisah, Kepala Desa Margaluyu Ise Fachrudin membenarkan kondisi yang dialami warganya. Dia mengaku, pihaknya sudah melayangkan permohonan bantuan untuk dibuatkan saluran dan penampungan air ke pemerintah di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, pada Senin 24 September 2012 lalu.
"Kami juga sebelumnya memang mendapat tawaran dari pihak PDAM agar warga bisa mendapat air bersih melalui mobil tanki. Tapi bukan itu yang dibutuhkan warga, mobil tanki hanya untuk satu hari saja. Sedangkan apa yang kami butuhkan adalah ketersediaan air untuk jangka panjang," imbuhnya.
Menurut Fachrudin, sulitnya warga memperoleh air bersih bukan hanya terjadi di musim kemarau saja. Penggunaan air selokan untuk kehidupan sehari-hari juga dikonsumsi warga di musim hujan.
"Memang benar ini sudah bertahun-tahun. Mau musim hujan atau kemarau warga tetap gunakan air selokan. Bedanya, bila di musim hujan airnya keruh kecoklatan," pungkasnya.
(san)