Penulis buku konspirasi SBY-Bakrie menghilang
A
A
A
Sindonews.com - Launching Buku dan Diskusi Publik Nasional "Lapindo File" Konspirasi SBY-Bakrie? di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), tidak dihadiri oleh penulis bukunya, Ali Azhar Akbar.
Ketidakhadiran penulis yang merupakan alumni Teknik Perminyakan ITB ini membuat peserta diskusi tanda tanya. Terlebih, Ali dikabarkan menghilang sejak tiga hari lalu tanpa alasan yang jelas.
Direktur Penerbit IndoPetro Publishing, Kusairi membenarkan hilangnya Ali Azhar. "Tiga hari ini saya lost contact dengan Pak Ali," kata Kusairi, saat disela diskusi buku di ITB, Jumat 22 Juni 2012.
Saat dihubungi lewat nomor telepon genggamnya, ternyata mailbox. Kontak terakhir dengan Ali terjadi, pada Selasa 19 Juni 2012 lalu. Saat itu, Ali menyatakan akan hadir dalam bedah bukunya di ITB.
Lanjut Kusairi, dirinya terakhir bertemu dengan Ali pada Jumat 15 Juni 2012 di Mahkamah Konstitusi (MK) ketika mengajukan judicial review terkait pasal 18 UU APBN. "Terakhir ketemu waktu di MK, dia katakan akan ke Bandung," terangnya.
Setelah menulis buku yang diterbitkan pada 28 Mei 2012 lalu, sehari sebelum peringatan enam tahun lumpur Lapindo, pada 29 Mei 2012, dan mengajukan judicial review ke MK, Ali mengaku sering menerima teror berupa SMS.
"Sejak ajukan judicial review ke MA, dari situ ada ancaman. Misalnya 'Kalau pemerintah engga nanggung ya bagaimana, anda mau nanggung?' Bahkan dia kerap mendapat ancaman fisik. 'Misal ketemu saya di sini,' dan lain-lain," ungkap Kusairi, tanpa menyebut ancaman fisik yang dimaksud.
Maka ketika di acara ini kehilangan kontak, Kusairi mengaku curiga dan khawatir ada hal yang tidak diinginkan menimpa Ali. "Teror selain terkait buku juga terkait dengan pengajuan judicial review ke MK," tambahnya.
Dalam judicial review ini, pihaknya dan Ali menggugat pasal 18 UU APBN yang menggelontorlan uang ke korban lumpur Lapindo. Tujuannya, membuktikan bahwa kasus lumpur Lapindo sebenarnya tanggung jawab perusahaan.
Selain itu, saat ini pihaknya sengaja menguji buku lewat roadshow ke berbagai kampus di Indonesia agar bisa dibedah secara ilmiah. Bahkan dalam roadshow tersebut, pihaknya juga sengaja mengundang narasumber yang kompeten di bidangnya. "Kalau tidak ilmiah, kita mana mungkin dibedah di kampus-kampus. Itu logikanya," tukasnya.
Meski begitu, dia tidak memungkiri buku setebal 449 itu berdampak politis. Karena menyangkut nama-nama seperti Aburizal Bakrie dan SBY. "Politiknya tidak dipungkiri bagi pihak-pihak yang punya kepentingan politik. Tapi Buku ini sebenarnya pure ilmiah. Bebas diperdebatkan," terangnya.
Buku tersebut merupakan hasil penelitian selama empat tahun, sejak 2006 hingga 2010. Covernya memuat gambar Aburizal Bakrie dan SBY. Di bagian cover buku juga tertulis "Dilengkapi Transkrip Rekaman Ekslusif di "istana" Cikeas."
Buku yang pertama kali launching di Universitas Nasional (Unas) Jakarta itu, juga sudah roadshow di Universitas Gadjah Mada (UGM). Rencananya akan terus roadshow di beberapa kampus lagi di Surabaya, Sumatera, Makasar.
Namun dengan adanya kejadian hilangnya penulis, pihak penerbit belum tentu akan melanjutkan roadshow. "Kita cari tahu kondisi penulisnya dulu. Jika dalam waktu 2x24 jam tidak ketemu, kami akan lapor polisi," pungkasnya. (san)
Ketidakhadiran penulis yang merupakan alumni Teknik Perminyakan ITB ini membuat peserta diskusi tanda tanya. Terlebih, Ali dikabarkan menghilang sejak tiga hari lalu tanpa alasan yang jelas.
Direktur Penerbit IndoPetro Publishing, Kusairi membenarkan hilangnya Ali Azhar. "Tiga hari ini saya lost contact dengan Pak Ali," kata Kusairi, saat disela diskusi buku di ITB, Jumat 22 Juni 2012.
Saat dihubungi lewat nomor telepon genggamnya, ternyata mailbox. Kontak terakhir dengan Ali terjadi, pada Selasa 19 Juni 2012 lalu. Saat itu, Ali menyatakan akan hadir dalam bedah bukunya di ITB.
Lanjut Kusairi, dirinya terakhir bertemu dengan Ali pada Jumat 15 Juni 2012 di Mahkamah Konstitusi (MK) ketika mengajukan judicial review terkait pasal 18 UU APBN. "Terakhir ketemu waktu di MK, dia katakan akan ke Bandung," terangnya.
Setelah menulis buku yang diterbitkan pada 28 Mei 2012 lalu, sehari sebelum peringatan enam tahun lumpur Lapindo, pada 29 Mei 2012, dan mengajukan judicial review ke MK, Ali mengaku sering menerima teror berupa SMS.
"Sejak ajukan judicial review ke MA, dari situ ada ancaman. Misalnya 'Kalau pemerintah engga nanggung ya bagaimana, anda mau nanggung?' Bahkan dia kerap mendapat ancaman fisik. 'Misal ketemu saya di sini,' dan lain-lain," ungkap Kusairi, tanpa menyebut ancaman fisik yang dimaksud.
Maka ketika di acara ini kehilangan kontak, Kusairi mengaku curiga dan khawatir ada hal yang tidak diinginkan menimpa Ali. "Teror selain terkait buku juga terkait dengan pengajuan judicial review ke MK," tambahnya.
Dalam judicial review ini, pihaknya dan Ali menggugat pasal 18 UU APBN yang menggelontorlan uang ke korban lumpur Lapindo. Tujuannya, membuktikan bahwa kasus lumpur Lapindo sebenarnya tanggung jawab perusahaan.
Selain itu, saat ini pihaknya sengaja menguji buku lewat roadshow ke berbagai kampus di Indonesia agar bisa dibedah secara ilmiah. Bahkan dalam roadshow tersebut, pihaknya juga sengaja mengundang narasumber yang kompeten di bidangnya. "Kalau tidak ilmiah, kita mana mungkin dibedah di kampus-kampus. Itu logikanya," tukasnya.
Meski begitu, dia tidak memungkiri buku setebal 449 itu berdampak politis. Karena menyangkut nama-nama seperti Aburizal Bakrie dan SBY. "Politiknya tidak dipungkiri bagi pihak-pihak yang punya kepentingan politik. Tapi Buku ini sebenarnya pure ilmiah. Bebas diperdebatkan," terangnya.
Buku tersebut merupakan hasil penelitian selama empat tahun, sejak 2006 hingga 2010. Covernya memuat gambar Aburizal Bakrie dan SBY. Di bagian cover buku juga tertulis "Dilengkapi Transkrip Rekaman Ekslusif di "istana" Cikeas."
Buku yang pertama kali launching di Universitas Nasional (Unas) Jakarta itu, juga sudah roadshow di Universitas Gadjah Mada (UGM). Rencananya akan terus roadshow di beberapa kampus lagi di Surabaya, Sumatera, Makasar.
Namun dengan adanya kejadian hilangnya penulis, pihak penerbit belum tentu akan melanjutkan roadshow. "Kita cari tahu kondisi penulisnya dulu. Jika dalam waktu 2x24 jam tidak ketemu, kami akan lapor polisi," pungkasnya. (san)
()