28 persen warga Jabar hidup tanpa listrik

Rabu, 26 September 2012 - 21:36 WIB
28 persen warga Jabar...
28 persen warga Jabar hidup tanpa listrik
A A A
Sindonews.com – Sekitar 28 persen dari populasi penduduk di Jawa Barat (Jabar) ternyata belum menikmati aliran listrik. Padahal, beberapa pembangkit listrik ada di wilayah Jabar.

Kepala Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat Sumarwan mengakui, saat ini masih ada sekitar 28 persen penduduk Jabar yang belum menikmati aliran listrik Negara (PLN). Masyarakat yang belum menikmati aliran listrik, utamanya ada di daerah pedesaan.

“Padahal, di Jawa Barat banyak terdapat pembakit listrik,” kata Sumarwan pada acara seminar dan lokakarya 'Pengelolaan Waduk Cirata' di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Rabu (26/9/2012).

Dia mencontohkan, Waduk Cirata dikelilingi tiga Kabupaten, yakni Kabupaten Purwakarta, Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namun, rasio eletrifikasi pada daerah tersebut masih rendah. Menurut dia, elektrifikasi di Kabupaten Purwakarta hanya 80,84 persen, Cianjur 51,93 persen, dan KBB 66,7 persen. Semestinya, daerah-daerah tersebut diprioritaskan agar mendapat pasokan listrik.

Sementara itu, Direktur Opearasional PT Pembangkitan Jawa Bali Mulyo Adjie mengatakan kendati Jabar menjadi pemasok listrik dalam katagori besar, namun pasokan listrik dari daerah ini terancam berkurang. Seperti pada Waduk Cirata. Akibat berbagai masalah, usia waduk ini diperkirakan akan lebih muda dari perkiraan awal.

“Beberapa masalah yang terjadi pada Waduk Cirata di antaranya soal pemanfaatan waduk yang tidak terkendali. Hal itu didukung oleh belum siapnya perangkat peraturan, tumpang tindihnya kepentingan pembangunan daerah, termasuk perubahan kondisi lingkungan biofisik,” kata Mulyo Adjie.

Salah satu masalah yang cukup krusial yaitu soal suplai air ke Waduk Cirata yang bersumber dari Sungai Citarum. Saat ini, terjadi gap yang cukup signfikan pada suplai air di musim kemarau dan musim penghujan. Hal itu disebabkan terjadinya sedimentasi, penumpukan sampah, serta adanya pemanfaatan lahan surutan oleh petani lokal serta perkembangan usaha Keramba Jaring Apung (KJA).

Menurut dia, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jabar No 41/2002 tentang kuota KJA, hanya boleh terdapat sekitar 12.000 unit KJA. Tapi, saat ini ada sekitar 56.000 unit KJA di aliran sungai tersebut.

“Begitupun dengan sedimentasi. Sedimentasi yang terjadi melebihi asumsi awal sebesar 5,67 juta meter kubik per tahun. Tapi saat ini tingkat sedimentasi mencapai 7,3 juta meter kubik per tahun,” pungkas dia.

Persoalan tersebut, lanjut dia, mesti segera ditangani. Apabila tidak, listrik Jawa-Bali berpotensi kehilangan pasokan sekitar 1.000 MW. Namun demikian, kerjasama antara berbagai elemen termasuk Kementrian Pekerjaan Umum (PU) diharapkan mengurangi potensi kehilangan suplai listrik.

Diakui Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU Arie Setiadi pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Misalnya membangun embung-embung sungai yang jumlahnya ribuan unit. Upaya itu untuk menjaga debit air sekaligus keberadaan waduk tidak bergantung pada cuaca.
(azh)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5629 seconds (0.1#10.24)