2.028 hektare tanah sawah di Garut retak
Senin, 23 Juli 2012 - 08:54 WIB

2.028 hektare tanah sawah di Garut retak
A
A
A
Sindonews.com - Sekitar 2.028 hektare areal pesawahan di 27 kecamatan di Kabupaten Garut retak-retak karena tidak mendapat pasokan air. Kondisi itu terus meluas selama musim kemarau tahun ini.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Garut Tatang Hidayat mengungkapkan, kekeringan areal persawahan di Garut kini mencapai tiga kali lebih cepat bila dibandingkan dengan awal Juli lalu. Dia menyebutkan, pada awal Juli, areal persawahan yang terancam kekeringan hanya seluas 500 ha saja.
”Kekeringan sudah meluas. Berdasarkan pemantauan kami, peningkatannya sangat drastis,” kata Tatang, Minggu 22 Juli 2012.
Tatang mengimbau kepada seluruh kelompok usaha pelayanan jasa alat (UPJA) mesin pertanian di Garut agar segera menyewakan pompa airnya. Penyewaan peralatan pompa ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan sawah warga. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas TPH Kabupaten Garut Wawan Suherman menilai, kekeringan yang terjadi pada ribuan hektare areal sawah di 27 kecamatan tersebut belum disebut sebagai kegagalan panen.
Pasalnya, pihak Dinas TPH melalui seluruh kecamatan di Garut telah memberikan sosialisasi terhadap warga untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau.
”Kami sudah berikan imbauan kepada warga agar menanami lahan sawah mereka dengan tanaman komoditas lain yang berusia pendek.Memang, di beberapa lokasi, ada sawah yang rusak.
Tapi bukan berarti Garut mengalami gagal panen untuk produksi padi.Komditas padi di beberapa tempat masih ada yang produksi,” ungkapnya. Menurut Wawan, pihak Dinas TPH telah memerintahkan seluruh petugas pertanian di tiap kecamatan untuk melaporkan perkembangan areal persawahan setiap dua minggu sekali. Bukan hanya untuk memantau perkembangan ancaman kekeringan, hal ini juga dimaksudkan agar pemerintah dapat mencarikan solusi penanganan yang tepat.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Garut Tatang Hidayat mengungkapkan, kekeringan areal persawahan di Garut kini mencapai tiga kali lebih cepat bila dibandingkan dengan awal Juli lalu. Dia menyebutkan, pada awal Juli, areal persawahan yang terancam kekeringan hanya seluas 500 ha saja.
”Kekeringan sudah meluas. Berdasarkan pemantauan kami, peningkatannya sangat drastis,” kata Tatang, Minggu 22 Juli 2012.
Tatang mengimbau kepada seluruh kelompok usaha pelayanan jasa alat (UPJA) mesin pertanian di Garut agar segera menyewakan pompa airnya. Penyewaan peralatan pompa ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan sawah warga. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas TPH Kabupaten Garut Wawan Suherman menilai, kekeringan yang terjadi pada ribuan hektare areal sawah di 27 kecamatan tersebut belum disebut sebagai kegagalan panen.
Pasalnya, pihak Dinas TPH melalui seluruh kecamatan di Garut telah memberikan sosialisasi terhadap warga untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau.
”Kami sudah berikan imbauan kepada warga agar menanami lahan sawah mereka dengan tanaman komoditas lain yang berusia pendek.Memang, di beberapa lokasi, ada sawah yang rusak.
Tapi bukan berarti Garut mengalami gagal panen untuk produksi padi.Komditas padi di beberapa tempat masih ada yang produksi,” ungkapnya. Menurut Wawan, pihak Dinas TPH telah memerintahkan seluruh petugas pertanian di tiap kecamatan untuk melaporkan perkembangan areal persawahan setiap dua minggu sekali. Bukan hanya untuk memantau perkembangan ancaman kekeringan, hal ini juga dimaksudkan agar pemerintah dapat mencarikan solusi penanganan yang tepat.
(azh)